Wednesday 28 October 2015

Warna-warni Kota Tua


                       Warna-warni Kota Tua                


Berawal Dari Prewedd

Dewasa ini seiring kecanggihan tekhnologi dan sosmed yang berkembang, ada-ada saja ide kreatif itu muncul. Sesiang itu, di akhir pekan 10/25 saya, Indra dan Daffa berkunjung ke Kota Tua. Tepatnya di pelataran gedung Fatahillah dan museum wayang. Seorang bapak bernama Heri menggeluti profesi menjual jasa sewa balon. Profesi ini sudah 3 tahun dilakoninya hanya pada saat akhir pekan yaitu Sabtu dan Minggu dari siang hingga sore tepat di depan Museum Wayang.

Berawal dari profesi beliau yang berkaitan dengan kepentingan foto prewedding,  beliau memanfaatkan kesempatan itu sebagai penghasilan sampingan. Di hari biasa, beliau masih sibuk dengan pekerjaan utamanya. Melihat minat pasar yakni orang-orang kekinian yang selalu mengabadikan setiap momen dan berbagi di sosmed , ujar Pak Heri.
Yeaaay, feel happy 

Mengejar jodoh, eh mengejar balon 


Kesulitan yang ia hadapi ketika harus menghadapi satpol PP untuk memperoleh izin. Meski pada akhirnya meluluh dan bersaing ketat dengan kreatifitas yang lain dan mengikuti prosedur aturan yang berlaku. Mengingat properti yang dibawa cukup merepotkan.  Satu ikat tali berisi banyak balon dengan multi warna. Sekali sewa dengan jepret sesuka penyewa dikenai tarif Rp.10000. Setiap penyewa diberi peringatan agar hati-hati dan diajari cara membawa seikat balon yang menggerombol itu. Perlu dililit berkali-kali agar balon tidak terbawa terbang angin. Sebab pengalaman penyewa karena kelalaian tsb seikat balon itu terbang melangit.


Saya merasa senang dengan semakin banyak orang yang menjual kreatifitas di ruang terbuka Kota Tua. Selama masih di jalur halal dan tidak melupakan Sang Pemberi Rizki. Mereka mengekspresikan berkesenian di ruang yang tepat, tidak di jalan umum yang membuat pengguna jalan macet. Dan mereka memiliki penggemar dimasing-masing hati pengunjung. Bangga dengan sportifitas tinggi walau dalam satu ruang itu adalah kompetitor pencuri ruang hati pengunjung agar mengulurkan recehan sebagai nilai apresiasi.


Menjual Kreatifitas Di Kota Tua

Dari sekian perjumpaanku dengan bangunan bersejarah, kali ini lebih semarak. Bukan mengenai dengan siapa aku disana,  melainkan suasana para pencari rupiah yang kreatif. Profesi manusia batu yang dulu bisa dihitung dengan jari, kini makin variatif. Dari para kostum pejuang bercat merah, emas, putih, silver dll) beserta properti nya dari pistol, senapan, golok, celurit, sepeda ontel dll. Kostum hantu pun sama, makin beraneka ragam dari sundel bolong, pocong, kuntil anak, suster ngesot pun ada. Begitu pula kostum pengantin bak none Belanda. Kini makin beragam warna. Biasanya dibalik kostum itu seorang pria tulen, kini benar -benar wanita berdandan tebal memoles wajahnya.

Ada yang baru kujumpai sebelumnya, seiring dunia fashion berkembang ada seorang berdandan ala pahlawan film kolosal Indonesia. Dia menyerupai tokoh dalam cerita Kian Santang. Adapula kostum robot disana. Sayangnya, aku tidak sempat mengobrol, antrian pengunjung yang ingin berfoto memaksaku untuk bergerak cepat. Usai menaruh lembaran uang dalam ember kecil aku bergegas pergi.
None belanda

Atraksi pantomim

None belanda 

Lagi trend manusia batu seakan mengambang 

Duh, fotografer ke jepret jadinya hehe

Mas Daffa jadi Raden Kian santang 


Begitu pula pertunjukan tunggal pantomim. Menduplikat tokoh caplin dengan kumis ditengah dan celana kolor hingga atas pusar. Perawakannya yang jangkung dan luwes dalam memperagakan berbagai adegan banyak menyita perhatian pengunjung.

Dari keliling kawasan Kota Tua banyak diantara manusia batu itu sedang istirahat. Ada yang duduk dibalik banner sambil menyedot es, ada pula yang menepi dari keramaian untuk melenturkan badan. Mereka manusia biasa yang tak selalu kuat. Sering dihinggapi rasa lelah.

Dari rentang waktu matahari beranjak hingga menjelang tenggelam, apakah diantara mereka mengupas makeup dan kostum untuk sejenak memenuhi panggilan dhuhur dan asar? Entahlah, pertanyaan itu mematuki pikiranku. Dandan dengan mengecat muka, leher , tangan dan bagian yang tak tertutup kostum tidak membutuhkan waktu yang singkat. Wallohu a'lam bishowab










No comments: