Saturday 18 April 2015

Menggapai Raudhah (umrah part V)


                                                            Menggapai Raudhah

            Selain 1000 pahala shalat di Masjid Nabawi, lalu apa yang paling diincar selanjutnya. Ya, Raudhah (Taman surga) mimbar nabi Muhammad. Letaknya diantara kamar Rasulullah SAW (sekarang makam) dan mimbar untuk berdakwah, yang nyaris tidak pernah sepi dari pengunjung.Nyaris tak sedetikpun kapling taman surga itu kelihatan kosong. Ruangan yang hanya selebar 22 meter X 15 meter, luasnya hanya sekitar 144 meter persegi. yang direbutkan oleh ribuan jamaah untuk sejengkal kapling di Taman surga.Untuk jamaah laki-laki dibuka 24 jam. Berbeda untuk jamaah wanita yang dibatasi jam tertentu. Biasanya usai sholat duha, usai dhuhur dan usai sholat isya.
           



            Kami sangat rindu Rasulullah. “Antara rumahku dengan mimbarku di Raudhah adalah taman-taman surga” (HR. Bukhari) Raudhah memang istimewa dan memiliki fadhilah berlipat ganda. Semua doa pengunjung diijabah Allah SWT, makbul dan mustajab adanya. Oleh karena itu, rasanya sangat rugi bila berziarah dan sholat berjamaah di masjid Nabawi, tak sekalipun sempat beri'tikaf di Raudhah.
            

            Melihat fenomena membludaknya antrean jamaah yang hendak menuju area yang dikelilingi pilar-pilar putih berukiran khas dan dikarpeti hijau keputih-putihan tersebit, memang rasanya sama menerobos masuk saat merapat dengan dinding-dinding Ka'bah, terlebih memasuki tempat-tempat mustajab seperti hajar aswad, hijir Ismail, multazam dll. Melihat tubuh-tubuh besar orang Timur Tengah, perasaan ini berusaha menguatkan diri terus berpikiran positif dan terus melantunkan dzikir. Perjuangan kecil ini tidak sebanding dengan pedihnya perjuangan para mujahid dan syuhada yang berperang di Afganistan, Palestina dan belahan dunia lain.

            Berebut kapling di Taman surga menjadi pemandangan sehari-hari di area Raudhah. Tiga hari selama di Madinah aku terus mengujungi Raudah. Menghadapi ribuan jamaah yang memadati tentunya harus bermandikan kesabaran. Mendekati pintu Raudhah polisi masjid akan mengatur jamaah yang dibagi menjadi 4 kotak ruang. Jadi untuk memasukinya harus melewati 4 tahapan ruangan tersebut. Jike mengikuti aturan itu tentu akan menyita banyak waktu. Biasanya Jamaah Melayu (ras Asia seperti Indonesia dan Malaysia) dan Timur tengah akan dipisah mengingat ukuran tubuh yang jauh berbeda. Karena tidak semua jamaah wanita ikut serta, dimalam pertama kami hanya berempat  (aku, Teteh Maryam, Ibu Husnah & Ibu Atikah) pada pukul 22.30 waktu setempat Ketika polisi masjid lengah kami menyelinap diantara jamaah Turki yang sudah didepan. Tubuh kami yang kecil bisa menyusup diantara jamaah yang lain dengan mudah, namun kami saling berpegangan tangan erat supaya tidak terpencar. Alhamdulillah tak sampai lama kami memasuki ruang yang terakhir, tepat dimulut Raudah, yaaa meski harus kembali menunggu antrian depan keluar dan diperbolehkan masuk.
                       
            Tepat di depan tiang memasuki Raudhah terdapat papan peringatan dalam berbagai bahasa seperti Indonesia, Inggris, Arab, India dll untuk mengingatkan tidak saling menyakiti sesama yang lain dan kembali kepada tujuan beribadah karena Allah SWT tanpa menyekutukanNya dan menghormati tempat suci.
Ruang akhir penantian sebelum memasuki Raudhah

batas masjid selama zaman nabi  dan  kekhalifahan, setelah itu pelebaran pembangunan

            Untuk Raudhah yang ke-2 seluruh jamaah wanita dipimpin oleh muthawwif asal Indonesia yang bermukim di Madinah. Namanya Bu Min asal Sukabumi dengan logat sundanya yang kental. Sebelum memasuki pintu 25 (Pintu depan memasuki Raudhah) kami diberi bimbingan dahulu. Menunaikan sholat sunnah 2 rakaat, sholat taubat 2 rakaat kemudian shalat hajat  2 rakaat  dengan memperbanyak doa saat sujud di rakaat terakhir. Jika memang memungkinkan lakukan berdoa dengan cara bersujud. Jika berdoa dengan cara menengadahlan tangan atau berdoa sambil berdiri segera akan diusir oleh polisi setempat guna memberikan antrean kepada jamaah lain yang mengantre dibelakang. Dengan cara singkat Muthowwif mengantarkan kami mengendap-endap cepat memasuki tempat keluar para jamaah dari Raudhoh, sementara kami masuk melalui jalan yang berlawanan itu. Kami saling berbagi dan menyebar memasuki karpet hijau. Aku mendesak kedalam mendekat sekat dinding penghalang shaf wanita dan pria. Beruntung aku dibagian terdepan ke-2 setelah menarik yang lain untuk ikut berdoa.Tanpa ada penjagaan yang ketat aku, ibu Ida dan ibu Robiah bisa sholat dengan tenang. Sholat sunnah, taubat dan hajat kami tuntaskan, lalu berlama-lama sujud menguntai doa dan harapan dengan mengurai air mata.
Kondisi masjid sebelum memasuki ruang Raudhah

            Tidak jauh berbeda dengan kunjunganku ke Raudah yang pertama. Kami berenam dipimpin ibu Diah sebagai muthowwif. Kali ini kami menyelinap diantara rombongan besar jamaah Indonesia dari travel lain. Setibanya giliran meraih karpet hijau kami dibagi 3 kelompok, kami saling bergantian menjaga dan melindungi ketika sholat. Kami menghalang-halangi jamaah lain yang hendak melewati daerah sekedar meletakkan dahi bersujud dan bermunajat doa teman kami. Mengingat banyaknya orang, kekhawatiran tersakiti sering terjadi. Lepas dari itu semua semoga Allah memperkenan segala doa-doa yang ditumpahkan di Taman Surga itu.

          Ohya mengingat banyaknya jamaah memang disarankan untuk tidak membawa barang apapun. Kalaupun membawa kamera sebisanya disimpan rapi dalam tas kecil supaya tidak ditangkap polisi masjid setempat. Banyak berdoa ketika sujud dan tidak saling menyakiti. tetap bersabar dan berpositif thingking dalam rutinitas. Menjaga emosi dengan diredam istighfar dan banyak berdzikir.
 

            Dan diketiga kesempatan itu tidak ada perjumpaan yang indah di masjid Rasulullah dengan tumpahan air mata. Assalamualayka ya Rasuulullah warohmatullohi wabarakatuh salam untuk baginda nabi saat di depan makam, dengan nada perlahan. Kemudin bergerak ke kanan makam Abu Bakar (Assalamualayka yaa Abu Bakkar), kemudian bergerak ke kanan makam Umar bin Khattab. (Assalamualayka yaa Ummar). Dan disetiap perjumpaan itu pula kami dalam sangat berharap ada perjumpaan berikutnya.



















No comments: