Saturday 11 April 2015

200 ribu yang Berharga (ready umrah part II)


200 Ribu yang Berharga

Amplop putih sudah kuterima dari bendahara kantor yang sudah menyimpan uang tabungan. Sisa uang yang sudah aku belikan bahan kain untuk membuat gamis. Sejumlah 2 lembar warna merah dengan gambar proklamator Indonesia. Sedari awal sudah kurencanakan pengeluaran-pengeluaran dengan rinci. Niatnya uang itu akan aku belikan bergo. Dengan penghasilan 2,5 juta perbulan dan harus berbagi –bagi kasih. Tabungan umrah sejuta, mengirim orang tua, membayar kebutuhan yang tak terduga dan membeli keperluan sehari-hari dan termasuk makan, kalau bisa cukup buat jalan-jalan. Aku takut kebobolan kalau sampai kantong bocor. Tidak boleh lebih besar pasang dari pada tiang, tekadku.

Berbarengan dengan bulan Ramadan, sambil aku menyiapkan busana lebaran pula. Aku mengajak keponakanku ke Mall Of Serang. Usianya menginjak 8 tahun sudah berhasil puasa hingga magrib tiba selama sepekan. Sebagai hadiah aku memperkenalkan Time Zone, area bermain yang belum dijamah sebelumnya. Sesekali ibunya memperkenalkan Zona 2000 area bermain yang ada di Mall Serang, lebih terkenal dengan Ramayana Serang. Sebuah kaos jersey bola tim Brazil permintaan yang harus aku penuhi. Kuambil amplop putih dan dompet di dalam tas hitam, sebelum aku titipkan tas tersebut pada penjaga penitipan barang di depan swalayan. Kupegang erat dompet hitam dan aku masukan amplop kedalam saku celana yang berbarengan dengan hp.

Mataku berselasar mencari jersey, keponakanku sudah menyebut nama Neymar pemain bola idolanya. Langkahku terus berjalan menyusuri lorong-lorong rak. Bola mataku menggelinding tepat disusunan kaos putih bertulis Ozil dibagian punggung. Usia anak senang bermain kotor, membuatku enggan membeli. Aku menggandengnya kembali menyusuri rak-rak lain. Tangan sebelahku sibuk memencet hp mengirimkan pesan ke tetangga yang merekomendasikan membeli  kaos bola disini. Tanpa aku sadari usai memasukan kembali hp ke saku celana ada sesuatu yang hilang. Kantongku tak berpenghuni lagi, sudah tak terhitung lorong yang sudah dilewati. Innalillahi wainna ilaihi roojiun aku kembali menyusuri lorong-lorong rak. Hingga lelah, kutanyakan kepada pramuniaga yang berjaga. Dengan rinci kuceritakan rentetan peristiwanya, sayangnya dia tak bisa menolong. Satu-satunya jalan menenangkan diri  dengan cara mengikhlaskannya. Berpositif thingking pasti akan ada pengganti yang lebih usai teguran ini. Memasang senyum manis dan mengajak pulang keponakanku. Bergo hanyalah bergo, ada kesempatan lain dan rizki yang lain menanti.

                                                                                ****
Dua bulan kemudian kembali terkumpul 200  ribu yang sudah tersimpan dalam rekening. Seperti cambuk peristiwa yang lalu, mengajarku untuk lebih berhati-hati. Tak ada saudarapun yang mengetahui musibahku waktu itu. Biar saja ini bagian konsekwensi yang aku tanggung. Mentok-mentok juga mereka akan menasehatiku yang sabar dan hati-hati cari uang ga gampang pergi pagi pulang sore. Ah semua sudah ketebak. Mesti mereka melakukan tersebut sebagai tanda peduli.
Assalamualaykum Mba maaf, tadi sore Hp emak hilang waktu jalan-jalan ke Kali Gua. Mungkin jatuh dijalan waktu di atas motor. Aku sudah cari tapi ga nemu. Maaf Mba...

Dering SMS yang aku terima di sore yang mendung  cukup menghentak jantung. Mengingat tak sekali ini peristiwa kehilangan bersama adik lelaki bungsu.
Waalaykumussalam, coba Nang cari uang sendiri, pasti akan tahu bagaimana perjuangannya. Meminta maaf memang mudah tapi mengulang kecerobohan yang sama itu juga kesalahan

Aku membalas pesan dengan nada ketus. Tanggal dikalender sudah menunjukan diatas angka 20, pertanda tanggal tua dalam istilah karyawan yang menerima gaji ditanggal muda. Aku sudah menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan, wajar jika menginginkan sesuatu berjalan membumi perlahan dan disiplin ketat tidak tergoda dengan hal-hal tersier. Mementingkan kebutuhan primer terlebih dahulu sudah jadi barang wajib.

Kurebahkan raga yang tipis ini diatas kasur lantai yang sudah tak montok lagi. Pikiranku melayang jauh tak bisa menghubungi orangtua yang hanya tinggal berdua dirumah lugunya. Tak terbalas pesan maaf diatas layar hp nokianya yang jadul. Biar menjadi pelajaran berharga.

Keesokan harinya nomor baru menelponku berulang-ulang, meski sudah diangkat suaraku tak terdengar. Suara yang sangat tak asing ditelingaku. Beliaulah  orang tuaku. Sangat jelas aku mendengar kedua orang tua ribut tak tahu bagaimana memencet keypad layar hp sederhana Samsung. Ganti aku yang menelpon, namun sayang lagi-lagi emak mematikan telpon.

Sampai ceruk hati ini tak tega membiarkan tanpa komunikasi dengan buah hatinya. Simpanan uang aku ambil dan menambahi perbekalan uang makan di akhir minggu. Usai menunaikan magrib, langkahku  menuju gerai hp yang tak jauh dari pabrik. Sengaja gunting, lakban sudah kusiapkan di dalam tas. Kertas kado sudah kubeli sebelum sampai gerai. Tak sampai lama menawar Hp yang sama percis, hanya beda warna  itu aku bungkus dan kukirim via JNE.
                                                                                ****
Sebenarnya tidak harus bermerek untuk membeli bergo.  Harga dipasar dengan merk yang tidak ternama di layar media sosial kisaran 30 – 40 ribu untuk ukurang sedang (M atau L). Bercermin dengan tubuhku yang ceking aku terbiasa menggunakan ukuran S atau M, tentunya bergo yang masih menjulur lebar dan menutupi dada sesuai syariah Islam. Lagipula keseharianku berbusana kasual, celana hitam dasar, kemeja atau kaos sepaha dengan memakai kerudung persegi empat dengan warna senada. Nyatanya entah hanya aku ataupun yang lainpun merasakan, ketika memiliki barang atau benda dengan harga yang bermerek atau mahal biasanya akan lebih dijaga atau dirawat. Tidak dipungkiri untuk kualitas dan model mempengaruhi penampilan. Percaya atau tidak ketika mengenakannya lebih percaya diri dan nyaman. Apapun merek atau brand fashion yang ada dipasaran kembali kepada kenyamanan pemakai, baiknya memang yang tidak hanya membungkus tubuh, melainkan menutup tubuh.

Selanjutnya aku lebih santai, tak ngoyo untuk cepat-cepat membelikan bergo. Rizki manusia sudah ditentukan jalannya, tanpa menyampingkan ikhtiar, berdoa dan tawakkal. Biar Allah yang mengganti dengan bentuk kebaikan yang lain. Aaamiiin

No comments: