Wednesday 20 January 2016

Mengapresiasi Wisuda


                             Mengapresiasi Wisuda


Pengalaman menghadiri wisuda Unindra kemarin 01/16 menjadi pengalaman yang berkesan.Ternyata wisuda itu bukan sebuah proses yang menonjolkan hura-hura. Dan wisuda bukan hanya sekedar untuk menghormati studi yang sudah lakukan selama hampir 4 tahun. Apalagi sekedar untuk serah terima ijazah, jelas bukan itu tujuan dari wisuda. Tetapi dimana orang tua, adik, kakak dan keluarga menggelar bahagia atas pencapaian prestasi, meski bukan menjadi lulusan terbaik.

Wisuda merupakan acara selebrasi yang ditujukan pada keluarga dan orang-orang yang menyayangi kita, yang telah membantu proses selama kita menempuh pendidikan di perguruan tinggi.Bukan semata-mata untuk wisudawan, tapi lebih tertuju pada keluarga wisudawan yang sudah mengharap-harapkan hal ini semenjak memasukkan anaknya ke universitas untuk menuntut ilmu.

Inilah arti wisuda.
Bukan juga merayakan bersama pasangan yang belum halal. Dengan harapan membawa sebuket bunga dan sebuah boneka wisuda dengan senyum cerah. Tidak mengapa sebenarnya, tetapi dimomen yang seperti ini biasanya wisudawan hanya diberi 1 atau 2 tiket masuk gedung. Selebihnya menunggu berjam-jam di luar gedung. Sebelum berangkat persiapan dari rumah, seluruh keluarga berusaha ikut serta mempersiapkan. Meski didandani oleh perias salon, jarak tempuh yang panjang membuat luntur makeup. Lipstik yang mulai pudar, bedak yang tertimpa keringat. Belum lagi memasang toga yang butuh tangan ringan untuk merapikan. Apa itu bisa dilakukan "pacar"?
Aku dan Titik mendandani Indra, adekku


Kemudian aku melihat sosok yang sangat tegar, dia adalah Titik Wahyuni. Menghadiri wisuda seorang diri. Tanpa orang tua ataupun saudara terdekat. Kami sebagai teman tentu iba dan ikut bangga. Tanpa kebaya baru yang kekinian,  tanpa high heel yang menusuk-nusuk tanah. Sepatu flat warna hitam ia kenakan. Gamis putih berinner satin seragam takmir menutup raganya yang mungil. Aku tidak sampai untuk menanyakan ini secara langsung.  Dari sudut bibirnya mengurai senyum dan tak terlihat tetes mata yang membulir dari sudut matanya, entah dari lubuk hatinya.
Titik dan Emak sebelum memasuki gedung wisuda

Sambil menunggu acara wisuda selesai , aku juga sempat menjumpai seorang ibu menanti anaknya disamping bajaj. Kendaraan roda tiga itu tertulis 'Wisudawan Unindra'.  Sempat kaget melihat itu, sebab hampir semua kendaraan roda empat mengeliling. Ibu yang masih terlihat muda itu bersama anak lelakinya yang masih SD. Sementara sang ayah berada didalam gedung. Jadi, semakin mengerti yang mahal dari wisuda adalah gengsi. Semakin menuruti gengsi semakin mahal. Bisa jadi seperti resepsi pernikahan 😀
T
Bajaj wisudawan yang menyita perhatiaperhatian


Tanggung jawab mencari ilmu tidak berhenti setelah gelar itu tersemat di belakang nama. Keharusan belajar dan menuntut ilmu akan terus berjalan seiring waktu yang terus berjalan. Menjadi ilmu yang bermanfaat dengan berbagi ?sebagai ladang ibadah dan tetap menggali ilmu pengetahuan yang Allah beri hanya sedikit.


No comments: