Tuesday 28 April 2015

Kepak-kepak Merpati di Tanah Suci

                                              Kepak-kepak  Merpati di Tanah Suci

            Ihwal yang membahagiakan perjumpaanku menjadi tamu Allah, tapi yang menghiburku salah satunya adanya keberadaan merpati yang menghiasi sisi jalan sepanjang jalan dari hotel hingga Masjidil Haram. Menjadi pemandangan tersendiri saat merpati itu menari-nari lincah dijalanan, di dekat kedai kopi, di depan pertokoan, di pelataran masjid  dan dimana saja. Ada pula burung cantik itu terbang rendah dan berinteraksi dengan  jamaah
 
foto ini saya ambil dari internet, Merpati beterbangan tepat di halaman masjidil Haram
            Sebagian penulis sejarah Arab menduga bahwa merpati yang berada di sekitar Baitullah, Mekkah dan Madinah adalah keturunan sepasang merpati yang dulu membangun sarangnya di depan gua Tsur, tempat Rasulullah SAW dan Abu Bakar Sidiq bersembunyi dari kejaran orang-orang Quraisy saat akan hijrah ke Yasrib (sekarang Madinah Al Munawarah). Pada saat itulah dipintu gua bersarang laba-laba dan pada saat yang sama ada pula burung merpati yang  sedang bertelur. Karena melihat pintu gua ditutup laba-laba dan ada merpati yang bertelur, maka kaum Quraisy memastikan tidak mungkin seseorang bisa bersembunyi didalam gua. Akhirnya Rasulullah dan Abu Bakar berhasil lolos dari pegejaran.

            Barangkali karena hal itu, merpati menjadi kekasih seluruh penduduk Makkah hingga saat ini. Pantang bagi mereka untuk menyembelih merpati-merpati itu. Para mukminin atau warga Indonesia banyak yang mengingatkan jangan sekali-kali mengganggu, menendang atau bahkan menangkap merpati -merpati tersebut. Katanya, akan berakibat buruk bagi yang mengganggu.

            Sebenarnya aku tidak berniat mengganggu keberadaan mereka. Aku juga tidak memberanikan diri menggusar keberadaan mereka yang sedang bergerombolan mematuki makanan. Lebih sering aku melihat ketika makan di pagi hari dan menjelang sore. Jauh sebelum adzan dhuhur berkumandang, aku beserta teman-teman berkelompok untuk berangkat sholat. Sebelum pintu-pintu besi bermotif cantik itu dijaga ketat polisi dan dilarang masuk, karena tidak mampu memuat jamaah. Di tengah perjalanan disitulah aku iseng tergelitik untuk membubarkan keberadaan merpati yang tidak sedang mematuki makanab. Aku berlari keliling, melebarkan tangan dengan hentakan kaki yang kuat tanpa menginjak burung-burung itu, merpati-merpati bubar memencar melebarkan sayap. Kepak-kepak sayapnya mengibaskan angin mengena dibadanku. Merpati itu berhamburan terbang rendah  disekitar tubuhku. Aku masih saja yang mengitari sepanjang merpati itu berkelompok. Hahaha aku mengumbar tawa  renyah. Sementara teman-temanku ikut tersenyum lebar menertawakan tingkahku yang kekanak-kanakan, seperti mendapatkan hiburan. Dan tak lama mereka bergerombol kembali dipelataran persimpangan jalan di depan pertokoan. Untungnya selama berada di Tanah Haram aku tidak kena kotoran burung. Tetapi ada temanku yang kejatuhan kotoran diatas mukenanya  saat menunggu sholat tiba di Masjidil Haram


            Menurut sebagian orang juga merpati-merpati yang berada di sekitar Mekkah memiliki ciri yang berbeda dari merpati-merpati pada umumnya. Warna abu-abu muda menghias punggung  dan diujung-ujung sayap dan ekor warna abu-abu tua. Bulu dibagian sayap dihiasi dengan dua garis yang melintang mirip pangkat seorang perwira dalam ketentaraan. Sedang didaerah tengkuk warna gradasi abu-abu tua bercampur hijau tosca yang mengkilap, unik memang.
Liha dengan seksama merpati ini 


            Langit Jazirah Arab terkenal dengan beragam burung pemangsa seperti elang dan alap-alap. Merpati adalah mangsa empuk bagi elang . Namun anehnya, tak seekor burung elangpun aku lihat berputar-putar mengincar sebagai mangsanya.

            Umumnya merpati-merpati itu bersarang di lubang-lubang angin dan bagian-bagian dinding yamg berlubang. Merpati  yang anggun itu banyak mendapat makanan dari para masyarakat sekitar seperti roti. Namun ada pula pedagang asal Afrika dan anak-anak yang menjual makanan merpati yang dijajakan kepada jamaah umrah. Dengan jumlah merpati yang ratusan sepertinya kurang mencukupi kebutuhan perut merpati. Begituan dengan kotoran mereka. Bagaimana bisa kota Mekkah dan sekitarnya bisa tetap dalam keadaan bersih meski diserbu ratusan kerumunan merpati. Tapi lebih banyak sisa-sisa makanan yang berceceran, bukan dari kotoran dari burung itu sendiri. Agaknya tak seorangpun menjawabnya kecuali mengembalikan segalanya hanya kepada Allah SWT.


No comments: