Saturday 2 May 2015

Membentang Jejak Dakwah Rasulullah Di Haramain (Part Makkah)


                        Membentang Jejak Dakwah Rasulullah Di Haramain

Sebagai kota kelahiran para nabi tentu memiliki daya tarik, yakni di koka Haramain yakni Mekah dan Madina. Bukan hanya karena ia tempat ibadah haji dan umroh. Sebagai saksi bisu perjuangan keras dan dahsyat nabi. Negeri Arab yang tandus dengan negeri yang paling banyak memiliki terowongan batu di dunia. Mekah juga memiliki sejumlah objek wisata religi sangat menari. Nilai sejarahnya yang tinggi dan berdimensi religius menjadi nilai tersendiri bagi sejumlah objek wisata di kota kelahiran Nabi Muhammad Saw ini.

Alhamdulillah pada kesempatan 26 Maret- 2 April kami serombongan dari Zidny Travel mengadakan perjalanan umrah. Pada kesempatan usai umrah, keesokan harinya kami mengadakan tur melihat, mengamati dan menginjakkan kaki didaerah dan bangunan bersejarah. Kota yang dipenuhi dengan bebatuan dan gunung-gunung batu, namun kota yang sangat di cintai Allah dan Rosulullah. Itulah mengapa ka’bah menjadi pusat peradaban umat Islam dan kiblat umat Islam diseluruh pelosok dunia.
Dengan dibimbing oleh seorang muthawwif yang berpengalaman. Sejak menaiki bus yang disupiri oleh warga Indonesia yang telah bekerja disana, kami disuguhi makanan ringan. Hanif, pria muda mahasisiwa Universitas Islam Madinah memimpin perjalanan kali ini, seiring bus kami melaju, mulutnya tak henti menunjukkan letak-letak strategis dan bersejarah perjuangan nabi dan perkembangannya sekarang.

MasjidAl-Haram
Tampak Masjidil Haram usai menunaikan sholat Jumat dengan ratusan ribu jammaah



saya dihalaman masjidil haram


“Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk tempat beribadat manusia ialah Baitullah yang di Makkah yang di-berkahi” al- Imran, ayat 96.

Ka’bah adalah bangunan suci Muslimin yang terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ia merupakan bangunan yang dijadikan rujukan arah kiblat atau arah sholat bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah.


Ini tempat wajib didatangi, terutama jamaah haji dan umroh, karena ada rukun haji dan umroh di sini –mengelilingi Ka’bah (thawaf) dan berlari-lari kecil (sa’i) antara bukit Shafa dan Marwah yang ada di kompleks majid.

Capture ka'bah menjelang sholat Isya dari lantai 3
Ka’bah berbentuk bangunan kubus yang berukuran 12 x 10 x 15 meter. Ka’bah disebut juga dengan nama Baitallah atau Baitul Atiq (rumah tua) yang dibangun dan dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah. Kalau kita membaca Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 37 yang berbunyi “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”, kalau kita membaca ayat di atas, kita akan mengetahui bawah Ka’bah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim as meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail di lokasi tersebut. Jadi Ka’bah telah ada sebelum Nabi Ibrahim melangkahkan kakinya di Makkah.

Pada masa Nabi saw berusia 30 tahun, pada saat itu beliau belum diangkat menjadi rasul, bangunan ini direnovasi kembali akibat bajir yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali Hajar Aswad namun berkat hikmah Rasulallah perselisihan itu berhasil diselesaikan tanpa kekerasan, tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.

Banyak hal di luar ibadah yang bisa dinikmati (dikagumi) di dalam masjid yang bernilai sejarah, terutama Ka’bah,  Hajar Aswad (Batu Hitam, The Black Stone) yang “menempel” di Ka’bah, Maqam Ibrahim (jejak kaki Nabi Ibrahim a.s.), Hijr Ismail (lokasi rumah Nabi Ismail a.s. sekaligus tempat dimakamkannya sang ibunda, Siti Hajar), Sumur Zamzam,  Mizabe Rahmah (kanal air zamzam), Multazam (tempat doa diijabah),

Gua Hira Jabal Nur

Kami memang tidak diperkenankan turun dari atas bus, sepanjang perjalanan kami menikmati suasana dan membayang betapa keras perjuangan Nabi Muhammad mensyiarkan ajaran Islam.Gunung-gunung batu memenuhi sudut-sudut kota. Jika akan membangun rumah, hotel banyak terlihat bongkahan gunung-gunung yang sudah dicakar dan mendatar serupa tanah. Lalu mulailah membangun, maka tidak hayal jika harga tanah di Tanah Haram sangat mahal mengingat kondisi geografis yang seperti itu. Tanpa pepohonan dan sangat tandus.

Disebelah utara Masjidil Haram kurang lebih 6 km, terdapat sebuah gunung yang dikenal dengan nama Jabal Nur. Tinggi puncak Jabal Nur kira-kira 200 meter, di sekelilingnya terdapat sejumlah gunung, batu bukit dan jurang. Sekitar 5 meter dari puncak gunung, terdapat sebuah lubang kecil. Itulah yang disebut Gua Hira, di mana Nabi Muhammad Saw mendapat wahyu pertamanya.
Letak Gua Hira di belakang dua batu raksasa yang sangat dalam dan sempit. Panjang gua tersebut sekitar 3 meter dengan lebar sekitar 1.5 meter, dan ketinggian sekitar 2 meter setinggi orang berdiri. 

Dengan luas dimensi seperti itu, gua ini hanya cukup digunakan untuk shalat dua orang. Di bagian kanan gua terdapat teras dari batu yang hanya cukup digunakan untuk shalat dalam keadaan duduk dan terdapat lubang kecil yang dapat dipergunakan untuk memandang kawasan bukit dan gunung arah Makkah.

Untuk menuju puncak gunung, seseorang rata-rata memerlukan waktu selama 1 jam bahkan lebih. Medannya cukup sulit karena tidak ada tangga. Para peziarah harus mendaki melewati batu-batu terjal. Jalan bertangga hanya ditemukan setelah tiga perempat perjalanan. Namun menjelang puncak gunung, medannya sedikit ringan, peziarah bisa mendaki dengan santai.

Begitu tiba di depan pintu gua, terdapat tulisan Arab ‘Ghor Hira’ dengan cat warna merah. Di atas tulisan itu terdapat tulisan dua ayat pertama Surat Al-Alaq dengan cat warna hijau. Gua Hira terletak persis di samping kiri tulisan tersebut.

Jabal Nur dan Gua Hira ini sangat penting dalam sejarah Islam karena di gua inilah Nabi Muhammad saw menerima wahyu yang pertama yaitu surat Al’Alaq dari ayat 1 sampai 5. Senin 17 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Agustus 610 M—menurut Ibnu Sa‘ad dalam Al-Thabaqat Al-Kubra—kala Muhammad tengah khusyuk bertafakur, ia menerima wahyu pertama yang disampaikan oleh Malaikat Jibril.
“Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-Alaq: 1-5).

Saat itu pula Nabi Muhammad SAW resmi dilantik sebagai Nabi dan Rasul Allah SWT. Saat menerima penobatan sebagai Nabi, usia Nabi Muhammad SAW sekitar 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut kalender Qamariyah

Dengan kondisi seperti itu, Gua Hira merupakan tempat yang ideal di Makkah bagi Nabi Muhammad SAW untuk bertahannuts. Suasananya tenang, dan jauh dari keriuhan kota Makkah kala itu. Dan tentu saja, Nabi Muhammad SAW telah mempertimbangkan dengan matang pemilihan gua ini sebagai tempatnya ‘mencari’ Tuhan.

Beliau juga telah memperbincangkan tempat itu dengan istrinya, Khadijah binti Khuwailid. Oleh sebab itu, terkadang di malam yang pekat, Khadijah beberapa kali mengunjungi Muhammad. Dapat dibayangkan bagaimana beratnya medan yang ditempuh Khadijah Al-Kubra saat itu, ketika mengunjungi suaminya di Gua Hira.

Bagi sebagian kaum Muslimin, perjalanan ibadah haji bukan hanya sekedar menyempurnakan prosesi atau ritual sebagaimana diwajibkan atau disunnahkan syariat, tapi juga sebuah wisata religius. Salah satunya adalah dengan melakukan ziarah. Dan salah satu tempat ziarah yang paling diburu para jamaah haji atau mereka yang berumrah adalah Gua Hira yang terletak di Jabal Nur (Gunung Cahaya).

Gua Tsur – Jabal Tsur

Barulah dibawah kaki gunung Tsur kami diperkenankan untuk turun. Kebanyakan dari rombongan adalah ibu dan bapak yang lebih dari pauh baya usianya. Jika pun aku memaksa sungguh aku egois. Kesempatan 10 menit berada di kaki gunung itu, kami gunakan untuk berfoto alias mengabadikan moment tersebut.

Berikut sejarah dan pengetahuan yang diuaraikan muthawif selama perjalanan menuju destinasi gunung Tsur.

Aku dibalik bukit jabal Tsur


Memandang ke arah selatan dari Masjidil Haram di Kota Makkah, akan tampak barisan bukit batu terhampar memanjang. Berjarak 5 km dari Kota Makkah, barisan bukit batu tersebut adalah Jabal Tsur, perbukitan tertinggi di Makkah Al-Mukarromah.

Jabal Tsur atau Gunung Tsur memiliki tiga puncak yang bersambungan dan berdekatan. Di salah satu puncak Jabal Tsur itulah terdapat Gua Tsur. Gua Tsur merupakan tempat yang dijadikan perlindungan Rasulullah saw dan sahabatnya, Abu Bakar ra. Rasulullah saw dan Abu Bakar ra bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraiys.

Kala itu, tahun 622 Masehi, Rasulullah saw berniat hijrah ke Kota Madinah untuk mencari tempat penyebaran Islam yang lebih kondusif. Namun, kaum kafir Quraisy yang tak menginginkan ajaran Muhammad saw menyebar ke luar Makkah, melakukan pengejaran untuk menghalangi niat Rasulullah saw

Dalam kondisi terdesak, Rasulullah saw dan Abu Bakar ra memilih masuk ke Gua Tsur atas petunjuk yang diberikan Allah SWT melalui malaikat Jibril. Di gua yang berada di Jabal Tsur nan tandus itulah Rasulullah saw dan Abu Bakar ra berlindung selama 3 hari 3 malam.

Upaya pengejaran kaum kafir Quraisy menemui jalan buntu manakala sampai di sekitar gua. Kendati sudah berada di depan pintu masuk gua, kaum kafir Quraisy terkecoh dengan keberadaan sarang laba-laba dan sarang burung merpati yang menutupi jalan masuk ke gua.

Kaum kafir Quraisy tak melanjutkan mengejar ke dalam gua. Mereka berpandangan, tak mungkin ada orang yang sebelumnya masuk tanpa merusak sarang laba-laba dan membuat burung merpati terbang dari sarangnya. Dengan logika itu, kaum kafir Quraisy pun angkat langkah dan menghentikan pengejaran, kembali ke Kota Makkah.

Peristiwa pertolongan di Jabal Tsur serta persembunyian Rasulullah saw dan Abu Bakar ra di Gua Tsur diabadikan melalui firmah Allah SWT dalam Surah At-Taubah ayat 40. Ayat itu berbunyi: ”Bila kamu tidak mau menolong Rasul SAW, maka Allah SWT telah menjamin menolongnya ketika orang-orang kafir mengusirnya berdua dengan sahabatnya.Ketika keduanya berada dalam gua, Rasulullah saw berkata kepada sahabatnya, ”Janganlah engkau berduka cita, karena Allah SWT bersama kita.” Lalu Allah SWT menurunkan ketenangan hati (kepada Muhammad) dan membantunya dengan pasukan-pasukan yang tiada tampak olehmu. Dijadikan-Nya kepercayaan orang-orang kafir paling rendah dan agama Allah SWT menduduki tempat teratas. Sesungguhnya Allah SWT Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Dulu, saat musim haji banyak jamaah yang berupaya naik ke Jabal Tsur dan melihat Gua Tsur. Namun, kondisi medan bukit yang terjal serta waktu tempuh yang cukup lama, sekitar 2-3 jam untuk mencapai gua, membuat Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan larangan naik ke Jabal Tsur.

Jabal Rahmah

Dibawah bukit Jabal Rahmah kami diperkenankan kepelataran yang sangat luas. Banyak para ziarah yang menaiki, karena tak terlelu tinggi. Banyak dari mereka yang ingin mengabadikan nama dan pasangannya agar berjodoh, padahal menurut muthawif tidak ada ketentuan untuk berdoa di tempat pertemuan Adam dan Hawa tsb.

Pose yang ga mainstream di balik Jabal rahmah

Penciptaan Adam dan hawa menjadi sejarah nyata bagi kehidupan seluruh umat di dunia. Jejak-jejak keberadaan dua makhluk pertama di dunia ini dapat kita jumpai di beberapa tempat. Salah satunya di Jabal Rahmah.

Jabal Rahmah berada di bagian timur Padang Arafah di kota Mekkah Arab Saudi. Sesuai dengan namanya, jabal berarti sebuah bukit atau gunung, sementara Rahmah adalah kasih sayang. Sesuai dengan namanya, bukit ini di yakini sebagai pertemuan antara Nabi Adam dan Siti Hawa setelah mereka dipisahkan dan diturunkan dari syurga oleh Allah selama bertahun-tahun setelah melakukan kesalahan dengan memakan buah khuldi yang terlarang.

Konon berdasarkan cerita ahli sejarah, Nabi Adam diturunkan di negeri India, sedangkan Siti Hawa diturunkan di Irak. Setelah keduanya bertaubat untuk memohon ampun, akhirnya atas ijin Allah mereka dipertemukan di bukit ini.
Setelah pertemuan ini, Adam dan Hawa melanjutkan hidup mereka dan melahirkan anak-anak keturunanya sampai sekarang.

Untuk menuju puncak tempat ini, kita bisa menempuhnya sekitar 15 menit dari dasar bukit. Bukit batu ini berada pada ketinggian kurang lebih enam puluh lima meter yang puncaknya menjulang. Di bukit ini terdapat sebuah monumen yang terbuat dari beton persegi empat dengan lebar kurang lebih 1, 8 meter dan tingginya 8 meter. Menuju puncak bukit ini pemerintah setempat telah membangun infrastruktur yang memadai sehingga memudahkan bagi pengunjung untuk menikmatinya. Infrastruktur ini berupa jalanan berbentuk tangga dengan 168 undakan menuju puncak tugu.

Dari bukit ini kita bisa menyaksikan hamparan padang Arafah yang setiap tahunnya dipadati oleh jamaah dari seluruh penjuru dunia ketika musim haji tiba. Juga dapat menyaksikan matahari yang terbit atau juga sinar jingga yang mengiringi saat menjelang terbenamnya matahari.

Jabal Rahmah juga merupakan tempat wahyu terakhir kepada Nabi Muhammad SAW tatkala melakukan wukuf. Wahyu tersebut termuat dalam QS Al-Maidah (5) : 3, “Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku sempurnakan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu. …..
Turunnya ayat ini membuat para sahabat bersedih, sebab mereka merasa akan kehilangan Rasulullah dan tak berapa lama kemudian, Rasulullah dipanggil menghadap oleh Allah SWT.

Jironah

Diakhir destinasi wisata, kami menyempatkan singgah di Ji’ronah. Disana terdapat masjid yang tidak besar tapi banyak pengunjung melakukan tahiyatul masjid. Ini adalah tempat bersejarah, dimana disini adalah miqat nabi Muhammad saat akan memulai umrah.

Ji’ronah adalah nama sebuah perkampungan Wadi Saraf. Masjid Ji’ronah digunakan penduduk Makkah sebagai tempat miqat untuk umroh. Masjid ini terletak di bagian timur laut dari kota Makkah dan jauhnya 22 KM dari Masjidil Haram. Luasnya mencapai 1.600 M2 dan masjidnya bisa menampung hingga 1.000 jama’ah shalat.
Masjid Jironah

Karena Ji’ronah merupakan tanda batas haram maka di masjid inilah menjadi tempat miqat, dimana harus memakai pakaian ihram dan berniat ihram sebagai syarat memasuki tanah suci Mekkah. Dari sinilah Rasulallah saw berihram untuk melakukan umrohnya yang ke tiga kalinya. Ji’ronah merupakan tempat miqat umroh yang paling afdhal bagi penduduk Makkah, juga merupakan miqat paling tinggi derajatnya dibanding miqat yang lain. Ini menurut kebanyakan pendapat para ulama. Rasulallah saw sendiri melakukan umroh dari Ji’ronah. Beliau bermukim di sana selama 13 hari dan berihram dari sana.

Ibdu Abbas meriwayatkan bahwa bahwa Rasulallah saw melakukan umroh selama hidupnya sebanyak 4 kali, pertama umroh Hudaibiyah, kedua umroh Qadha’, ketiga umroh yang dilakukanya dari Ji’ronah sepulangnya dari perang Hunain, keempat umroh pada saat melakukan Haji wada’.

Dikampung ini terdapat beberapa tempat ziarah, salah satunya sebuah Masjid dan Sumur Bir Thoflah (sumur yang airnya dikenal memiliki rasa tersendiri). Menurut riwayatnya sumur ini dahulunya terdapat salah satu mukjizat Rasulullah SAW saat kehabisan air usai perang Hunain. Rasulullah SAW bersama para pejuang Islam berhenti untuk membagi-bagikan hasil kemenangan. Karena persediaan air habis dan disana tidak ada sumur, Rasulallah saw memukulkan tongkatnya lalu keluarlah air. Air ini sering dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan tidak pernah kering (*)

Dari berbagai sumber 

No comments: