Belanja di Tanah Suci
“Muraaah muraaah”
“Lihat lihat dulu
Kakaaak”
Teriakan pedagang di toko sepanjang sisi jalan menuju Masjidil
Haram dengan logat ke arab-araban. Ini menjadi daya tarik pejalan kaki, terutama
jamaah asal Indonesia yang konsumeris. Soal mata uang rupiah di Tanah Haram
laku keras. Untuk barang-barang yang bernilai kecil memang baiknya menggunakan
Riyal. Jangan khawatir untuk penukaran uang, di sana banyak. Aku bersyukur
tanpa harus cape ke Money Changer (tempat penukaran uang), sebab muthowwif (pemandu)
suka rela mengkolektif uang belanja jamaah yang akan ditukar Riyal. Harga
riyal saat itu kisaran Rp.3700.
Biasanya usai
sholat tiba, ketika hamburan jamaah yang keluar masjid disitulah para pedagang dadakan menggelar
lapak. Selembar kain dibentangkan di tepi jalan lalu disemaikan barang-barang
mereka. Bisa berupa mainan, thawb atau jubah (pakaian laki-laki Arab) ataupun
jenis oleh-oleh yang lain. Terlihat wajah-wajah Afrika menghiasi trotoar dengan
menyebut-nyebut harga dengan suara lantang dan membeber barang dagangan. Harga
barang yang digelar memang lebih relatif murah dari harga toko. Pilihan warna
dan ukuran pun sedikit, untuk masalah kualitas biasanya juga kurang. Hati-hati
jika ada polisi penertiban jalan datang, mereka tidak segan-segan menarik
pembeli dengan paksa untuk menangkap para pedangang liar itu.
Hampir semua
pedagang bisa berbahasa Indonesia. Mereka akan keberatan jika membuka plastik
dalam daganganya yang masih terbungkus rapi. Satu barang sudah cukup dijadikan
contoh. Tidak seperti pedagang Indonesia yang biasa menggunakan istilah
“Pembeli adalah raja”. Pedagang disana lebih cuek, terlebih ketika adzan
menggema, mereka berucap “Allah Allah” sambil mengangkat-angkat tangan dan
menutup dagangannya dengan lembaran kain lalu pergi ke masjid. Jika tawar
menawar barang tak kunjung menemukan harga yang cocok mereka akan diam dan
beralih dengan pelanggan yang lain.
penampakan toko yang berada disepanjang sisi jalan menuju masjid di hiasi burung-burung merpati |
Seperti ini kira-kira contoh dialog singkat akad jual beli abaya
(gamis hitam khas wanita Arab)
Aku : “Abuya kaam” (Pak,
berapa?)
Abuya : “Lima puluh riyal”
Aku : “laa laa laa tiga
puluh (sambil menunjukan kesepuluh jari
3 kali)”
Abuya : “Ampat puluh halaaal “
(kalkulator siap membantu menghitung dan alat komunikasi)
Aku : “ok ok saya beli 3,
ukuran S “
Abuya : “120 riyal halaal”
Memenuhi nafsu
lapar mata saat berbelanja harus memikirkan kuota bagasi pesawat. Pengalaman
kemarin satu orang diberi kapasitas 30 kg. Berdasar pengalaman muthowwif jika
barang melebihi kapasitas bagasi, atau mereka yang menyimpan air zam-zam dalam
koper kemudian membuat basah kusup koper, maka siap-siap dibuang. Menjadi
pembeli yang cermat menjadi perhatian tegas, tidak ada yang ingin oleh-olehnya
dibuang percuma. Belanjaan ini yang dijadikan semacam cenderamata yang biasanya
akan dibagi-bagikan kepada sanak saudara, tetangga, teman dan kerabat lainnya.
Lain hal jika di
Madinah, pedagang kaki lima banyak mencoba meraup untung. Sepanjang jalan
didepan mulut gerbang masjid dan lorong
menuju hotel bertebaran pedagang. Wajah para pedagang emperan lebih variatif.
Cenderamata seperti peralatan ibadah, pacar kuku, kurma, kacang Arab, madu dll
banyak tersedia.
Supermarket Bin
Dawood, bisa ditemui diberbagai daerah di Mekkah dan Madinah sebagai alternatif
belanjanlain. Berbagai kebutuhan dijual ditempat tersebut dengan harga yang
bersaing. Letaknya berada di depan masjid Nabawi dan Masjidil Haram yang berada
di dalam mall (istilah Arab Museum) kalangan menengah ke atas. Barang-barang
dengan merk Internasional ternama bisa dijumpai disana dari jam Rolex, tissot,
parfum Bvlgari , jeweleri, baju-baju mahal dll. Yang sanggup menguras kantong
dan mata terbelalak.
Untuk kebutuhan
berbagai jenis kurma banyak disediakan di Bin Dawood, seperti kurma Sukari
(untuk kejantanan), kurma Ambar (untuk kecerdasan anak), Kurma Ajwa (Kurma
kualitas terrbaik atau sering disebut nabi Muhammad) Sesuai hadits Rosullullah
“Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada
hari itu ia akan terkena racun maupun sihir”HR. Bukhori Muslim. Begitu pula
dengan jenis-jenis coklat, permen coklat, ataupun kurma coklat yang sudah
dikemas dengan bungkusan yang menarik dan siap saji. Untuk harga kurma ajwah
memang relatif mahal, 1 kg dihargai 70 riyal (Rp.259.000) Jika sudah sampai
Indonesia harga bisa mencapai Rp.350.000 – 400.000 /kg.
Ada jenis kurma
lain yang biasanya pesanan saudara ataupun teman, yaitu kurma hijau atau kurma
pentil. Kurma ini berkhasiat untuk meningkatkan kesuburan, menguatkan
kandungan, mengentalkan dan menambah hormon laki-laki, menambah keharmonisan
pasutri dll. Kemasan dalam pasaran biasa suadah setengah matang ,yang disimpan
di freezer yang sudah bisa langsung dikonsumsi. Jika tidak disimpan dalam
lemari pendingin, dikhawatirkan 2 hari akan cepat membusuk. Rasanya tidak manis,
melainkan asam dan ada sepat. Ada produk lain yang selain kurma hijau yang
berkhasiat sama yaitu serbuk pucuk kurma. Makanan ini adalah salah satu ramuan
herbal yang dapat membantu mengatasi masalah kemandulan. Serbuk ini sangat
mirip dengan cairan sperma kaum laki-laki, dan diambil dari pucuk-pucuk buah
kurma di Madinah.
Jika kita membeli
kurma hijau dalam bentuk kardus besar, maka semakin membuat kita repot.
Pasalnya kurma akan dibagi dan memerlukan wadah yang permanen. Biasanya jamaah
akan membeli wadah semacam tupperware yang kedap udara di super market Bin
Dawood. Setelah itu disimpan dalam lemari pendingin sampai menjelang kepulangan
dan dibungkus rapat didalam koper.
Ohya, bagi anda
yang ingin berbelanja perhiasan terutama emas, penjual dengan suka rela
menerima rupiah. Mereka berkomunikasi dengan kalkulator dan bahasa Indonesia
seadanya. Harga memang lebih mahal sedikit dari harga emas di Indonesia dan
jika di jual di tanah air nilainya akan merosot. Kelebihan dari emas Arab
sendiri warna kilau keemasanya sangat kuat mentereng, lebih-lebih ini sebuah
cinderamata berharga yang didapat di tanah kelahiran Nabi.
No comments:
Post a Comment