Saturday 18 April 2015

Belanja di Tanah Suci (umrah part VIII)


                                                            Belanja di Tanah Suci

            “Muraaah muraaah”
            “Lihat lihat dulu Kakaaak”
Teriakan pedagang di toko sepanjang sisi jalan menuju Masjidil Haram dengan logat ke arab-araban. Ini menjadi daya tarik pejalan kaki, terutama jamaah asal Indonesia yang konsumeris. Soal mata uang rupiah di Tanah Haram laku keras. Untuk barang-barang yang bernilai kecil memang baiknya menggunakan Riyal. Jangan khawatir untuk penukaran uang, di sana banyak. Aku bersyukur tanpa harus cape ke Money Changer (tempat penukaran uang), sebab muthowwif (pemandu) suka rela mengkolektif uang belanja jamaah yang akan ditukar Riyal. Harga riyal  saat itu kisaran Rp.3700.

            Biasanya usai sholat tiba, ketika hamburan jamaah yang keluar masjid  disitulah para pedagang dadakan menggelar lapak. Selembar kain dibentangkan di tepi jalan lalu disemaikan barang-barang mereka. Bisa berupa mainan, thawb atau jubah (pakaian laki-laki Arab) ataupun jenis oleh-oleh yang lain. Terlihat wajah-wajah Afrika menghiasi trotoar dengan menyebut-nyebut harga dengan suara lantang dan membeber barang dagangan. Harga barang yang digelar memang lebih relatif murah dari harga toko. Pilihan warna dan ukuran pun sedikit, untuk masalah kualitas biasanya juga kurang. Hati-hati jika ada polisi penertiban jalan datang, mereka tidak segan-segan menarik pembeli dengan paksa untuk menangkap para pedangang liar itu.

            Hampir semua pedagang bisa berbahasa Indonesia. Mereka akan keberatan jika membuka plastik dalam daganganya yang masih terbungkus rapi. Satu barang sudah cukup dijadikan contoh. Tidak seperti pedagang Indonesia yang biasa menggunakan istilah “Pembeli adalah raja”. Pedagang disana lebih cuek, terlebih ketika adzan menggema, mereka berucap “Allah Allah” sambil mengangkat-angkat tangan dan menutup dagangannya dengan lembaran kain lalu pergi ke masjid. Jika tawar menawar barang tak kunjung menemukan harga yang cocok mereka akan diam dan beralih dengan pelanggan yang lain.
penampakan toko yang berada disepanjang sisi jalan menuju masjid di hiasi burung-burung merpati

Seperti ini kira-kira contoh dialog singkat akad jual beli abaya (gamis hitam khas wanita Arab)
Aku   : “Abuya kaam” (Pak, berapa?)
Abuya : “Lima puluh riyal”
Aku   : “laa laa laa tiga puluh  (sambil menunjukan kesepuluh jari 3 kali)”
Abuya : “Ampat puluh halaaal “  (kalkulator siap membantu menghitung dan alat komunikasi)
Aku   : “ok ok saya beli 3, ukuran S “
Abuya : “120 riyal halaal”

            Memenuhi nafsu lapar mata saat berbelanja harus memikirkan kuota bagasi pesawat. Pengalaman kemarin satu orang diberi kapasitas 30 kg. Berdasar pengalaman muthowwif jika barang melebihi kapasitas bagasi, atau mereka yang menyimpan air zam-zam dalam koper kemudian membuat basah kusup koper, maka siap-siap dibuang. Menjadi pembeli yang cermat menjadi perhatian tegas, tidak ada yang ingin oleh-olehnya dibuang percuma. Belanjaan ini yang dijadikan semacam cenderamata yang biasanya akan dibagi-bagikan kepada sanak saudara, tetangga, teman dan kerabat lainnya.

            Lain hal jika di Madinah, pedagang kaki lima banyak mencoba meraup untung. Sepanjang jalan didepan mulut gerbang  masjid dan lorong menuju hotel bertebaran pedagang. Wajah para pedagang emperan lebih variatif. Cenderamata seperti peralatan ibadah, pacar kuku, kurma, kacang Arab, madu dll banyak tersedia.


Museum (Mall) yang berada tepat di depan halaman masjidil haram

            Supermarket Bin Dawood, bisa ditemui diberbagai daerah di Mekkah dan Madinah sebagai alternatif belanjanlain. Berbagai kebutuhan dijual ditempat tersebut dengan harga yang bersaing. Letaknya berada di depan masjid Nabawi dan Masjidil Haram yang berada di dalam mall (istilah Arab Museum) kalangan menengah ke atas. Barang-barang dengan merk Internasional ternama bisa dijumpai disana dari jam Rolex, tissot, parfum Bvlgari , jeweleri, baju-baju mahal dll. Yang sanggup menguras kantong dan mata terbelalak.
supermarket Bin Dawood yang ada di mall depan masjidil Haram

            Untuk kebutuhan berbagai jenis kurma banyak disediakan di Bin Dawood, seperti kurma Sukari (untuk kejantanan), kurma Ambar (untuk kecerdasan anak), Kurma Ajwa (Kurma kualitas terrbaik atau sering disebut nabi Muhammad) Sesuai hadits Rosullullah “Barangsiapa mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwah pada pagi hari, maka pada hari itu ia akan terkena racun maupun sihir”HR. Bukhori Muslim. Begitu pula dengan jenis-jenis coklat, permen coklat, ataupun kurma coklat yang sudah dikemas dengan bungkusan yang menarik dan siap saji. Untuk harga kurma ajwah memang relatif mahal, 1 kg dihargai 70 riyal (Rp.259.000) Jika sudah sampai Indonesia harga bisa mencapai Rp.350.000 – 400.000 /kg.
           
            Ada jenis kurma lain yang biasanya pesanan saudara ataupun teman, yaitu kurma hijau atau kurma pentil. Kurma ini berkhasiat untuk meningkatkan kesuburan, menguatkan kandungan, mengentalkan dan menambah hormon laki-laki, menambah keharmonisan pasutri dll. Kemasan dalam pasaran biasa suadah setengah matang ,yang disimpan di freezer yang sudah bisa langsung dikonsumsi. Jika tidak disimpan dalam lemari pendingin, dikhawatirkan 2 hari akan cepat membusuk. Rasanya tidak manis, melainkan asam dan ada sepat. Ada produk lain yang selain kurma hijau yang berkhasiat sama yaitu serbuk pucuk kurma. Makanan ini adalah salah satu ramuan herbal yang dapat membantu mengatasi masalah kemandulan. Serbuk ini sangat mirip dengan cairan sperma kaum laki-laki, dan diambil dari pucuk-pucuk buah kurma di Madinah.

            Jika kita membeli kurma hijau dalam bentuk kardus besar, maka semakin membuat kita repot. Pasalnya kurma akan dibagi dan memerlukan wadah yang permanen. Biasanya jamaah akan membeli wadah semacam tupperware yang kedap udara di super market Bin Dawood. Setelah itu disimpan dalam lemari pendingin sampai menjelang kepulangan dan dibungkus rapat didalam koper.

Nah, yang membuat aku berbesar hati uang sakuku tak seberapa

            Ohya, bagi anda yang ingin berbelanja perhiasan terutama emas, penjual dengan suka rela menerima rupiah. Mereka berkomunikasi dengan kalkulator dan bahasa Indonesia seadanya. Harga memang lebih mahal sedikit dari harga emas di Indonesia dan jika di jual di tanah air nilainya akan merosot. Kelebihan dari emas Arab sendiri warna kilau keemasanya sangat kuat mentereng, lebih-lebih ini sebuah cinderamata berharga yang didapat di tanah kelahiran Nabi.

No comments: