Bahasa Hati
Saturday, 16 September 2023
Saat Anak Masuk MI/SD
Friday, 11 August 2023
Untung Gak Babyblouse Syndrome
Mahreen Nayyara putri kedua |
Pandemi karena covid 19 telah memaksaku meninggalkan ibu kota. Kembali ke tanah kelahiran dan tinggal di rumah mertua. Awalnya agak berat, ya atas titah suami. Melepas kontrakan ditengah perkampungan padat di Jakarta. Hidup berrumah tangga tak ada yang tanpa ujian. Sebaik-baiknya mertua atau orangtua kandung pun pasti pernah ada gesekannya.
Vaksin astrazeneca sudah tertancap diusia kehamilan jalan 7 bulan. Pandemi menuju titik landai setelah badai virus corona versi delta menyerang. Aku sempat mengalami anosmia selama 4 hari diusia kandungan 4 bulan. Indera penciumanku tak berfungsi sebagai mana semestinya. Bau kentut yang biasa kucium dari suami tak pernah terdeteksi. Itu yang tak kasad mata, minyak kayu putih, balsam, aroma terapi, terasi tak tercium bau apapun.
Aku memanggilnya mama, untuk mertua. Beliau sudah single parent sejak tahun 2014. Ibu yang hebat, kuat lagi cerdas. Jiwa dagangnya tidak diragukan dengan cara perpikirnya yang satset dan obrolannya yang mengasyikan. Sedang emak, untuk mama kandungku. Beliau juga single parent saat aku hamil anak ke-2. Cobaan yang berat dan harus kuat.
Diusia kandungan jalan 5 bulan, suami baru saja mendapat pekerjaan sebagai kurir J&T area dekat rumah. Qadarulloh setelah pelanggan sablon benar-benar sepi dan bansos sudah mulai menipis. Awal hijrah BLT DD, lalu mencoba mengerjakan kartu prakerja dan lolos selama 4 bulan insentif, mencoba juga untuk suami bansos UMKM dari BPUM via BRI dan 2X cair. Rezeki dari Allah melalui ikhtiar kecil, kapan lagi dapat guyuran duit dari pemerintah hehe yang penting halal. Bukan hal mudah menerima keterbatasan namun keyakinan janji Allah yang mendatangkan rizki diwaktu yang tepat.
Kontraksi sore saat mencuci baju, alhamdulillah hanya berlangsung 4 jam. Usai sholat asar dan makan aku diantar ke bidan. 26 Oktober 2021 putriku lahir dengan selamat dan sehat. Dengan berat 3,4kg dan panjang 50cm. Proses yang lebih mudah daripada anak pertama. Dengan kenikmatan yang berbeda tentunya.
40 hari dipingit pasca bersalin terasa berat awalnya. Beberapa kali mendobrak aturan mertua itu. Menuruti kakak mengantar sekolah yang jaraknya hanya sekitar 50 meteran dan kebetulan disamping rumah ibu kandangku. Mama menangis sejadinya, marah dengan mengelus-elus dada. Sesembak dititah untuk menjadi asisten dirumah selama nifas. Aku hanya mengurusi bayiku. Sesekali mencuri waktu merawat tanamanku. "Apa aku kurang sayang?" Kata-kata itu keluar dari mulut mama. Sedang aku hanya diam seribu kata. Banyak unek-unek yang tersimpan dihati.
Memang kebaikan tak selalu memberi kesan baik. Kebaikan belum tentu juga diterima dengan baik. Melalui karakternya, caranya kadang tidak bisa diterima. Begitu juga mama, memberi kebaikan dengan caranya meringankan bebanku selama bayi newborn. Dengan memberi pantangan selama 40 hari tak keluar rumah. Tanpa mengerjakan tugas rumah. Namun, sebagai makhluk sosial akupun ingin melihat dunia luar yang nyata. Termasuk emak, ibu kandungku atau menyapa tetangga yang lewat. Atau sekedar mengobrol dengan saudara. Ya, aku melanggar melalui perbuatan dan setelah itu tidak lagi. Seberapaun ucapan petuah, nasehat ataupun larangan aku jawab iya dan diam. Yakin, makin banyak membalas banyak kata makin panjang durasi cerita dan drama. Cukup sadar dan tahu diri saja.
Yang membuat overthinking saat itu adalah perkataan " orang yang habis melahirkan terlihat sehat dari luar tapi didalam turun mesin. Ada tetangga yang habis melahirkan lalu membawa berat akibatnya *anunya* keluar". Terus metode pijat jaman dulu (dukun bayi) sebelum bidan melalui di 'sengkak' yaitu alat vital didorong dengan kaki oleh dukun bayi. Kemudian kaki digantung berhari-hari dengan tujuan agar *anunya* masuk. Seram bukan? Dan ini sangat menjadi beban buatku, menjadi tidak percaya diri saat berhubungan dan minder dengan suami.
40hari terasa sebentar jika lihat kelucuan anakku. Berbeda saat menghitung hari bersama sesembaknya yang tiap hari selalu bertanya, selalu kepo yang tidak penting. Saat masak sering aku temui sambil gegaruk rambut. Angin yang lembut membawa bau lendir telinga yang luar biasa. Tak sengaja kujumpai kapas kecil menyumbat ditelinga kiri. Orangnya ramah dan mudah tersenyum. Soal mulut, saat tersenyum karang gigi sudah terlihat dari gigi depan. Nah, kalau ngomong auto kencang dong. Pelan kadang kurang terdengar. Kebayang kan ada kesenggol angin sedikit tercium dua lubang yang berbeda.
Hanya dalam hati, "Ya Allah, sungguh aku tidak mematikan rezeki untuk sesembaknya. Kalau boleh cukup sebulan saja menemaniku. Aku yakin sanggup dan kuat menunaikan tugasku". Doa itu tersemat dalam, affirmasi positif kedalan jiwaku. Aku butuh mental yang sehat, aku butuh waras, aku butuh me time. 30 hari yang nikmat, hampir tiap malam begadang menyusui anak. Sedangkan tiap hari anak kecil dari sesembaknya selalu ikut. Sering lelarian, tapak-tapak kakinya diinjak kuat kelantai, asli berisik. Belum lagi TV yang selalu menyala.
Qadarulloh, cukup 37 hari dibantu asisten. Beliau sakit hampir seminggu. Kontrak awal dengan mama sebenarnya 2 bulan. Setiap tidak datang tidak ada ijin atau omongan. Satset satset melihat aku sudah bisa menghandle sendiri, mama tidak lagi memakai jasa asisten. Ada kebahagiaan tersendiri, ada ruang kelegaan dipikiran dan jiwa. Saran suami pada umumnya nasehat waktu itu, ya sabar. Memang itu kuncinya.
Soal masakan biasa. Sayur bening, sop yang tiap kali dimasak kulahap habis. Tidak ada pikiran kotor, otak ini kuracuni "aku ibu menyusui harus kuat ada anak yang bergantung denganku". Soal bebersih, kuakui jago kinclong dan setrikaan licin.
Kembali ke resep utama hidup, tidak ada yang sempurna dan tidak ada hidup tanpa ujian. Betapa bersyukurnya aku, punya mertua baik. Ya, dengan segala gonjang ganjing manusiawi. Cara mengasihi anaknya dengan caranya walau kadang diluar nurul hehe.
Tulisan ini mengurai keresahan dan kewarasan.
Terimakasih untuk diriku yang hebat dan kuat. Alhamdulillah ala kulli haal tidak merasakan baby syndrom. Dari 0 bulan Mahreen begadang tanpa ditemani mama atau suami. Alhamdulillah cukup bayik dan aku sudah nyaman. Terimakasih sudah hampir 2 tahun cerita ini berlalu. Mahreen anakku sehat, masih ASI dan proses toilet training. Kosakatanya sudah banyak, lincah dan sering usil.
Sunday, 28 November 2021
Mitos-mitos Setelah Melahirkan
Mitos Setelah Melahirkan
Melahirkan itu proses yang menyakitkan sekaligus hadirnya kebahagiaan, baik secara jiwa maupun raga. Semua nikmat jika dijalani dengan sabar dan banyak dukungan moral, spiritual.
Mitos yang berkembang saat ini dipengaruhi ritual nenek moyang terdahulu. Lalu diturunkan secara turun temurun. Meski dunia medis sudah canggih dan dasar ilmu agama bisa diakses dengan mudah.
Lantas bagaimana sikap kita? Aku merasakannya 2 kali. Hidup berdampingan dengan orangtua dahulu banyak suka dukanya. Nikmat, disyukuri dan sabar itu harus berjalan beriringan. Selagi tidak melanggar syariat dituruti. Jika tidak cocok tidak perlu melawan, lebih baik diam dan sama-sama menjaga perasaan. Ibu ataupun mertua berusaha perhatian dan menumpahkan kasih sayang dengan caranya. Cukup menjadi pendengar yang baik dan beri senyuman manis, meski dihati meringis.
Berikut mitos pasca melahirkan yang beredar
*Tidak boleh bepergian selama 40 hari
Perintah ini bentuk penjagaan dan kekhawatiran, namun yang salah dibumbui mitos dan menakut-nakuti tanpa dasar yang kuat. Pasca melahirkan butuh hati yang gembira. Selama bepergiannya terjangkau dan aman kenapa tidak. Bepergian yang beresiko itu yang membahayakan, mengingat bayi baru lahir belum memiliki imun yang kuat dan rentan.
*Tidur dengan kaki lurus
Terutama melahirkan normal, posisi kaki menjadi penopang badan. Didaerah sebelah dinamakan istilah "Nyanda" duduk dan tidur dengan kaki lurus selama 40 hari. Upaya tanda cinta strechmark dari proses bersalin terurai, mengendurkan otot yang mengencang saat proses mengejan, menghindari varises . Kembali ya, posisi seperti itu nikmat atau menyiksa batin atau fisik?😀
*Tidur harus berselimut dan kaki harus tertutup rapat
Ini sebenarnya tidak salah, disaat tertentu tidak bisa diterapkan. Kondisi ibu pasca melahirkan berbeda-beda, bagi yang banyak jahitan tidak gampang, gaya tidur senyamannya demi kesehatan. Menurut orangtuaku jika kaki tidak ditutup ada makhluk tinggi besar menghampiri.
* Pakai stagen/grita/benting selama 40 hari
Perut ibu setelah bersalin seperti balon ditiup terus kempes. Menggelambir dan berkerut begitu juga perut. Kondisi rahim yang mengembang 200x lipat berproses untuk kembali ke ukuran semula, butuh waktu dan secara alami. Ibu dahulu memakai benting/stagen karena mereka harus bekerja keras kembali dan mereka memiliki banyak anak. Agar kuat menjaga peranakan karena membawa barang berat. Mau pakai atau tidak kembali ke percaya diri masing-masing dan kembali ke bentuk tubuh ibu. Ada yang bisa kembali ke bentuk semula tanpa grita ada pula yang sebaliknya.
* Saat menjemur baju bayi tidak boleh terlalu kering
Ini memang tidak masuk akal dan tidak ada kaitannya sama sekali. Namun banyak orang tua yang masih mempercayai dan mempengaruhi anaknya. Konon katanya akan menyebabkan bayi sering ngulet, banyak gerak. Sebenarnya maksud tsb agar bayi nyaman saat dipakai, mengingat kain yang dipakai bayi halus dan mudah menyerap. Apabila terkena terik panas maksimal membuat kaku dan tidak nyaman.
* Saat mencuci baju bayi tidak boleh diperas terlalu kencang.
Mitos ini sama seperti mitos menjemur baju yang terlalu kering.
* Ari-ari adalah saudara kembar bayi
Ari-ari atau plasenta adalah makanan bayi saat didalam perut, bukan saudara kembar bayi.
* Ari-ari dikubur tidak boleh terlalu dalam
Menurut orang tua ari-ari dikubur tidak terlalu dalam berpengaruh menyebabkan tali pusar lama putusnya. Padahal tidak ada kaitannya. Namun, konon jika tali pusar lama putusnya jadi orang sabar.
* Ari-ari dikubur dialasi daun supaya adem
Eh, ari-ari kan bukan benda hidup gak tau tuh mana adem mana panas 😂
* Ari-ari baiknya dikubur di depan rumah
Konon, jika ari-ari dikubur didepan rumah nanti jodoh si bayi berani ke rumah. Ya iyyalah masak ke kuburan 😂
* Potongan pusar yang kering dimakan ayah sebagai obat
Kalau itu sih jorok! Sama saja memakan bangkai. Lebih tepatnya kanibal hiiih. Terus diapain dong, ya dikubur laaah
* Potongan pusar yang kering disimpan sewaktu-waktu dicelup diair lalu diminum untuk obat
Ini masih sebatas sugesti, menjaga kesehatan lebih tepat dari pada mengobati, ya kan?
* Tapih atau kain dari mbah buyut langsung diselimutin ke bayi, supaya tidak buyuten (tremor).
Tremor atau buyuten biasanya dipengaruhi saraf bukan karena selimut kain dari mbah buyut 😆
* Jika bayi cegukan menempelkan potongan klasa, kertas/tisu di kening
Cukup cengire jika orangtua kita dari pada ngajak ribut. Meskipun berkali-kali ditempel gak sembuh. Dikira vampir apa yak ditempelin biar gak loncat-loncat😀
* Supaya tidak kagetan, bayi baru lahir beri tahu arah mata angin selatan, utara, timur, barat dengan digebrag, menepuk disamping kepala bayi.
Ini sebenarnya mau sholat nyari kiblat atau lagi berjelajah takut nyasar yak? Hehe
Berdasar pengalaman pribadi 2 kali melahirkan, pengalaman tinggal dengan ibu sendiri kemudian di rumah mertua. Nikmat luar biasa, ungkapan kasih sayang mereka dilakukan dengan cara mereka.
Suami berharap ada anak ketiga, saya rasa keberatan. Syarat yang aku ajukan bisa dipenuhi asal di rumah sendiri. Semua atas izin Allah, semoga sebelum usia kepala empat.
Sunday, 21 November 2021
Melahirkan Anak Kedua
Melahirkan Anak Kedua
Sebelum asar merasakan kontraksi beberapa menit sekali secara teratur. Tak lama usai adzan, kutunaikan sholat dengan keadaan melilit-lilit sedap. "Pah, mamah kontraksi, nanti jam 4 ke bidannya". Setelah itu menyengaja makan sebisanya untuk persiapan tenaga.
Perjalanan dengan roda empat menuju bidan sangat hati-hati. Meski demikian mulut ini terus beristighfar menikmati sinyal cinta dari bayi. Mba Ica kakak ipar sigap menolong dan mengantarkan kami. Dari spion tampak melihatku yang sedang meringis dan sesekali menutup mata menahan nyeri. Kupegang dengan kuat gagang pegangan yang diatas pintu mobil saat kontraksi muncul.
Mantap ke bidan senior desa untuk dituju karena pengaglaman dan terbang yang tak diragukan. Beliau bidan sudah lebih dari dua puluhan tahun. Dan benar saja proses persalinan yang kedua ini berbeda dengan yang pertama. Anak pertama bersalin melalui vakuum dari bidan dirujuk ke rumah sakit. Rasanya masya Allah nikmat dijahit luar dalam bak diobras. Jangan tanya soal sakit dan proses penyembuhan ala kulli haal semangat sehat dan sehat.
Ramuan sambetan dan daun lembayung pesananku dibawa emak sambil menengokku yang sudah dikamar bersalin. Secuil sambetan diminum juga dioles ke seluruh tubuh oleh emak. Lalu daun lembayung mentah kukunyah dan ditelan. Secara medis memang kurang paham, namun kepercayaan dan mengikuti orang terdahulu saja. Alhamdulillah kontraksi makin cepat dari pembukaan 2 jam tak lama menjadi pembukaan 6 dan jam 7 pembukaan lengkap.
Badan miring kiri menghadap tembok. Kaki kanan memeluk guling hingga genap pembukaan lengkap. Menurut bidan, posisi bayi sudah ke panggul namun belum masuk dan bentuk perut besar yang menggantung ke bawah. Proses persalinan sebelum telentang sampai terlihat kepala bayi, kaki kanan ditekuk keatas menempel ditembok, tangan kanan memeluk paha, mata melotot melihat perut dan menggunakan pernafasan perut lalu mengejan mengikuti kontraksi. Beberapa kali sering salah buang nafas sebelum mengejan.
"Semangat, Bu. Tinggal sedikit lagi, pasti bisa" ujar bu bidan mensupportku tanpa henti. Saat bayi sudah terlihat rambut badan terasa panas, gerah, capek menjadi satu. Aku sedikit rewel minta suami mengipasiku. Dan satu tangannya terus kucengkeram kencang. Dukungan semangat suami dan bidan terus menyala. Sementara lafadz istighfar dan dzikir terus membasahi bibir. Ingin sekali menangis menahan sakit, namun tertahan dengan doa.
"Ayo Bu, paling gak nyampe setengah delapan udah lahir" kata bu bidan menyemangati. Dan benar saja pukul 19.10 WIB bayi lahir dengan selamat dan sehat. Plasenta keluar dengan normal dan jahitan yang sedikit. Karena reflek mengangkat pantat saat mengejan. Dengan BB 3.4kg dan panjang 50cm. Kecupan dikening mendarat dari bibir suamiku.
"Pah, bayinya sempurna? Tangan, kaki?" pertanyaan itu kulontarkan. "Ssst, tenangin dulu". Bayi masih berlumuran kotoran dan langsung diletakkan diatas dadaku setelah dipotong plasenta oleh bu bidan (IMD (Inisiasi Menyusui Dini)) selama satu jam. Usai IMD, "alhamdulillah sempurna, jarinya lengkap" ujar suamiku. Secara aku belum bisa melihat bayiku utuh, sementara aku masih terbaring lemah di atas bangsal.
Pemberian nama anak adalah hak suami, yang disematkan melalui pemikiran yang panjang. Dengan menggunakan cukup 2 kata. Berkat tasyakuran ada yang sudah dibagi dan nama baru muncul ketika tamu para bapa hadir. Putri kecil itu bernama Mahreen Nayyara, semoga tumbuh senantiasa sehat, sholihah, cerdas dan jadi penyejuk kedua orangtuanya, aamiin
Friday, 17 September 2021
Selamanya Cinta Bapa
Selamanya Cinta Bapa 💝💕
2 pekan bapa telah pergi untuk selamanya. Tutup usia 70 tahun dengan tenang. Matanya terpejam, wajahnya bersinar, senyum berseri dan rambut ubannya berkilau dan meninggalkan semerbak wangi.
Qadarullah, seekor kucing abu-abu putih mendampingimu waktu disholati. Meski sudah diusir keluar masjid. Kembali datang menatapmu dari bawah kaki keranda, sementara jamaah bershaf-shaf menyolati dan mengantarkanmu hingga liang lahad.
Biasanya tiap kali menyambangi rumah, bapa sedang duduk atau tiduran dirusbang depan rumah. Menyapanya dan duduk bersanding bercerita apa saja. Ya, apa saja yang ada dihati, lingkungan dan keadaan fisik bapa yang sudah dimakan usia. Terkadang kami hanya diam memandang dedaunan disapu angin dan menyapa orang yang berlalu lalang.
Biasanya bada magrib satu juz dalam kitab alquran dibacanya dengan lancar, sering hingga adzan isya berkumandang. Lalu melanjutkannya sebelum matahari terbit sambil menanti pelanggan datang ke warung.
Rambutnya penuh uban, kulitnya mengeriput, senyumnya pongah banyak gigi geraham yang tanggal dan jalannya perlahan-lahan. Pegal, itu yang sering dikeluhkan sejak 3 tahun lalu operasi pangkal paha. Ikhtiar yang tak sediikit dilakukan, dari secara medis dan non medis sudah ditempuh. Bapa semangat bisa berjalan, semangat untuk sembuh, semangat untuk kembali bertemu mushola. Ala kulli haal memperpanjang usia dan mempermudah aktifitas sementara.
Allah memilih jalannya sendiri dalam proses menghadapNya. Kembali ke ruang operasi dan pembedahan usus bocor. Menurut dokter efek panjang dari komsumsi obat pereda nyeri. Selasa sakit, Kamis operasi dan Rabu bapa sudah tidak sakit lagi. Tidak ada lagi 11 colokan alat di ruang ICU, dari ventilor, monitor jantung, oksigen dll. Bapa sudah tenang dengan kalimat thoyibah diujung sakaratul maut.
Bapa, semua tentangmu melekat erat dijiwa ragaku. Beruntungnya aku, dimasa tuamu kita sering bersama. Meski tak sempat bertemu lagi saat-saat terakhir. Bapa jarang meminta-minta apapun kepada anaknya dan jarang sekali menyuruh kecuali terdesak.
Masih ingat dulu, waktu aku kecil anak yang doyan ngambek. Bapa yang mengantar sekolah dan memberi uang saku tambahan. Bapa pula yang mengajarkan aku membaca. Dengan nada yang tinggi dan aku yang sampai sesenggukan menangis berhasil bisa. Begitupun jika ada PR Matematika dan Baca Tulis Alquran bapa orang yang mampu mendampingi belajar waktu MI. Bahasa Arab dan Tajwid bapa juga jago, termasuk pembagian porogapet yang rasanya dulu susaaah sekali.
Usai panen tiba, pasti anak-anaknya dibelikan keperluannya. Sesiapa yang rengking pertama dia yang diajak ke pasar. Yeaaay, rasanya senang sekali. Memilih sepatu sendiri di toko dan bapa yang menawar harganya.
Bapa pekerja keras bertani. Tanaman perkebunanan hasil tangan dinginmu semoga menjadi amal jariyah yang senantiasa bertasbih kepada Allah. 8 anak perempuan dan 1 bungsu anak lelaki lolos diantar hingga ke gerbang pernikahan. Dan aku saksi hidup bahwa bapa yang menjabat erat lelaki pendamping hidupku diakad janji suci. Menikahkanku langsung tanpa diwakilkan.
Bapa, menceritakanmu tak pernah habis seperti rasa sayangku kepadamu. Doa terbaik mengulum senantiasa selalu untukmu. Melepas kepergianmu dengan ikhlas dan bangga memiliki bapa sepertimu. Semoga husnul khotimah dan layak ditempatkan di surga Nya. Allohummahhfirlahu warhamhu waafihi wafuanhu
Wednesday, 9 December 2020
Pandemi Dan Bapa
Jalannya perlahan, punggungnya sedikit bungkuk. Tongkat bambu menjadi kaki ketiganya saat bepergian jauh. Jarak tempuh tersering selain sekitar rumah adalah bolak-balik ke mushola. Sebelum waktu sholat tiba, suaranya yang biasa sering mengumandangkan seruan adzan.
Tangan dinginnya pandai menanam. Profesi tani beliau geluti sejak muda. Bapa yatim piatu sejak kecil dan diwarisi beberapa lahan kebun. Salah satu keahliannya adalah membuat doran (kayu pegangan untuk cangkul) dan garan (kayu pegangan untuk pisau, arit). Pemilihan kayu yang pilihan dan sentuhan lekukan yang nyaman untuk dipakai lagi awet. Hari gini, jarang dijumpai anak muda yang memiliki keahlian itu.
Pasang surut menjadi petani, dialaminya tak mengenal lelah. Padi yang kadang panen berisi (mentes), gabuk ataupun harus berbagi dengan hama tikus itu cukup disyukuri. Kadang kelapa, melinjo, cengkeh, kapolaga harga tinggi namun panen sedikit. Sedang jika panen melimpah harga merosot. Itu pula tetap disyukuri dan mampu mencukupi keluarganya.
Pandemi ini memaksaku hidup berpisah sementara dari suami. Merelakan mengais rezeki sendiri di Ibu kota. Sementara kami menetap hidup di kampung. Berdekatan dengan pekarangan membuat nyali bertaniku tumbuh. Seiring trend menanam sedang hits. Akuterbiasa mengobrol diatas rusbang kayu jati. Kursi model lawas yang tak lekang waktu, ya sejak aku masih kecil. Di kursi itu pula bapa menghabiskan waktu duduk santai, menyapa orang lewat sambil menunggu warung. Warung milik emak yang membantu kelancaran perekonomian keluarga.
Di atas kursi pula kami bercerita tentang pengalamanku belajar bercocok tanam. Menanam dan merawat singkong, cabai, terong dsb. Bapa sering mengeluh pupuk yang mahal dan langka dipasaran. Syarat kartu tani harus dimiliki terkendala birokrasi. Janji tinggal janji, persyaratan sudah dipenuhi. Sayang, prosesnya melambat dan bertahun belum terwujud. Kami berbicara gulma, rumput liar, macam-macam tumbuhan dan cara menanamnya. Ah, bapa dibalik ketegaranmu sebagai ayah juga kehebatanmu menjadi petani yang sabar dan bisa menjadikan ladang mendekatkanmu dengan Tuhan pula.
Dikursi itu pula aku bertukar pikiran dengan bapa. Bercerita kabar keluarga dan dunia. Televisi sengaja tak diperbaiki parabolanya sejak awal pandemi. Kurang lebih tanpa menonton TV, emak bapa terlepas dari kabar buruk yang terus disiarkan. Beliau sibuk dengan rutinitas sehari-hari. Hanya saja broadcas berita yang paling ampuh di kampung yaitu dari mulut ke mulut. Meminimalisir kekhawatiran dan terus terjaga dalam doa serta tawakkal.
Tidak ada mimpi bapa yang berlebih selain meninggal dengan enak. Dan membawa sangu (bekal) amal yang banyak. Tak seperti dulu, dipiring kecil nasi yang diciduk hanya secentong tanpa tambah. Itu saja sudah kenyang. Lauknya terbatas dan pilihan, jika tidak darah tingginya kumat. Tidurnya tak lelap sebatas memejam mata dan melepas lelah. Disepertiga malam emak dan bapa bangun bermunajat. Berpuasa senin kamis berdua, sahur dan berbuka berdua.
Aku kira seiring usia senja masalah rumah tangga akan mengerucut. Nyatanya tidak, semua memiliki fase hidupnya masing-masing. Emak bapa memang sering beradu emosi, namun hanya sesaat dan mereka saling memahami karakter. Secepat itu berantem secepat itu pula mereka saling memaafkan. Kembali mengolah obrolan yang mengalir, berbagi, mengisi diusia senja. Goncang soal ekonomi sudah lumrah, dijalaninya berdua hingga tahun depan memiliki 20 cucu. Bapa yang setia dan emak yang berhati lurus mengarungi bahtera penuh kenikmatan dan limpahan berkah.
Sunday, 18 October 2020
Buruh yang memanusiakan manusia
Mengulas kembali soal buruh dan yang terjadi di lapangan saat bekerja. Tulisan kemarin yang berjudul Saya Buruh Di Pabrik Sepatu. 60 : 40 tenaga kerja didominasi kaum perempuan. Kawasan pabrik yang meliputi berbagai jenis sepatu bermerk mendunia. Konon, pabrik ini menjadi kawasan terbesar se Asia tenggara.
Dengan bekerja adalah kehormatan dan harga diri seorang laki-laki juga bekerja, dalam arti menafkahi untuk kepala keluarga. Bagi kaum perempuan yang bekerja adalah pilihan masing-masing. Pilihan menjadi buruh sama dengan karyawan, yang artinya bawahan yang diminta untuk memenuhi permintaan bos. Secara otomatis harus memiliki mental untuk melayani. Mental kuat untuk menyajikan sesuai apa yang diinginkan. Gampang? Iitu berproses. Semakin mengenal semakin paham, bisa karena terbiasa. Butuh mental kuat saat memulai belajar, ada kesalahan itu pasti.
Kekerasan verbal atau non verbal yang terjadi di lapangan selalu ada penyebab. Biasanya karena masalah, ya tidak mencapai target dan kualitas yang tidak sesuai. Kadang, karena dibawah tekanan dari atasan dan membendung emosi lalu tumpah menyalurkan ke bawahan. Wanita memang terlahir memiliki banyak emosi, baperan namun tidak rapuh.
Begini, kebanyakan buruh pabrik di pabrik sepatu adalah kaum hawa. Perempuan memiliki kecenderungan untuk mengatasi tekanan atau masalah dengan strategi koping yang berdasar emosi, misalnya melakukan mencari dukungan emosional. Laki-laki cenderung lebih menggunakan otak kiri sedangkan perempuan secara umum bergantian dalam menggunakan kedua belahan otak kanan dan otak kiri. Hal ini yang mendasari laki-laki lebih kuat dalam logika dan pengambilan keputusan berdasarkan fakta sedangkan perempuan cenderung lebih melihat sesuatu secara garis besar memiliki emosi yang lebih kuat dan bergantung pada intuisi mereka saat mengambil keputusan.
Apa tidak bisa baik-baik? Indonesia terlahir dari penjajah. Kadang sikap dan sifat penjajah itu secara tidak sadar turun menurun dari nenek moyang kita. Warisan politik penjajah negeri ini ternyata masih bersemi hingga kini, apalagi kalau bukan politik pemecah belah dan adu domba. Semangat untuk menuai benih permusuhan di dalam negeri yang satu tidak pernah lelah di gelontorkan oleh segelintir orang yang memang sangat suka melihat keributan di negeri ini.
Pangkal dari bekerja apapun adalah ibadah. Kembali, kita diingatkan dalam Alquran, hidup didunia tidak akan lepas dari cobaan. Tidak ada yang selamanya hidup enak terus dan tidak ada yang selamanya sengsara terus. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah: 155).
Apapun pekerjaannya memiliki tantangan tersendiri. Menjadi pedagang bisa mengatur waktu sendiri namun uang yang diterima tidak tertebak. Berbeda dengan gaji buruh yang stabil dan tepat waktu. Semuanya Allah cukupkan rizki, tidak hanya materi berupa gaji. Anak, istri yang sholeh, sholehah, badan sehat, memiliki tetangga yang baik, bisa ibadah dengan tenang dll itu juga bagian rizki Allah.
Jikapun menjadi buruh baiknya buruh yang memanusiakan manusia. Yang mendahulukan akhlak lalu ilmu. Yang memperbolehkan sholat dan menyediakan fasilitas ibadah. Yang menegur tanpa menyakiti, yang memperingati tanpa memaki. Yang memiliki aturan yang ketat menyoal kekerasan dan tunjangan masa depan yang cerah. Dan keduanya hidup rukun, saling menguntungkan dan saling mendoakan.
* Foto milik facebooknews Banten
Friday, 16 October 2020
Saya Buruh Dipabrik Sepatu
Dari 2007-2016 saya adalah buruh di pabrik sepatu tersohor di Serang Banten. 6 bulan pertama saya sebagai operator serabutan. Kadang mengelem outsole, menali sepatu, membaffing (menipisi) kulit, cek pola dll. Kemudian saya meminta mutasi ke bagian planning. Melalui tes di HRD kemudian di tempat kerja. Ala kulli haal saya bekerja lebih ringan, duduk dikantor dan berjam-jam menghadap komputer.
Bukan hal mudah, gedung kerjaku kategori proses assembling, setelah proses cutting. Barisan line baru dengan komposisi banyak karyawan baru tentu memiliki kesulitan dan masalah sendiri. Target dimulai perjam awalnya 100pcs perjam,nyata jarang terlampaui.
Pernah ketika sampai finishing ternyata sepatu tidak seimbang tinggi rendahnya. Walhasil omelan pedas dari pengawas muncul, sambil memukul dengan outsole (telapak sepatu), "kamu makan kemenyan yak? Mati aja, mati". Nadanya tinggi dan matanya melotot. Aku yang belum selesai masa training hanya membisu dan menahan emosi yang tak karuan.
Belum emosi yang lain yang tak bisa disebutkan. Bahasa kasar sering muncul oleh pengawas tanpa kendali saat masalah lapangan itu timbul. Pengawas dan supervisor dibawah tekanan target dan tuntutan kualitas dari atasan.
Diakui, lemburan di lapangan tak terhitung jamnya. Apalagi jika dikejar ekspor. Dengan begitu otomatis uang lemburan lebih banyak dibanding karyawan yang di kantor yang jarang lembur. Meski kadang ada beberapa jam lemburan yang tidak terhitung.
Tidak hanya masalah gaji yang diterima. Operator lapangan dan operator di kantor berbeda gaya fashion. Meski gaji pokok, operator kantor lebih modis dan cantik. Memiliki fasilitas AC, kursi empuk dan paling penting punya kemudahan mengurus cuti atau PC (Pulang Cepat). Dengan mudah di acc untuk cuti haid, cuti tahunan, cuti nikah, melahirkan, khitan, urusan agama dll. Sedang, jika dilapangan susah untuk cuti. Dengan banyak pertimbangan dan satu operator yang cuti bisa berpengaruh dengan hasil produksi, lagi target tim dan kualitas barang.
Sekitar tahun 2009 usai kebijakan perusahaan diperbaiki. Jim keady seorang aktivis buruh berhasil meluluhlantahkan hati usai berdebat langsung dengan CEO Nike di AS,untuk membayar upah lemburan yang tidak dibayar selama beberapa tahun. Dengan mengganti sebanyak 1juta dolar. Meskipun demikian Jim akhirnya dideportasi dan tidak boleh lagi ke Indonesia.
Aturan mengenai kekerasan verbal dan nonverbal terpampang jelas dan direalisasikan. Sanksi tegas tercantum juga. Berikut juga aturan kerja dan lemburan yang semakin ketat, terkontrol dan disiplin. Alat-alat cangih disiapkan, seperti perbaikan cekrol absen dan pemasangan cc tv. Pengawasan terhadap aturan berlaku pun tidak main- main. Bekerja dimulai dan berakhir ditandai dengan bel berbunyi. Dan memastikan ruangan benar-benar kosong sebelum dan sesudah bekerja. Dikhawatirkan ada karyawan yang mencuri start bekerja dan bekerja melampaui jam kerja.
Kini, saya disibukkan dengan mengurus rumah tangga. Usai ijab sah, selang beberapa hari kemudian memutuskan untuk resign. Pengalaman menjadi buruh menjadi perjalanan pahit manis. Suka dukanya dinikmati dan disyukuri. Ada banyak hal keinginan dan cita-cita yang terpenuhi saat menjadi buruh.
Undang-undang omnibuslaw cipta kerja yang sudah disahkan tengah malam kemarin, rasanya membuat badan ini lemas, sedih, kesal, gereget dan mengumpat. Astaghfirullaah! Saya memang bukan orang yang langsung merasakan imbasnya. Namun, ancaman keberlangsungan hidup mereka begitu dekat. Di masa pandemi yang serba pailit harus ditimpa derita lagi. Pemerintah yang seharusnya sibuk menangani wabah corona, seakan mencuri kesempatan warganya yang di lockdown, di rumah aja. Vonis diketuk dengan buru-buru seperti dikejar setoran. Sedang, warga banyak yang menunda kepentingan tertentu karena terkendala pandemi. Dulu susah-susah elajar menghafal fungsi DPR, ternyata fungsinya nenyusahkan rakyat
Lebih melindungi penguasa investor dan mengkerdilkan kaum buruh. Undang-undang yang dibuat hanya mengusung kepetingan perut penguasa yang segelintir. Tanpa mempertimbangan kaum buruh yang jutaan dan menghidupi keluarganya.
Entah akan menjadi seperti apa nanti. Lelagi penguasa menyalah gunakan wewenang. Tak cukup sekali, mengutip dalam sebuah pidato, Presiden Soekarno berujar, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, namun perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri”. Nah, itu!
Tuesday, 13 October 2020
Kreatifitas Anak Untuk Anak Desa
Tak menampik hidup di desa memiliki kemudahan mengakses alam dengan mudah. Terasa sekali, saat sekarang terkadang bingung masak apa pekarangan samping rumah sangat membantu. Saat ada jantung pisang ya masak jantung, begitupun pepaya, daun kelor, daun singkong dsb.
Nah, ini menyangkut kreatifitas anak dan efisiensi yang ramah di kantong dan ramah lingkungan. Seperti mengulang saat masih kecil. Bermain gelembung dan pacar kuku.
*Gelembung sabun
Saat bepergian atau berwisata Mika sering sekali tertarik dengan permainan gelembung. Untuk kemasan yang sederhana berupa gelas plastik dan 2 warna sabun gelembung seukuran es mambo biasanya dihargai 5 K. Sedang untuk kemasan plastik panjang dengan karakter biasanya dipasaran harga 10-15K.
Tian dan Aji sedang bermain bersama, keduanya bermain memetik daun riribang. Dengan inisiatifku, mereka ku ajak mengolah daun riribang menjadi gelembung.
Daun riribang menyerupai daun sepatu. Bunganya merah berputik panjang menjuntai, biasanya liar dipinggir jalan. Setelah dipetik daun muda, kemudian ditumbuk hingga halus. Tumbukan daun biasanya berlendir dan licin. Lalu dicampur air, sabun colek dan diaduk. Untuk tongkat tiupnya, menggunakan ranting daun tretean yang ikat berongga.
Taraaa, dan jadilah gelembung yang murah meriah. Mika, Tian, Aji bermain dengan gembira. Senyumnya merekah bersama gelembung yang terbang terbawa angin.
Jika dikalkulasikan, lumayan hemat. Belajar sambil bermain. Menggunakan bahan yang terdekat di lingkungan sendiri dan ramah dikantong.
* Pacar kuku
Gadget sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang anak. Salah satu tontonan yang disukai Mika yaitu reality show diary likr Nastya dan Diana Show. Keduanya anak perempuan yang lucu, dengan segala aktifitas dan mainanya.
Tayangan bermain cat kuku membekas di pikiran Mika. Pernah meminta namun tak sampai merengek. Ide itu datang saat melihat pohon pacar di depan rumah tetangga. Mungkin kalau tidak karena anak, jalan-jalan ke tetangga tak mesti dijamah.
Izin meminta daun pacar sudah diiyakan oleh pemiliknya. Tak banyak, hanya segenggam tangan lalu kusimpan disaku. Tetiba Mika minta pulang karena ingin buang air kecil.
Sesampainya di rumah, kutahan hingga nanti. Mengingat sang surya terik menyinari bumi. Mika berulang mencoba menumbuk dipinggir jalan yang panas. Rasa penasarannya ingin mengetahui hasilnya.
Cobek dan ulekan mbah kupinjam. Supaya lebih aman tetap di dalam rumah. Selain tidak kepanasan tentu anak terjangkau pengawasan. Daun pacar ditumbuk hingga halus, beri sedikit air. Setelah lembut dibubuhkan dikuku hingga kering.
Nyatanya, tak sampai kering Mika sudah tidak sabar. Ketidak hati-hatiannya lelagi salah satu kukunya tersenggol dan terlepas. Berulang lagi hingga sekian kali. Supaya cepat kering, tangan diletakkan di luar dan terkena sengatan matahari. Alternatif lain yang adem dengan kipas.
Mika melepas pacar kuku yang masih agak basah. Kuku Mika berubah menjadi warna orange pucat. Berbeda dengan punyaku yang lebih lama memakainya, orange terang.
Ohya, daun pacar mengingatkanku pada masa kecil. Sering bermain pacar kuku dan meminta daun ke alm. magede (uwak). Setelah magede tidak ada, dulu dibelakang rumah matua (mbah) pun ada. Sekarang, jarang anak-anak bermain pacar kuku. Keberadaan pohon pun jarang juga.
* Kereta dari kulit jeruk bali
Kebetulan sore kami melintas di rumah tetangga. Anak-anak sedang asyik bermain kulit jeruk. Didampingi ayah mereka, berkreasi menjadi kendaraan.
Kulit jeruk itu diberi tetangga sebelah. Harus hati-hati mengupasnya, supaya kulit dan buah tetap bagus. Sebenarnya keluargaku juga dikasih, hanya saja dikupas dengan kulit jeruk dengan potongan kecil-kecil.
Potongan menyerupai bulan sabit itu dijadikan badan kendaraan. Dibuatlah 4 roda yang dibentuk bundar. Ditusuk dengan lidi untuk menyatukan. Nah, selanjutnya mereka berimajinasi. Dibuat orang-orangan, lampu merah, kursi dsb
Bukan Piknik Dimasa Pandemi
Untuk ke tiga kalinya 3 bocil ini perjalanan jauh. November tahun lalu acara Om Wildan wisuda di Jogja. Juni akhir kemudian om Wildan menikah di Magelang dan kemarin di puncak pandemi akhir September ke Pati, tilik bayi tante Iin.
Bukan tanpa khawatir, tak cukup berbekal doa. Bermasker pasti, walau kadang copot pasang 😁 ada gerah, makan, sholat. Dalam hati terus berprotokol istighfar, minimal menenangkan diri dan menghindari kepanikan. Emak, bapa, Tante Ani dan kedua buah hatinya Amanda dan Marisa juga kami. Ala kulli haal sehat hingga kini.
Aku menyebutnya bukan piknik di kala pandemi. Silaturrohmi, itu yang paling tepat. Menjajaki kota Pati yang berdekatan dengan kota ukir. Perjalanan yang melewati tol kali kangkung via tegal - Semarang lumayan menyingkat waktu. Dari Bumiayu menuju tol ke Tegal butuh waktu 2 jam. Lalu menembus tol dengan kecepatan 120km/jam, sangat cepat. Sedang, keluar tol perjalanan melewati Kudus, Demak, Pati, Juwana, Puncel. Untungnya, jalan datar bukan naik turun.
Ajakan 'ngembun' dari om Mintono dibalas antusias. Menuju pantai di Goa Manik, masuk daerah Jepara. Sekitar menempuh perjalanan 20 menit dari rumah. Pagi yang mendung disambut matahari yang malu-malu keluar dari peraduannya. Debur ombak terus menggerus bibir pantai. Gemuruhnya membuat Mika takut.
Mika masih ingat diperjalanan saat melihat gunung kapur. "Mamah itu ada lavanya?", "enggak ada sayang" jawabku. Kemudian di pantai Mika bertanya lagi, "Mamah, nanti lavanya tumpah ke pantai, takut" ini yang membuat Mika takut mandi di pantai. Memilih menjauh, mendekati padang rumput ilalang yang dimakan gerombolan domba.
Aku melihat emak dengan rona bahagia. Mantai kali ini emak terlihat lepas. Meski tak memceburkan diri ke air. Emak asik menikmati pasir, berjalan menyusuri pantai, berbagai pose didepan kamera dengan senang hati dll
Masa pandemi membuat banyak objek wisata ditutup. Anjuran pemerintah, yang mengkhawatirkan penularan virus corona. Berada di pantai hanya ada kami sekeluarga serasa privat pantai. Bangku-bangku kosong, tidak ada satupun pedagang. Namun, perawatan tetap berjalan, pagi itu banyak petugas kebersihan menyapu dan berlalu lalang membawa sampah.
Tuesday, 8 September 2020
Gegedeg Squad, Kalian Menang Sebelum Menang
Tak selalu digandrungi kaum emak dikalangan pengajian, qasidah sering juga menemani musik anak sekolahan. Kaum remaja khususnya bangsa melayu paham akan seni tsb. Cara permainannya yang memukul rebana dan dengan syair syiar yang easy listening.
Rebana yakni sebuah alat yang terbuat dari kulit lembu menyerupai bedug pada masjid , namun berukuran kecil , sehingga cara memainkannya pun dengan di bawa oleh tangan kiri dan di mainkan dengan tangan kanan.
Ohya, di bulan kemerdekaan kemarin karang taruna desa Adisana menyelenggarakan lomba kosidah. Lomba tsb hanya berlaku untuk dukuh-dukuh yang ada di Adisana. Dari sekian dukuh, hanya 9 grup yang mendaftar. Nah, disini ada satu grup yang menarik perhatian. Pemuda-pemudi yang mengisi kegiatan daring dari sekolah diisi hal positif. Lalu, nyalinya diuji untuk berkompetisi dilomba qasidah dalam rangka harlah yayasan Assalafiyah Dukuh Kweni.
Lahir dari organisasi remaja RT 06 Dukuh Kweni yang berlatih memanage organisasi (HIPAMA = Himpunan Pemuda Mahalul Ittihad). Mereka mencoba kompak, rukun, berbagi dan saling bertukar gagasan serta informasi. Gegedeg squad nama pilihan yang terpilih untuk menamai band kepret mereka. Tampil perdana saat acara resepsi Agustusan. Perlahan nyalinya ditantang untuk belajar berkompetisi.
Malam-malam kemarin telinga ini disuguhi tabuhan rebana. Pemuda-pemudi saling mensuport untuk berlatih. Semakin hari semakin stabil iramanya. Mereka meninggalkan acara televisi kesayangannya. Sementara mereka tidak berkumpul bersama keluarganya, telapak tangannya pegal dan memerah. Otaknya diajak berkonsentrasi mengingat ketukan nada.
Mental mereka diasah. Menghajar rasa malas, melawan gabut dan mager. Kebersamaan yang bukan dalam toxic pertemanan.
Pertemanan yang positif. Kebersamaan yang akan nengendap diotak sangat lama. Lalu, dikemudian waktu akan menjadi rindu dan lembaran kenangan indah.
Lucunya memikirkan kostum untuk tampil. Usia sekolah masih bergantung dengan orangtua. Awal tampil, custom case. Hampir semua punya batik dan bawahan hitam. Lalu demi kompetisi dan dana cekak, mereka meminjam baju wisuda. Atasan brokat dan bawahan batik. Model kekinian ala anak muda dan hijab mengkilap segi tiga. Kemudian, hari ini mereka tampil dengan tunik seragam batik baru. Tidak gamis? Hehe kembali untuk mengingat low budget. Emak-emak boleh saja heboh, Gegedeg Squad kostum elegan dan goodlooking juga kok😍
Kalah, bukan! Itu bukan masalah. Mereka menang sebelum menang. Dalam kompetisi kalah menang sudah lumrah. Honestly, mereka menang akan banyak hal. Menang untuk menghimpun kekuatan diri, membebaskan malas, takut, mengembangkan bakat, disiplin dan percaya diri yang meningkat. Kebahagiaan kebersamaan yang tak ternilai harganya. Tawa ceria, senyum sinai yang terpancar dari raut sahabat. Dukungan keluarga dan lingkungan. Semua terpupuk alami dengan berlatih dan adanya kompetisi itu. Ah, semesta mendukung 😀
Monday, 7 September 2020
Bertani Dan Cinta
Lahir dari darah petani, seakan terpanggil jiwa ini. Sedari kecil bapa sudah terbiasa bercocok tanam. Kebunnya ada dibeberapa tempat dan memiliki sawah. Melihat bapa, berkebun memiliki arti ketenangan dan kedamaian. Berkebun di tengah ladang menepi dari kesunyian, ditemani suara alam, berbaur dengan tanah,berani kotor dan tak takut nyamuk.
Emak juga hobi sekali berkebun bunga. Uniknya, setiap pergi kemanapun jika melihat bunga bagus, tidak segan untuk mengambilnya. Entah meminta biji, benih atau menanam dari rimpangnya. Menurut orang tua dulu, tangan emak dan bapa dikenal dengan istilah 'tangan adem', artinya seringnya setiap menaman tumbuh dan berbunga.
Seperti memiliki bayi baru. Tanaman kecil dirawat dengan penuh kasih sayang. Pokok utama dalam menanam kita tahu, perlu perhatian menyirami air, menyiangi rumput atau gulma dan memberinya pupuk. Perhatian ini juga menyita waktu dan tenaga. Nah, ini yang membuat Mika, anakku cemburu. Saat menyiram beberapa kali Mika sengaja menaruh poci untuk menyiram ke tempat asal. Ketika saya meminta izin mengurus tanaman, Mika berkata, "Biarin tanamannya mati, gak usah siram" muka kesalnya tergambar jelas. Saya berusaha menjelaskan dan merayunya. Begitupun saat Mika ngegas, "Mamah, urusin Mika" saat baru akan menyiram. Duh! usia 3-5 tahun memang sedang di fase electra komplek, dimana membutuhkan kasih sayang dan perhatian penuh dari orangtuanya.
Sebenarnya, bercocok tanam dimulai saat pandemi, termasuk faktor mendukung ketahananan pangan (hik, so idealis😊).Saat dilockdown, saya harus pindah ke rumah mertua. Kebetulan di samping rumahnya ada pekarangan kosong. Perlahan dibereskan dari sampah besar, suami mulai membabat rumput yang tinggi, dicangkuli dan ditanami singkong, cabe, tomat, terong dan beberapa bumbu dapur, seperti sereh, lengkuas, kapolaga. Diselingi beberapa bunga biar lebih sedap dimata. Aglonema ada,namun bukan tanaman prioritas, hanya sekedar ikut trend dan pelengkap saja😀
Belajar dari berkebun, aku melihat kegigihan gulma atau rumput liar. Seberapa kalipun dicabut atau dibabat akan tumbuh kembali. Berusaha menyaingi pemeran utama. Akarnya kuat mencengkram tanah dan cepat sekali tumbuh. Ah, aku melihat tidak bedanya proses hidup manusia. Siapa yang berhasil unggul, dia yang dirawat, disayangi, berani berkompetisi terus untuk maju dan menyingkirkan lawan.
Saat membuka buku herbal, rupanya banyak rumput liar yang tumbuh ternyata untuk obat. Memiliki khasiat masing-masing secara alami. Benar saja, tidak ada yang sia-sia Allah ciptakan. Hanya saja kita yang belum tahu. Pantas saja sering disebut dalam Alquran "afalaa yatafakkarun, afala yandhurun" yang artinya apakah kamu tidak berpikir, apakah kamu tidak melihat.
Imam Muslim juga meriwayatkan hadis dari Jabir bin Abdullah bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali yang dimakan darinya merupakan sedekah, apa yang dicuri darinya merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh binatang buas merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh burung merupakan sedekah, dan apa yang diambil oleh orang lain juga merupakan sedekah.” dalam lafal lain: “…Merupakan sedekah sampai akhir kiamat”
Honestly, tanaman yang dikurung jaring sintetis itu titipan suami, sebelum berangkat ke ibu kota semasa pandemi. Sempat bertengkar sebab aku lupa menyiraminya. Usia tanaman baru hitungan hari. Merawatnya adalah cinta dan baktiku kepada suami. Sedang tanaman lain yang kutanam memanfaatkan lahan kosong. Mungkin nanti, jika rezeki materi sudah terkumpul kebun itu akan dibangun rumah sederhana kami. Aamiin
Kabar gembiranya, tomat, terong sudah berbuah. Cabe sedang berbunga dan beberapa benih yang kutanam sudah terlihat kuncup bunganya. Ah, senangnya hati ini. Proses alam yang memanjakan mata. Warna-warni daun, bunga bermekaran yang sedap dipandang. Hariku lebih cerah, saat menatap dibalik jendela, ada tanamanku yang hijau ditiup angin. Daunnya bergesekan. Di pagi hari tampak segar dan gagah, siang layu dan sore segar kembali.
Pah, dua purnama telah kutunaikan kewajiban menjadi cinta. Namun, kasih sayang ini akan penuh dengan kehadiranmu. Bunga-bunga cinta ini kusebar berbisik ke langit, agar papah dalam sebaik-baik penjagaan. Sehat lahir batin, iman Islam dan menempuh ujian dengan lancar dan sabar. Membangun rumah kecil dan hidup masih mimpi, semoga damba kami nyata 😍😘
Wednesday, 19 August 2020
Mengisi Kemerdekaan yang ke 75
Terimakasih Panitia Para Pemuda RW 3
Emak narsis satu ini mencoba memberi testimoni. Nasionalis, patriotis memang tidak melulu ditunjukkan hanya saat hari kemerdekaan saja. Sepanjang darah mengalir akan selalu ada mencintai tanah air dan nasionalis. Rasa ini akan terasa sekali jika kalian ke luar negeri. Tidak berbeda rasanya mencintai tanah kelahiran kampung halaman, terlebih saat di rantau.
Sepekan kemarin sudah dilalui berbagai macam lomba. Bersifat tidak kesuluruhan perdusun. Tepatnya Dukuh Kweni RW 03, hanya diwakili 3 RT, yakni RT 05, 06, 07. Anakku usia 3 tahun sangat antusias dan girang mengikuti lomba. Meski usianya belum masuk kategori, diperbolehkan hanya sekedar tim hora-hore.
Sore-sore itu akan menjadi pertemuan dan kenangan manis. Anak-anak lelarian diatas tanah basah sisa diguyur hujan. Begitupun malam-malam syahdu pertemuan para panitia yang saling menyatukan ide. Berbagi cerita, tawa dan canda. Malam eksotis lomba ditutup dengan panjat pinang. Pemuda bertelanjang dada memanjat dengan penuh perjuangan. Sedang beberapa pemudi memanjat doa supaya segera dipinang #eh😆
Kalian tahu, bukan hanya sekedar kebersamaan itu yang menyatukan. Kepala dengan rambut yang sama hitam, berupaya dengan satu anggukan dan melangkah bersama, singsingkan lengan. Dengan satu mulut dan dua telinga yang kita miliki bermakna lebih banyak mendengar dari pada bicara. Dari penglihatan mata menjadi lebih mengenal teman melalui karakter, dari gaya bicara, ketawa, cara jalan, baju yang dikenakan, kebiasaan yang tidak biasa ataupun yang lain.
Jalan kalian masih panjang, ada banyak hal yang harus dititi. Sebelum benar-benar ingin menyatukan kedua kepala menjadi pasangan hidup. Tidak ada hukum haram soal jomblo selagi muda, toh kemerdekaan diraih dengan bersatu, bukan berdua. Bekal ilmu dan pengalaman lah yang digali selagi muda. Bukan kaum rebahan yang hanya bermimpi. Namun bangun dan meraih mimpi untuk masa depan yang gemilang. Ups, koq ngomong jomblo 😀
Merdeka di era sekarang berbeda dengan merdeka saat kolonial. Merdeka itu bisa banyak diartikan. Setiap orang akan berbeda memaknainya. Semoga tidak terjajah pikiran dan perasaannya. Kemerdekaan yang sesungguhnya disertai tanggung jawab.
Mari merdeka dari hal buruk. Mungkin beberapa tetangga kita mengartikan merdeka itu terbebas dari jeratan hutang dan riba. Atau merdeka itu hidup di rumah sendiri, bukan dirumah orangtua atau mertua, ah itu aku saja mungkin 😅 Kalau kalian, merdeka itu apa?
Terimakasih untuk kerja kerasnya. Berupaya menyajikan yang terbaik. Kalian kompak, rukun, percaya diri, pemberani dan kumpulan pemuda-pemudi yang baik juga hebat. Kekurangan akan selalu ada, tapi masih wajar. Kemarin, sekarang dan nanti adalah proses. Belajar tidak selalu di bangku sekolah. Malahan sekarang belajar di rumah. Setiap kepala memiliki perjalanan hidup sendiri. Berbagi untuk kebaikan, dan pandai-pandainya kita untuk saring sebelum sharing.
Sekali lagi terimakasih untuk dukungan dan doanya warga RW 03 yang budiman. Anak-anak yang hebat dan kreatif. Penampilan menari yang menarik, pembacaan puisi yang menggugah dan iringan akustik yang sangat asik.
Monday, 10 August 2020
Kondangan Dan Berkat
Berkomunikasi dengan beras masih menjadi budaya yang tak lekang oleh waktu. Bagi warga Adisana, umumnya sekitar Bumiayu masih menjalankan itu. Masyarakat yang pada umumnya berprofesi sebagai petani. Dari menengok bayi, takziah, sedekah, sambat, iuran biasa disebut cimitan dan kondangan.
Di bulan haji atau Dzulhijah, biasanya banyak orang yang menggelar hajatan, baik khitan ataupun pernikahan. Nah, ini yang kerap menjadi dilema. Meski bentuknya bukan wajib, namun sebagai tetangga ataupun saudara terkadang merasa 'tidak enak'. Kita tahu setiap rumah memiliki perputaran ekonomi yang berbeda.
Dibeberapa kampung, kondangan menjadi semacam investasi dan hutang piutang. Umumnya beras 2,5 kg dan mie 2 bungkus. Jika lebih dari itu bisa dipastikan akan mengharap kembalian dengan rupa, bentuk yang setara. Biasanya beras 5 kg atau kelipatan dan tambahan 'umpang-umpang', seperti minyak, telor. Ada berupa makanan yang sering disebut 'lawuh medang', seperti dodol, kue basah, kue kering. Belum isi amplopnya. Ini akan menjadi catatan tersendiri untuk mengembalikannya.
Bisa dikalkulasikan untuk kondangan umum, beras 1kg, Rp. 8000 x2,5 = Rp. 20.000 dan mie 2 bungkus Rp. 10.000, jika isi amplop masih relevan Rp. 25,30 ribu. Jika akan menyumbang lebih terserah. Dulu pertama kali kondangan tahun 2012, masih ingat hanya goceng, usiaku masih 15 tahun.
Dari kondangan umum tsb biasanya mendapat berkat berupa 2 nasi dibungkus dari kertas minyak dan 2 sudi lauk, yang berupa mie, tempe dan telor bulat dan 2 bungkus kue kering. Dan untuk kondangan amplop atau kado, diberi berkat berupa nasi yang diberi wadah (cepon plastik) dan lauk yang sama lalu dibungkus plastik. Dan sering, sampai banyaknya berkat menjadi mubadzir. Ayam pun ikut makan berkat juga.
Selain silaturrohmi, sebagian masyarakat memandang kondangan menjadi ajang adu gaya hidup. Siapa yang mewah, sederhana akan nampak dengan model hajatan yang digelar. Semakin banyak relasi seseorang semakin banyak undangan disebar.
Flasback dulu, waktu aku kecil. Emak memiliki 9 anak, makan telor adalah makanan mewah. Berkat akan menjadi incaran saat emak pulang kondangan. Dulu, telor berkat hanya separo. Sampai rumah harus dibagi lagi dengan adik. Kadang dibelah memakai pisau, kadang juga benah. Lauknya enak, buncis, lodeh kacang, ikan asin, serundeng dan telor diatas wadah piringan daun pisang.
Nah, yang jadi persoalan sekarang saat mereka yang mengirimi undangan, tapi yang diundang tak ada modal untuk menghadiri. Tidak semua warga punya uang atau simpanan cukup beras. Terus bagaimana? Ada yang dipaksa berhutang dulu, ada juga yang membiarkan tanpa balas.
Begini, hukum siapa yang menanam dia akan memanen. Itu benar adanya. Siapa yang rajin kondangan, maka ia akan dikondangani, siapa yang diundang datang akan sebaliknya.
Di masa pandemi ini, tidak ada undangan yang kuterima. Hanya tetangga pilihan yang kudatangi, mengingat akrab dan ada yang saudara. Selebihnya mohon maaf, kepentingan untuk sehari-hari lebih wajib dicukupi. Terlebih masih menjadi warga nomaden, berpindah dari merantau dan kampung lalu sebaliknya.
Mungkin nanti tidak ada undangan yang akan disebar, hanya sebatas tasyakuran walimah yang langsung ada makanan yang sampai ditangan warga. Semoga bisa tidak sering membebani orang dan bisa berbagi sesama.
Bumiayu, kota kecil 10-8-2020
Qismika's mom
Monday, 20 July 2020
Menata Di Tengah Pandemi Covid-19
Saat Orang Terdekat Penyintas TBC
Wednesday, 19 February 2020
Merawat Konten Kreator Pemula
Melewati proses yang tidak sebentar, apalagi baru seumur hitungan jari purnama. Sabar dan terus mencoba menyajikan yang terbaik. Latihan dan terus latihan. Itulah suamiku, yang sedang merawat konten cover lagu di channel Andy Herman. Malam-malam dilalui dengan menghafal lagu, kunci gitar, belajar improve. Mengulang dan mengulang lagi.
Bahkan buah hati kami, saat ditanya papah sedang apa, jawabnya nyanyi cinta 😀usianya 3 tahun bulan depan. Kami tinggal dikontrakan lantai 3 dan 4. Lantai 3 untuk tidur dan lantai 4 untuk bekerja. Terganggu dan berisik, iya terkadang. Setidaknya bukan tetangga yang terganggu. Sebab yang kami tinggali bangunan paking tinggi diantara yang lain. Pekerjaaan utama sablon manual. Menjadi konten kreator itu mengisi waktu. Terkadang kerjaan banyak kadang pula sepi. Memanfaatkan waktu dan mencoba keberuntungan dengan ilmu yang didapat secara otodidak.
Lelah itu belum terbayar tuntas. Kepuasan itu ada saat banyak penonton yang menyukai. Meski belum banyak, terus dicoba. Memperbaiki kesalahan-kesalahan kecil saat bernyanyi dan memetik gitar. Ketajaman telinga untuk menghindari noice, suara fals, kepleset saat bergitar dll.
Persyaratan ketat youtube untuk bisa dimonetisasi membuat usaha lebih gigih. Yakni persyaratan 1000 subcriber dan 4000 jam tayang. Tidak mudah untuk orang biasa bisa mendapatkannya. Kami terlahir dari kampung yang jauh dari kota. Merantau bergaul dengan orang di perkampungan Jakarta yang padat penduduk. Sebagian orang, sayang jika membuka youtube karena menyedot banyak kuota. Sebagian lagi juga kurang uptodate tentang tekhnologi dsb.
Berbeda dengan channel youtube milik artis atau para pesohor. Mereka sudah memiliki nama dan popularitas di masyarakat. Dengan mudahnya masyarakat digiring untung kepo. 1000 subcriber dan 4000 jam tayang hal kecil dan ringan. Sambil selimutan usai video diupload saja langsung penonton datang sendiri.
Upaya ditempuh berbagi lewat sosial media di beranda atau pun story. Dari facebook, whatsapp, instagram sudah pengumuman. Bahkan tidak sedikit kami mengetuk pintu ke pintu teman dekat dan saudara untuk mensubcribe. Grup whatsapp, facebook juga. Hasilnya, 5% menonton dan 0.5 mensubcribe.
Phillow talk bersama suami ada beberapa menambah subcriber seperti saran yang dicari digoogle. Salah satunya menggunakan aplikasi tertentu atau membelinya. Suamiku tak menyetujui, nenurutnya lebih baik mendapatkan subcriber yang alami saja. Buat apa subcriber hantu, nanti belum tentu bisa menonton. Lebih baik sabar dan terus menyuguhkn yang terbaik dikonten. Secara otomatis penonton akan bisa menilai dan menyukai tanpa keterpaksaan.
Menikmati proses dan terus merawatnya. Konten kreator pemula bak memelihara benih tanaman, harus dipupuk, disirami secara rutin. Menanti berbuah itu hasil dan diupayakan sejak sekarang dan seterusnya. Berharap iseng-iseng yang menghasilkan. Hobi yang membawa keberuntungan. Masih ada 10 bulan lagi, semangat!!
Silakan menikmati
https://youtu.be/FRL1xNZASQc