Tuesday 5 December 2017

Resolusi 2018

Sehat Masih Jadi Prioritas

Menikmati jadi ibu muda benar-benar menguras pikiran, tenaga dan mental. Aku ditimpa ujian perlahan yang tak sedikit. Jangan dikira sebuah kebahagiaan itu bukan ujian. Kebahagiaan dan kesedihan selalu mengingatkan aku dengan proses dan kebesaran Tuhan. Seperti saat melahirkan yang menyakitkan dan berakhir dengan kebahagiaan. Seperti proses mengurus anak yang tumbuh ceria dengan gerak lincah yang aktif, itu melelahkan juga menyenangkan. Ada keajaiban-keajaiban yang kasat mata atas penciptaan dengan segala bentuk, rupa dan rasa.

Terasa baru kemarin aku menjadi jomblo petualang. Yang bepergiaan sendiri atau dengan teman tanpa ke sesiapa. Perantau sudah jatuh satu dasawarsa, yang otomatis berusia sudah dewasa. Setahun lebih ini seperti mimpi, seakan tidak percaya menikah dengan proses yang sangat cepat. Sebulan pasca lamaran kemudian akad di ruang mungil KUA. Ya, aku menjadi ibu setelah 11 bulan akad. Saking sibuknya ternyata lembaran kalender pada lembaran terakhir, ya ini pertanda akhir tahun. Sebentar lagi memasuki tahun masehi yang baru.

Lantai tiga dengan ruangan minimalis kami huni di pusat ibu kota. Sebuah jendela kotak tanpa tirai untuk menembus angin, mengintai pergantian pagi, siang, malam. Ini lebih dari syukur, hidup berjauhan dengan suami usai persalinan terasa berat. Meskipun hidup diantara emak dan mama mertua selama hamil tua dan usai persalinan. Dan setelah 6 bulan usia bayi,  kami bertiga hidup di kontrakan kecil dengan tembok berdinding kuat dan melawan matahari, jadi  ketika sorot sinar makin kuat dan ketika itu kami makin kepanasan. Aku tidak tahu seberapa lelah kipas angin berputar 24 jam meembuat angin dan membuang kegerahan. Bagaimana bisa masak, kotak kamar ukuran 3.5 x 3 m ini tak ada ruang untuk dapur, kamar mandi pun berjamaah.

Senja dari balik jendela lantai 3



Mimpi kami sama, berumah tingkat untuk melihat mentari yang tenggelam,semburat keemasan dan jingga enggan membuat sorot berpaling. Mama mertua menawarkan kebun di samping rumah dibangun rumah untuk kami. Letak tanahnya lebih tinggi dari yang lain, hingga bisa melihat pemandangan di bawahnya. Kemudian di dalamnya ada mushola kecil untuk keluarga, yang paling utama adalah kamar utama yang luas. Ranjang dan kasur ukuran king. Haru, bahagia tiap hari kami tidur bertiga dengan kasur tipis. Anakku yang baru jalan 9 bulan, tak diam meski sedang tidur, gulang-guling lalu menengadah dengan kedua kaki dan tangan membentang. Berdesakan, jika ruang gerak anakku terasa sempit dia menangis. Ah, itu masih rencana dan harapan yang sudah dibisikkan ke bumi yang didengar langit. Saat ini menabung dulu, bekerja keras dan hidup bersahaja. Kurang-kurangi piknik yang menggelontorkan rogoh dalam saku, rajin pula sedekah.

Jangka impian terpendek untuk tahun depan ialah lancar ASI. Halangan menjadi ibu ASI sudah terlewati dari mastitis, dan bayi yang pernah mogok minum ASI (nursing strike). Makanya aku harus menjadi ibu yang kuat sehat dan tangguh. Semangat memberi ASI hingga dua tahun. Sebuah pantangan untukku untuk tidak memberi susu formula pada anak. Masih ingat saat bayiku mogok, itu sangat menyakitkan. Memyakitkan ketika melihat bayi sakit dan sakit pula payudara yang kencang karena tidak disedot. Pundakku tak boleh lelah untuk mengemban bayiku yang makin besar dan montok. Sekarang beratnya 8.5 kg, sementara tubuhku 45 kg dan tiap hari naik turun tangga 3 lantai.
Aku dan rumah impian


Mengingat janji Allah yang terdapat dalam firmanNya, Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberikan kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Qs. an-Nur [24]: 32). Melalui ikhtiar membuka usaha percetakan sablon manual di pasar Senen, sebagai jembatan melanjutkan dan menyejahterakan hajat hidup keluarga dan yang membutuhkan. Pundi-pundi rezeki itu semakin lancar berkat kehadiran buah hati. Semoga seterusnya, aamiin 😊

Suami dan profesi

Inilah aku


 Dengan terus memanjatkan doa agar Allah menganugerahkan rezeki yang barakah. Yaitu rezeki yang dapat menentramkan hati, mensucikan jiwa dan menyehatkan raga. Sehingga semakin membuat kami berbahagia dan meningkatkan rasa syukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan dengan semakin sehat, giat dan tekun dalam beribadah dan bekerja. Semua tidak bisa dilakukan dengan optimal jika badan tidak sehat. Jadi, 2018 dan seterusnya kami ingin terus sehat. Sehat dengan doa, ikhtiar tercukupinya makan,minum, istirahat yang cukup, umumnya cukup sandang, pangan, papan plus hiburan 😄

No comments: