Monas bidikan kamera suami |
Untuk kesekian kali menyempatkan waktu jalan-jalan ke Monas. Tugu dengan pucuk yang menyerupai api berlapis emas selalu tak pernah sepi didatangi pengunjung. Rute kali ini berbeda pintu masuk mengikuti arahan suami, ya melalui pintu yang tidak jauh dari Lenggang Jakarta. Lenggang Jakarta kini menghiasi kawasan Monas ini diresmikan pada masa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama. Nuansa modern langsung terasa kala memasuki arena Lenggang Jakarta. Tata ruang dan warna oranye yang mendominasi membuat lokasi ini mudah mencuri perhatian.
Kehadiran Lenggang Jakarta Monas menambah panjang daftar lokasi kuliner di Ibu Kota. Lokasi berlabel food and culture itu berisikan panganan yang dijajakan pedagang kaki lima. Tapi jangan pandang remeh dulu. Meski status kaki lima tapi soal rasa enggak kalah sama resto bintang lima, konon katanya. Aku hanya mampir membeli air dan gorengan untuk bekal di dalam. Hehe murah meriah, bukan?
Kawasan Tugu Monumen Nasional (Monas) terlihat lebih menarik beberapa waktu belakangan ini. Bagaimana tidak, keputusan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok) mulai tahun 2015 melarang Pedagang Kaki Lima (PKL) berjualan di sekitar kawasan Monas. Ini cukup membuat ikon DKI Jakarta terlihat sedap dipandang mata.
Sebelumnya, para PKL menggelar lapak sangat dekat dengan Tugu Monas. Kini, setelah tak ada PKL yang berjualan, para wisatawan yang ingin berfoto di dekat Tugu Monas dapat menghasilkan foto yang lebih menarik. Tidak ada sampah yang berserakan dan para pedagang keliling menjajakan minuman, tisu atau pun permen.
Pantauan kami beberapa penjual air mineral, kebanyakan ibu-ibu berkerudumg hanya dapat berjualan di luar kawasan Monas atau di luar pagar pembatas pintu masuk. Mereka tampak cukup terlihat lincah dengan menjajakan minuman ke pengunjung di sekitar luar Monas.
Setelah memasuki gerbang, disambut dengan patung. Bukan patung pahlawan nasional melainkan sebuah patung yang menandakan sebuah peristiwa bersejarah pernah terjadi di tempat itu. Adalah Patung Ikada, berupa sekelompok pemuda sedang membawa bendera merah putih. Ikada sendiri merupakan sebuah lapangan yang pernah digunakan para pemuda untuk berkumpul mendengarkan pidato bung Karno. Lapangan Ikada menjadi saksi sejarah perjuangan pemuda dan rakyat pada rapat besar tanggal 19 September 1945. Saat itu sedang diadakan rapat besar di sana dengan bung Karno sebagai tokoh yang memberi pidato. Pemuda tetap datang meski lapangan dijaga ketat oleh tentara Jepang bersenjata lengkap. Kini Lapangan Ikada menjadi Lapangan Monumen Nasional dimana Monas berdiri kokoh. Patung Ikada sendiri bisa temui di sisi selatan Monas.
Patung Ikada |
Menuju kanan dari patung Ikada, melewati tempat pemeliharaan rusa. Suasana berbeda ketika kita memasuki salah satu wilayah di lingkungan Monas. Tempat yang terlihat eksotik akan keindahan pemandanganya yang berbeda dari tempat lain yang ada di Monas. Sebuah tempat di jantung kota Jakarta. Ketika menginjakan kaki di tempat ini kami disambut dengan pepohonan di kiri dan kanan jalan, pepohonan yang besar teduh,dan menyejukan Jenis pohon yang lebih banyak dijumpai di tempat ini adalah pohon mahoni. Tidak hanya pohon besar yang mengelilingi wilayah ini. Ini memang kesukaan suami yang enggan bepergian ke mall dan memilih bepergiaan ke alam dengan suasana hijau dan sejuk. Ketika kita mengunjungi taman Medan Merdeka Barat ini kita juga akan menjumpai fauna yang dipelihara tanpa mengurangi keindahan tempat tersebut. Begitu pun hewan yang alami hidup disana. Tak terhitung suara kicau burung di atas pohon besar. Ada juga mainan ayunan untuk anak yang kerap dimainkan secara bergantian.
Sejuk dan asri |
Taman barat monas |
Kebersihan tempat ini juga terjaga karena dapat dilihat dari tidak adanya sampah yang bertebaran di sepanjang jalan ini,kalaupun ada sampah ini sudah terorganisir di satu tempat untuk siap dibuang.Dapat kita rasakan bahwa taman hijau yang menyajikan sesuatu hal yang berbeda ini ada di pusat kota Jakarta. Beberapa jam sekali ada petugas kebersihan mengambil bak-bak sampah yang sudah penuh.
Tim kebersihan monas |
Kami banyak menghabiskan waktu di track anti rematik (jalan yang dibuat dengan bebatuan kecil yang menonjol). Katanya, jika menginjakkan kaki kemudian terasa sakit ini pertanda ada indikasi rematik. Ada banyak orang yang menyegaja tiduran diatas jalan itu, bahkan ada juga yang memadu kasih.
Bagi saya yang sedang menyusui bayi, cukup kesulitan untuk menemukan ruang laktasi. Walhasil dengan mencari tempat yang lumayan sepi kemudian menyusui dan menutupi dengan hijab yang longgar. Sambil menunggu sampai anakku kenyang, kami duduk manis dikursi taman yang sudah ada. Jadi, kalau jalan-jalan ke taman jangan khawatir kalau cape banyak kursi yang disediakan di banyak tempat.
Aku dan anak |
Papah Mika |
No comments:
Post a Comment