Pretengteng pretengteng pretenteng
Bunyi khas vespa standar saat dikendaraai. Tidak semua orang menyukai dengan model semok berkepala bak capung. Meski banyak motor matic keluaran baru dengan model scooter. Motor vespa keluaran Piagio yang berasal dari Italia ini banyak peminatnya. Termasuk suamiku, memiliki vespa jenis super (speed 150S) tahun keluaran tahun 1975, dengan warna badan biru telur asin. Usia motor lebih tua dari pemiliknya. Bukan vespa ekstrim yang biasanya dimodifikasi dan bersampah, dengan bunyi khasnya duut duut duut.
Vespa super speed 150S |
Namanya motor tua, tidak ubahnya seperti manusia semakin tua semakin banyak penyakit. Tidak termasuk untuk urusan sifat antiknya. Mesin 135 cc masih sanggup berlari kencang di jalanan yang menanjak dan menurun. Speedometer sudah tertutup cat, tanpa angka dan jarum. Seberapa kencang berlari menggilas aspal tak pernah tahu berapa kecepatannya. Beberapa kali sempat menemani touring dan mudik ke kampung halaman dari ibu kota ke Bumiayu dan sebaliknya.
Sudah tak terhitung mesin tua itu mengalami masalah. Hanya perlu sentuhan tertentu untuk memperbaiki. Seperti saat perjalanan touring ke Bandung dan Anyer (kebetulan aku ikut), mesin mogok sudah jadi makanan. Seluruh anggota saling menanti untuk bisa kembali jalan beriringan. Jika ada alat yang diperlukan, para anggota dengan ringan tangan mengulurkan tangan. Menanti teman yang terkendala, sementara motor sendiri lancar, ini adalah ujian dan pengorbanan. Ujian dari hidup berkelompok menahan ego dan mengendalikan sabar. Termasuk saat menangani motor sendiri yang mogok. Bisa saja tanpa menanti mereka, kita akan sampai ke tempat tujuan dengan segera. Tidak seperti motor buatan jepang, mempunyai motor vespa secara otomatis diajarkan untuk menjadi montir untuk diri sendiri. Mengenal dan memelajari mesin vespa menjadi bawaan wajib pemilik, sebab tidak semua bengkel bisa menangani motor tua itu. Dan tidak harus meminta bantuan jika sudah bisa menangani masalah sendiri, malahan jika perlu membantu yang lain.
Memiliki vespa bukan tidak mungkin memang karena faktor ekonomi yang minim. Lebih pokok soal cinta dan gairah. Motor tua yang merepotkan, mendidik sabar, penuh perjuangan dan menerapkan arti sederhana. Dengan merogoh uang diatas sejuta saja bisa mendapatkan motor vespa. Tidak perlu membeli secara kredit melalui dealer. Ini juga yang diterapkan suamiku, sudah tak terhitung tawaran motor Jepang dengan DP gopek bisa membawa motor gres. Hanya saja angsuran yang menahun membuat sesak napas. Dan itu semua tidak tertarik, bisa saja menyicil dengan penghasilan yang didapat. Namun, unsur riba yang didalamnya enggan untuk membeli motor secara kredit. Termasuk urusan membeli rumah, mending menghuni kontrakan sepetak dari pada membeli rumah kredit dan mengandung riba. Seperti yang diingatkan dalam firmanNya “Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) Dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An-Nisaa’: 160-161). Sebagai istri samina waathona, selama itu baik dan kami belajar berhemat dan menabung. Itu semua kembali kepada pilihan masing-masing pribadi. Memilih berhati-hati lebih baik dari pada terjerumus dikubangan yang tidak baik.
Habis mandi di Kali Sirah |
Pernah diusia kehamilan tujuh bulan aku terjatuh dari atas vespa. Deb! Badanku telungkup di atas jalan berbatu. Sempat sejam yang didalam perut tak ada gerak. Sangat-sangat panik. Jalan rusak yang menurun dengan kain baju dan jok yang sama-sama licin. Alhamdulillah atas izin Allah hingga kini sudah mendampingi bayi mungilku yang cantik. Trauma iya, setelah keadaan membaik, kaki dan kedua tangan lebam dan sedikir luka bagian perut kanan. Untuk mengecek kondisi calon bayi benar-benar baik, kami disarankan USG oleh bidan. Jarak yang jauh memaksaku untuk kembali menaiki vespa. Tangis itu pecah sebab ketakutan yang sangat."Gak usah manja, mau pakai motor siapa? ini kendaraan satu-satubya yang aku punya" ujar suami. Dengan terus mencoba meredam emosi yang sangat, aku menuruti. "Ok, tapi membonceng tidak menyamping" ujarku, dan balasan anggukan suamiku menjawab. Untuk sekarang perlahan trauma itu menghilang sejak 6 bulan LDR pasca bersalin. Harus membonceng motor dengan keadaan jahitan yang masih basah pun berani, sebab sekarang aku menjadi emak. Menjadi emak sudah seharusnya kuat dan tangguh. Kami juga sempat mengelilingi Jakarta dengan vespa, dari taman Suropati, masjid Istiqlal, Kota Tua dan berakhir di Monumen Perjuangan Senen.
Waktu di depan toko merah kotu |
Ini sebelum ganti kulit |
Kembali tentang vespa, layaknya cinta yang ideal. Vespa itu bisa menyesuaikan kondisi dan kebutuhan pengendaranya baik dari penampilan sampai mesin penggerak motornya. Seperti halnya cinta, pengendara vespa selalu legowo menerima kondisi apapun.Dibanding varian skuter yang lain, hanya vespa, satu-satunya skuter yang biasa digunakan sepasang kekasih untuk mengabadikan ikatan cinta mereka. Salah satunya dalam rangkaian pre-wed, pernikahan, photoboot yang instagenik, spot-spot yang instagramable. Patut diakui jika vespa dengan modelnya yang klasik, romantis, sederhana, elegan, sekaligus abadi sering dikaitkan dengan makna cinta sepasang kekasih.
Vespa milik suami |
Alasan di ataslah yang membuat kami mengamini, bahwa vespa adalah cinta tanpa syarat. Dengan cinta, orang akan lebih ikhlas menghadapi segala resiko, berjuang tanpa mengeluh, menerima apa adanya.
No comments:
Post a Comment