Duar duar duar
Suara yang sama namun beda durasi. Bercerita dari kisah malam pergantian tahun yang membandingkan kehidupan sehari-hari di ranah konflik. Ini bukan Aleppo atau konflik Suriah yang menjadi buah bibir dimata dunia. Sekedar pertikaian antar pemuda yang berlarut-larut dari masa ke masa. Eh, ini bukan sekedar, ini adalah konflik yang berkepanjangan yang tidak pernah tahu kapan tuntasnya. Dari usia balita hingga aki-aki atau pun nini-nini sudah paham, suara dentuman mercon yang memecah langit berulang-ulang pertanda tawuran dimulai. Aku cukup mengintipnya dari balik jendela, kalau bukan di jalan Paris, Baladewa, Galur, Narada atau Kampung Rawa dan lingkungan Tanah Tinggi Jakarta Pusat. Ini satu wilayah kecamatan Johar Baru. Namun sejak bulan juni 2017 jembatan ditutup permanen dari arah Kampung Rawa dan jalan Narada, tawuran tak lagi melewati Kampung Rawa. Kalau pun ada, suara dentuman mercon terdengar jauh dan tidak jauh di kawasan Tanah Tinggi.
Selanjutnya ada suara hentakan-hentakan kaki yang melaju dibarengi teriakan. Ada barang pecah belah yang sengaja dipecahkan, biasanya boyol-botol. Aku memang belum melihat sepenuhnya, tapi teriakan umpatan, saling berkejaran mereka pernah terekam dari mata telanjang ini. Didaerah pertempuran tertutup bagi siapapun yang tak ikut. Waktu penyerangan paling sering dini hari, diatas pukul 01.00 hingga menjelang shubuh. Beberapa kali juga sore hari menjelang magrib dikumandangkan. Secara tanggap polisi dengan sirine membubarkan disertai hujan gas air mata. Nah, ketika orang-orang pernah merasakan gas air mata untuk membububarkan demontrasi, aku merasakan pedihnya mata dan hidung bersin-bersin usai tawuran usai. Ya, itu juga dulu, saat baru pindah kontrakan dan usia kandunganku masih muda.
2017 menjad ibu dari Qismika Misha Shafana |
Reaksi masyarakat yang terbiasa membuat aku pun demikian. Faktor ekonomi, pendidikan rendah, miskin spiritual, kurang sentuhan kasih sayang, padat penduduk yang melebihi kapasitas wilayah berpengaruh pada SDM itu sendiri. Beberapa sumber menceritakan, tawuran tsb alih-alih mengalihkan perhatian polisi saat barang haram masuk. Yang ada biar mereka biar, cukup mereka.
Malam tahun baru ini diajak makan bersama oleh keluarga pak Udin. Berkumpul bersama ditemani saudara-saudaranya dan dua anaknya yang lucu. Menyengaja sebelum pukul 00.00 WIB kami pulang ke kontrakan sendiri, sebab bayi mungilku sudah terlalu ngantuk, sementara suara televisi, obrolan mengganggu nyenyak tidurnya. Kami terbiasa tidur dengan lampu yang gelap dan suara yang senyap. Tak lagi melihat bertubi-tubi ditembaki dentuman kembang api yang bermekaran seperti tahun lalu. Menjaga lelap tidur anakku lebih utama. Kupeluk tubuh kecilnya, sebab sering kaget mendengar bunyi keras didekatnya. Termasuk saat bersin, jika sedang tidur bisa tetiba nangisnya pecah.
Malam tahun baru yang kedua bersama suami. Romantis malam tahun baru 2016 yang lalu ialah ketika ia memelukku dari belakang sambil mengelus-elus perutku yang membuncit. Kami saling bercanda menerka-nerka jenis kelamin dan memcoba memberi nama calon buah hati. 2017 ini kami sudah bertiga di atas kasur tipis yang ngepas untuk bertiga. Ada celoteh bayi yang menggemaskan, tingkahnya yang aktif dan lincah semakin membuat warna di kotak kamar kecil ini. Harapan dan doa melangit tak cukup sekali. Kami pun melangitkan doa lebih dari tembakan kembang api yang sangat semarak dari saat tahun baru. Semoga segala-galanya baik dan baik segala-galanya, semoga tahun ini rezeki halal dan berkah terus mengalir. Anak yang tumbuh sehat, cerdas, pintar dan sholehah. Bisa membangun rumah sederhana aamiin
No comments:
Post a Comment