Foto terketjeh |
Bisa dikatakan biar kekinian. Selain itu juga hampir semua orang ingin mendokumentasikan setiap peristiwa penting. Melakukan prosesi foto pre-wedding juga bagian dari penting dan tidak penting hehe. Foto Pre-wedding (foto pre-wed) atau orang barat sebut ” Engagement Photo” merupakan hal yang biasa dilakukan oleh calon mempelai sebelum hari pernikahan, sedikit perbedaannya adalah dalam foto pre-wed biasanya banyak calon pengantin juga memakai baju pengantin dan tuxedo di sesi pemotretan sedangkan engagement photo biasanya memakai baju yang lebih casual. Biasanya calon pengantin memilih tema untuk sesi foto tsb.
Aku yang dibesarkan dari anak petani dan tinggal di kampung yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, tergelitik ide untuk foto dengan tema petani dan sawah. Luas membentang sawah yang hijau dikelilingi pepohonan sudah indah dengan sendirinya. Maha Besar Allah tak perlu lagi kami mendekor ulang. Dibuat sedemikian sederhana, sebab sebenarnya lelakiku sedikit keberatan untuk diajak foto. Ditunggu dari pukul 9 pagi hingga pukul 10.30 siang baru nongol dan sampai sawah sudah terik menyengat. Untungnya kami adalah pasangan jodoh 5 langkah. Hanya selisih se-RT. Bila melewati jalan pintas tak sampai 5 menit sampai rumahku hikhiks.
Dengan sendal jepit, dandan tipis sendiri dan kostum kebaya putih dengan rok batik beserta kerudung senada sesuai warna dominan rok. Semuanya tanpa meminjam, milik pribadi. Sementara calonku (yang sekarang sudah menjadi suami hampir 2 tahun) memakai celana hitam, kaos putih, sarung juga bersendal jepit. Kamera DLSR milik suami kemudian mengajari sepupuku cara memotret dengan hasil bidikan yang keren. Supaya hasil maksimal sekali jepret langsung dapat banyak tangkapan. Untuk properti wadah nasi meminjam punya emak dan topi meminjam tetangga. Dan untuk sehelai daun pisang memotong dipohon tetangga juga.
Sengaja aku dipoles bedak tipis, bergincu, menggarisi dengan eye liner dan memakai mascara. Lelakiku menatap sinis dengan dandananku yang dikomentari menor. Padahal lipstikku tak tebal dan tidak berwarna mencolok, tak ada sapuan merah blash on dipipi. "Aku sukak yang natural, masak mau ke sawah medok" ujarnya. Kemudian disaat kami berjalan menyusuri pematang sawah cara berkerudungku juga kena protes, "Aku sukak kerudung yang biasa saja, tanpa dimodel ala-ala" ujarnya lagi. Walhasil karena ngomongnya berulang-ulang bedakku disapu tisu dan cara berkerudungku diganti seperti biasanya. Kerudung segi empat yang dilipat segi tiga, menutup kepala dan dipeniti.
Untuk urusan gaya, aku sudah sibuk lebih dulu browsing diinternet. Usai screenshoot, aku kirim via whatsapp. Haha mungkin kebanyakan wanita punya keinginan seperti aku. Memiliki ide-ide ketika bersama orang yang dikasihi agar membuat terkesan, namun terkadang sikap pasangan malah dingin. Saat lelaki mengejar pasanganya segala sesuatu akan dipenuhi. Termasuk untuk urusan foto ini. Tapi, setelah menikah akan ada pertimbangan penting, yaitu anak. Bukan saja aku, kamu. Melainkan kami sekeluarga, ada mamah, papah dan anak-anak.
Mengambil sawah didekat sungai dan sawah, yang saat itu belum lama kena imbas Kali Keruh banjir bandang. Warga penduduk menyebutnya puntu air. Yaitu pertemuan dua sungai yang kemudian dibagi melalui pintu, salah satunya untuk pengairan. hingga bebatuan melimpah ruah hingga menutup sampai pinggiran sawah. Sawah yang berundak-undak dengan hijau pohon padi terlihat lebih segar. Dikelilingi pepohonan yang mengitari sawah dari kejauhan, jadi terlihat lebih ciamik dan pemandangannya alami.
Bebatuan sisa banjir bandang kali keruh |
Cekrek-cekrek-cekrek, kami masih kaku untuk beradu pose. Bersahabat dari kecil tak bisa mengurangi rasa canggung. Keputusan menikah yang cepat dan persiapan yang hanya sebentar membuat kami seperti tidak percaya. Di usia menjelang kepala tiga ternyata berjodoh dengan sahabat kecil sedari TK hingga dewasa. Disini kadang aku melihat sisi bercanda Allah kepada makhluknya. Berkelana kemanapun dan pernah singgah dihati orang ternyata jodoh di sebelah rumah.
No comments:
Post a Comment