Monday 14 December 2015

Menyunting Arti Pertemuan Sahabat


                                  Menyunting Arti Pertemuan Sahabat

Sesiang itu menerawang langit bersandar kursi besi di taman ibu kota. Memandang awan mendung bergerombol bersama desir-desir angin. Reruntuhan dedaunan menebar pacu cerita. Masing-masing kaki kiri serempak menindih diatas kaki kanan. Jemari menyatu diatas tas yang dipangku. Pertemuan yang disengaja diakhir pekan pertengahan bulan akhir tahun.

Sesekali saling membisu hingga tertampar selembar daun kering yang tersapu angin. Riuh  mebyaksikan pemuda pemudi  bergelut dengan kegemarannya. Menaiki dua roda ada dan tanpa awak setir. Mengumbar senyum diantara kejar-kejaran keceriaan kebersamaan. Mengacung-acungkan kamera berpamer muka cerah sampai mengadu kepala.


"Bagaimana perkembangan hubunganmu?" pertanyaan perdana meluncur dari bibir tanpa poles gincu. Alkisah bla bla bla merambat dari seluruh peristiwa,sudut kanan kiri juga atas bawah, tertuang dalam bincang hangat. Tidak mengumbar penawar rindu. Makhluk dewasa seperti kita, memang sudah patutnya bisa mengerti segala keadaan dari pelajaran hidup. Ada campur tangan restu Allah diatas ikhtiar dan doa.

Sama dengan pertemuan dengan temanku saat itu. Di bawah cafe sederhana tersanding secangkir kopi panas. Membahas soal yang sama. Ya, usia diatas seperempat abad memang tidak lepas dari bujuk dan teror untuk melangkah ke pelaminan. Tepatnya perkara jodoh.  Saat menggelar kisah-kisah pribadi teman dekat kemudian kita menarik benang merah. Sudut hikmah yang sama dengan pemahaman yang berbeda. Saling berpandangan dan mengurai senyum , dan pada umumnya sebuah curahan itu berujung kata "sabar".



"Jodoh adalah cerminan diri" kalimat itu sering berdengung dibalik gendang telingaku. Kemudian berkembang setelah cerminan diri menjadi "Memantaskan Diri". Sebenarnya didalam Islam sudah dikenalkan dengan istilah "sekufu" Jika pun kisah Cinderella dalam kehidupan nyata itu satu dari jutaan orang yang beruntung dan memang pantas. Tidak berhenti belajar dan memperbaiki kesalahan serta semakin mendekap dengan yang memberi hidup. Sepasang pendamping hidup bertemu dan mengikat komitmen tentu didasari keyakinan kuat dan kenyamanan. Pastinya atas campur tangan Allah, entah jodoh pilihan sendiri atau jodoh yang dipilihkan Allah. Saat ini memang belum mendapatkan. Setidaknya tidak terlambat berdoa meminta. Meminta untuk dipersiapkan menjadi wanita yang seutuhnya menjadi ibu dari anak-anak dan istri sebagai hadiah suami.



Bicara ihwal yang belum menjamahi dunia terkadang sering menebak-nebak. Kita hanya bisa merangkum dari peristiwa, tulisan yang telah terbaca lalu berkaca. Terkadang pula berlanjut ke dunia mimpi dan imajinasi hehe. Kita semua adalah lakon didalam skenario jalan hidup masing-masing. Cukup menjadi jiwa yang tenang dan berbaju "taqwa" saja janji Allah takkan inkar. Dan berbaju apa kita hingga rahmat itu enggan segera mendekat .




No comments: