Wednesday 15 August 2018

Menjadi Apapun, Jadilah Orang Baik, Nak

Menjadi Apapun, Jadilah Orang Baik, Nak

Usia putriku hampir 1.5 tahun. Anak pertama diusia pernikahan hampir 2.5 tahun. Sebagai ibu baru banyak kebahagiaan dan kecemasan yang datang. Era sekarang tidak seperti dulu.

Melihat drama sosial media setiap hari, membuat hati seorang emak seperti saya was-was. Entah seperti apa kehidupan 10 tahun ke depan dengan segala kemajuan tekhnologi. Ketakutan itu salah satunya menjauhkan kedekatan orang tua dan anak. Ruang-ruang mesra itu diisi dengan kelakar jemari di dunia maya dan merangkai alfabet dan emotikon.

Merangkul kembali dunia nyata. Ini sedikit ketakutan aku sebagai ibu di era seperti sekarang. Takdir yang tak bisa ditebak, membawaku untuk menitipkan keluh kesah. Mengurai kegelisahan dengan menyusun alfabet.

Ini tulisan aku persembahkan untuk anakku. Merasakan ketenangan keberkahan atas rizki yang diberikan melalui berdagang tanpa resah dan takut. Belajar dari papahmu yang senang membeli barang bekas yang masih dari pada kredit dan tercekik riba. Lebih baik mengontrak sepetak dari pada membeli perumahan dan menyicil selama belasan tahun.

Tuntutlah ilmu setinggi mungkin. Jika perlu sampai ke negeri seberang. Mamah tidak melarang. Tidak mengapa jika kelak akhirnya berujung menjadi ibu rumah tangga. Ilmu itu akan tetap berguna untuk anakmu kelak. Kamu tahu, perjalan yang ditempuh sepanjang perjalananmu tidak akan pernah mulus. Ada naik dan turun, ada susah ada bahagia. Namun itu yang akan menempa kesabaran, yang membangkitkan dalam keterpurukan. Yang mengingatkanmu tentang arti syukur.

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.”[Dan memberinya rejeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”[QS. Attalaq :2-3)

Berdasar ayat diatas mengingatkan kita, betapa jika bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah yang akan menyukupkan rizki dengan jalan yang tak diduga-duga. Teringat teman umrohku dulu, betapa bangganya seorang anak lelaki membawa kedua orangtua dan mertuanya umroh bersama. Ayah kandungnya sangat sepuh dan sedikit pikun. Dengan telaten dan sabar, beliau mendampingi dengan mendorong kursi roda dari thawaf, sai hingga sampai kembali ke hotel. Kebetulan aku sekamar dengan ibu dan mertuanya. Teringat jelas pesannya, "carilah pasangan yang bertaqwa, insya Allah Allah yang mencukupkan kebutuhannya". Waktu itu masih jomblo hehe. Lelaki itu berprofesi guru dan sangat fasih berbahasa Arab, masya Allah.

Melihat perkembangan dunia profesi di zaman now terus berkembang. Honestly sebagai ibu, tidak menginginkanmu menjadi ASN, PNS, guru, pegawai pajak atau bank. Semua hasil jerih payah dari profesi yang memakan riba atau pun yang subhat.

Menjadi guru adalah pekerjaan mulia. Namun, pada kenyataannya sertifikasi dan tuntutan lainnya membuatmu mengejar nilai uang lebih dari sekedar honorer. Menjadi guru tidak harus dibangku sekolah. Justru alam dan sekitar semua adalah guru. Tergantung kita pandai mengambil hikmah atau tidak dari setiap perkara. Aku lebih menyukai pribadi relawan dan filantrophi pada seseorang. Yang tanpa diminta selalu ada, yang memberi tanpa harus diminta, yang berjuang tanpa pamrih. Belajar lillah, billah dan fillah (karena Allah, dengan Allah dan di jalan Allah).

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra:7) Intinya, teruslah berbuat baik. Sejalan dengan kutipan firman Allah diatas, juga ada hadits yang menerangkan, "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat buat yang lainnya".

Berat, ya itu berat. Bukan rindu ya bukan. Tapi soal ikhlas. Mengerjai tanpa keluh kesah, dibungkus syukur dan tawakkal.

Mika anakku,
Mama menuliskan ini bukan tanpa alasan. Kembali, maut, jodoh, rizki, rahasia ilahi. Betapa mama sangat bahagia dengan kehadiranmu. Menulis ini dengan raga yang sadar tanpa tekanan apapun. Semoga bisa dikenang sampai kapan pun. Bahkan mungkin sampai mamah dipanggil mbah oleh cucuku nanti.

Mika, mamah sayang Mika. Peluk ciyum anak sholihah, cerdas, pinter, sehat 😍






No comments: