Aku dan Busana Umroh
Sejak memutuskan untuk berniat umroh di tahun kemarin, segala sesuatu telah aku persiapkan mencicil perlahan.Termasuk tabungan berencana selama setahun di salah satu bank syariah yang bekerja sama dengan travel. Terhitung sejak bulan Maret tahun lalu. Ini debut perjalanan keluar negeri yang pertama membuat aku repot sendiri. Bukan warna favorit memang warna gelap, tapi berbusana khusus saat menjadi tamu Allah itu yang membuat istimewa.
Abaya menjadi pilihan busanaku setelah membaca, bercermin
dari pengalaman teman, baik di dunia nyata dan dunia maya. Terlebih usai
konsultasi dengan pemilik travel, yang menyarankan dengan tegas dengan abaya
hitam, sesuai busana wanita Arab. Abaya adalah salah satu model busanan muslim
khas Timur Tengah seperti Arab, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab dan daerah
sekelilingnya. Pakaian yang biasa dipakai dalam kegiatan sehari-hari oleh para
perempuannya.
Abaya awalnya hanya berwarna hitam polos, tidak banyak
corak dan dibuat dalam banyak warna seperti saat ini. Busana untuk wanita
muslim yang dibentuk seperti jubah dengan lengan panjang. Abaya tidak diketahui
kapan pertama kali dimunculkan, beberaoa pendapat mengatakan kalau busana sopan
itu sudah ada ada selama 4 ribu tahun yang lalu dan hanya digunakan oleh wanita
muslim untuk menutupi lekuk tubuh mereka. Abaya dan tambahan jilbab atau bergo
dipakai oleh wanita Arab untuk melindungi
mereka dari pandangan pria yang mungkin bisa berbuat jahat.
Kini abaya dan jilbab tidak lagi sebagai pelindung tapi
juga pelengkap fashion. Abaya diberi sentuhan yang semakin modern dalam beragam
warna dan bentuk. Belajar dari situlah aku mulai merencanakan menjahitkan
abaya. Sesadar-sadarnya diri dengan
bobot kurang dari 40 kg dan tinggi 153 cm, untuk membeli busana gamis diluaran sana sudah
pasti kembali masuk tukang jahit. Permak total dari bagian lengan, badan dan
kepanjangan.
Bukan tidak tertarik dengan model gamis syarí yang sedang
trend dipasaran. Motif beragam berbahan jersey korea atau jersey super yang
lentur dan jatuh terlihat sangat fashionable ditambah jilbab yang senada.
Faktor ukuran sering jadi masalah, walaupun ukuran S. Honestly aku kurang
percaya diri jika mengenakan baju berbahan jersey atau pandek. Badanku yang
ceking akan terlihat lebih ceking, terlebih jika tertiup angin. Bahan tersebut
dengan mudah melekat ditubuh dan mudah molor. Ada juga yang gamis yang berbahan
sifon dan kaftan, bahan tipis yang dilapisi puring. Biasanya dibagian depan
dada dihiasi roncean taburan mote-mote yang tampak gemerlap. Buatku itu sangat
menyeramkan, potongan elegan dan casual itu yang aku suka.
contoh gamis kaftan yang membunuh karakterku hehe |
Bertepatan dengan Islamic book fair di Senayan setahun
yang lalu, aku berjalan ke arah Senen. Kutemui penjual kain yang sudah menjadi
langgananku. Sebab sejak 2011 aku mengenalnya saat membeli kain untuk seragam
batik lebaran keluarga. Untuk mempermudah Kokoh sebutan penjual kain yang bermata
sipit, kutunjukan gambar model baju yang akan dibuat. Melihat postur tubuh dan
model baju tentunya penjual lebih tahu ukuran-ukuran kain yang diperlukan.
Terbukti dari pengalaman sebelumnya Kokoh tepat memberikan ukuran.
“Hei Koh” aku menyapanya ramah, Kokoh pun menyambutku
hangat
“Ada yang perlu dibantu Neng”
“Aku butuh kain putih dan hitam polos, tapi yang ga
transparan dan ga gampang lecek kalau ga
disetrika “
“Ada, butuh berapa meter? sebentar ya....”
Kutunjukan gambar model abaya
yang ada dilayar Nokia X2-2. Kokoh memberi tahu untuk bahan remi warna emas
blink-blink untuk bagian hiasan tidak dijual ditokonya. Rute jalan toko yang
dimaksud tak segan-segan Kokoh info. 2 setel bakal abaya bahan katun tisu sudah
ditangan dengan harga 20 ribu meter dan 1 setel dengan bahan katun Jepang
dengan harga 55 ribu permeter.
contoh abaya yang aku lihat di internet |
Sayang, mungkin itu perjumpaan terakhir di Pasar Senen
blok III lantai 1. Wajah Pasar Senen yang usang dimakan zaman lenyap disambar
jago merah pada 04/26 dini hari. Hingga saat ini aku belum bertemu lagi dengan
Kokoh. Sampai saat ini pula aku belum mengetahui siapa nama , sosok kakek yang
baik dan ramah. Haru, bercampur sedih mengingat toko Surya belum aku kembali
untuk membeli bahan kebaya pengantinku kelak. Meski harus menempuh jarak Serang
– Senen sekali mendayung tiga empat pulau terlampaui, sebab di Senen banyak
teman-temanku yang mengadu nasib disana jadi sekalian mampir.
Tak cepat-cepat digarap penjahit tidak apa-apa, ujarku.
Penjahit langgananku sedang sibuk banyak orderan dari karyawan Nikomas. Hampir
6 bulan aku titpkan bahan agar dipotong dan dijahit sesuai keinginanku.
Walhasil di bulan November akhir 3 gamisku siap pakai.
Untuk urusan jilbab, aku percayakan dengan bergo. Kerudung instan yang bisa langsung pake. Sampai saat ini belum ada yang sampai menutupi seluruh lenganku, paling tidak sampai siku. Bismillah insya Alloh niat baik yang membawa berkah. Setidaknya jilbabku sudah menutupi dada dan tidak transparan
Seperti apa aku menjelma akhwat? Tunggu kelanjutannya 26
Maret-06 April 2015
Labbaikallohuma Labbaik,
menjadi tamu Allah sepatutnya mengenakan baju terbaik.
No comments:
Post a Comment