Monday 2 March 2015

Ready Umroh (Part 1)


                                                            Aku dan Busana Umroh


            Sejak memutuskan untuk berniat umroh di tahun kemarin, segala sesuatu telah aku persiapkan mencicil perlahan.Termasuk tabungan berencana selama setahun di salah satu bank syariah yang bekerja sama dengan travel. Terhitung sejak bulan Maret tahun lalu. Ini debut perjalanan keluar negeri yang pertama membuat aku repot sendiri. Bukan warna favorit memang warna gelap, tapi berbusana khusus saat menjadi tamu Allah itu yang membuat istimewa.

            Abaya menjadi pilihan busanaku setelah membaca, bercermin dari pengalaman teman, baik di dunia nyata dan dunia maya. Terlebih usai konsultasi dengan pemilik travel, yang menyarankan dengan tegas dengan abaya hitam, sesuai busana wanita Arab. Abaya adalah salah satu model busanan muslim khas Timur Tengah seperti Arab, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab dan daerah sekelilingnya. Pakaian yang biasa dipakai dalam kegiatan sehari-hari oleh para perempuannya.

            Abaya awalnya hanya berwarna hitam polos, tidak banyak corak dan dibuat dalam banyak warna seperti saat ini. Busana untuk wanita muslim yang dibentuk seperti jubah dengan lengan panjang. Abaya tidak diketahui kapan pertama kali dimunculkan, beberaoa pendapat mengatakan kalau busana sopan itu sudah ada ada selama 4 ribu tahun yang lalu dan hanya digunakan oleh wanita muslim untuk menutupi lekuk tubuh mereka. Abaya dan tambahan jilbab atau bergo dipakai oleh wanita Arab untuk melindungi  mereka dari pandangan pria yang mungkin bisa berbuat jahat.

            Kini abaya dan jilbab tidak lagi sebagai pelindung tapi juga pelengkap fashion. Abaya diberi sentuhan yang semakin modern dalam beragam warna dan bentuk. Belajar dari situlah aku mulai merencanakan menjahitkan abaya.  Sesadar-sadarnya diri dengan bobot kurang dari 40 kg dan tinggi 153 cm, untuk  membeli busana gamis diluaran sana sudah pasti kembali masuk tukang jahit. Permak total dari bagian lengan, badan dan kepanjangan.

            Bukan tidak tertarik dengan model gamis syarí yang sedang trend dipasaran. Motif beragam berbahan jersey korea atau jersey super yang lentur dan jatuh terlihat sangat fashionable ditambah jilbab yang senada. Faktor ukuran sering jadi masalah, walaupun ukuran S. Honestly aku kurang percaya diri jika mengenakan baju berbahan jersey atau pandek. Badanku yang ceking akan terlihat lebih ceking, terlebih jika tertiup angin. Bahan tersebut dengan mudah melekat ditubuh dan mudah molor. Ada juga yang gamis yang berbahan sifon dan kaftan, bahan tipis yang dilapisi puring. Biasanya dibagian depan dada dihiasi roncean taburan mote-mote yang tampak gemerlap. Buatku itu sangat menyeramkan, potongan elegan dan casual itu yang aku suka. 
contoh gamis kaftan yang membunuh karakterku hehe


            Bertepatan dengan Islamic book fair di Senayan setahun yang lalu, aku berjalan ke arah Senen. Kutemui penjual kain yang sudah menjadi langgananku. Sebab sejak 2011 aku mengenalnya saat membeli kain untuk seragam batik lebaran keluarga. Untuk mempermudah Kokoh sebutan penjual kain yang bermata sipit, kutunjukan gambar model baju yang akan dibuat. Melihat postur tubuh dan model baju tentunya penjual lebih tahu ukuran-ukuran kain yang diperlukan. Terbukti dari pengalaman sebelumnya Kokoh tepat memberikan ukuran.
                                                           
gamis sederhana tapi elegan

            “Hei Koh” aku menyapanya ramah, Kokoh pun menyambutku hangat
            “Ada yang perlu dibantu Neng”
            “Aku butuh kain putih dan hitam polos, tapi yang ga transparan dan ga gampang lecek kalau  ga disetrika “
            “Ada, butuh berapa meter? sebentar ya....”
Kutunjukan gambar model abaya yang ada dilayar Nokia X2-2. Kokoh memberi tahu untuk bahan remi warna emas blink-blink untuk bagian hiasan tidak dijual ditokonya. Rute jalan toko yang dimaksud tak segan-segan Kokoh info. 2 setel bakal abaya bahan katun tisu sudah ditangan dengan harga 20 ribu meter dan 1 setel dengan bahan katun Jepang dengan harga 55 ribu permeter. 

contoh abaya yang aku lihat di internet


            Sayang, mungkin itu perjumpaan terakhir di Pasar Senen blok III lantai 1. Wajah Pasar Senen yang usang dimakan zaman lenyap disambar jago merah pada 04/26 dini hari. Hingga saat ini aku belum bertemu lagi dengan Kokoh. Sampai saat ini pula aku belum mengetahui siapa nama , sosok kakek yang baik dan ramah. Haru, bercampur sedih mengingat toko Surya belum aku kembali untuk membeli bahan kebaya pengantinku kelak. Meski harus menempuh jarak Serang – Senen sekali mendayung tiga empat pulau terlampaui, sebab di Senen banyak teman-temanku yang mengadu nasib disana jadi sekalian mampir.

            Tak cepat-cepat digarap penjahit tidak apa-apa, ujarku. Penjahit langgananku sedang sibuk banyak orderan dari karyawan Nikomas. Hampir 6 bulan aku titpkan bahan agar dipotong dan dijahit sesuai keinginanku. Walhasil di bulan November akhir 3 gamisku siap pakai.




           Untuk urusan jilbab, aku percayakan dengan bergo. Kerudung instan yang bisa langsung pake. Sampai saat ini belum ada yang sampai menutupi seluruh lenganku, paling tidak sampai siku. Bismillah insya Alloh niat baik yang membawa berkah. Setidaknya jilbabku sudah menutupi dada dan tidak transparan

           
            Seperti apa aku menjelma akhwat? Tunggu kelanjutannya 26 Maret-06 April 2015
Labbaikallohuma Labbaik, menjadi tamu Allah sepatutnya mengenakan baju terbaik.









No comments: