Thursday 11 June 2015

Memuncak Di Tebing Keraton

                                             
 
                                        Memuncak Di Tebing Keraton

            Tebing Keraton atau Tebing Karaton merupakan sebuah tebing yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Tebing ini terletak di Kampung Ciharegem Puncak, Desa Ciburial, Bandung. Merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman. Luasnya mencapai 590 hektar yang membentang dari kawasan Dago Pakar sampai Maribaya. Dari Tebing Keraton dapat menikmati pemandangan spektakuler. Bukan lampu kota, melainkan hutan.
 
peta lokasi wisata
            Tahura berada di ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Di atas tanahnya yang subur terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 spesies. Pada tahun 1965 luas taman hutan raya sekitar 10 ha saja, namun saat ini sudah mencapai 590 ha. Saat ini pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Kehutanan Pemda Provinsi Jawa Barat (sebelumnya berada di bawah naungan perum Perhutani).

            Tidak sulit untuk mencapai Tebing Keraton. Dari pusat kota Bandung, bertolak ke arah Dago Pakar, memang tidak ada kendaraan umum menuju goa pakar. Sewa ojeg banyak siap mengantarkan menuju wisata disana. Jika hanya sampai mulut gerbang pintu biaya Rp. 10000 sampai gerbang hutan. Jika jalan kaki sekitar 35 menit sepanjang 2.5 km jalanan yang menanjak dan berkelok. Kemudian ke arah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Setelah pintu gerbang Taman kami akan melewati rumah-rumah besar dan kemudian perkampungan. Setelah itu kamiakan sampai di sebuah warung dengan baliho besar bertuliskan 'Warung Bandrek' alias Warban. Perjalanan belum selesai, pacu kendaraan melewati tanjakan dan jalan berbatu sampai pos teratas, langsung di Tebing Keraton. Untuk mencapai tebing tersebut, Dibutuhkan waktu yang lebih lama,sebab lebih dari 5 km dengan jalan menanjak dan terjal yang hanya bisa dilalui motor dan pejalan kaki.
 
persahabatan di Tebing keraton eksis


niat narsis juga butuh perjuangan

Tarraaaa  inilah pemandangannya,maasyaaa Allaaah

            Sepanjang jalan menuju Tahura banyak para pesepeda gunung yang menjajal adrenalin meleawati track jalan beraspal yang menanjak dan berkelok. Kerap kami menyapa mereka dan menyemangati para lelaki matang yang sudah bercucuran keringat menggoes pedal. Mereka juga membalas sapaan dan dukungan kami dengan senyum ramah sambil terengah-engah. Isi botol yang mengait disepeda sudah tidak ada yang penuh. Peluh mereka bercucuran sama seperti kami yang berjalan kaki. Bedanya mereka berbaju terbuka dengan pengaman yang lengkap, sementara kami berhijab dan berjaket tebal. 

            Tebing Karaton ini ada di atas Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Sehingga dari atas tebing ini, kami menyaksikan hijaunya pemandangan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang menghampar luas sepanjang mata memandang. Pemandangan ini pun akan bertambah indah. Sayang sebelum matahari terbit atau kira-kira jam 6 pagi. Pada saat menikmati suasana kota Bandung yang masih berselimut kabut tebal, kami melewatinya. Termasuk keindahan matahari terbit di balik bukit yang ada di sebelah timur. Semua keindahan panorama alamnya ini memang paling pas, jika untuk diabadikan dengan mata kamera. Sisa kabut, hawa sejuk, cericit burung dan bunga bermekaran menarik perhatian kami.
goa Belanda

goa Jepang


                        Supaya meringkas waktu, aku dan Iis memakai jasa ojek yang mengantarkan kami dari Tebing Keraton, Curug Omas, Goa Belanda dan Goa Jepang. Usai proses tawar menawar maka jatuhlah harga 90 ribu untuk biaya perjalanan. Mengingat semalaman sudah tidur larut dan keesokan hari harus kembali bekerja. Lagipula jarak antara satu destinasi wisata ke wisata yang lain cukup jauh. Kurang lebih 200 km harus dilewati untuk 4 destinasi tersebut. Tidak apalah menguras kantong yang cekak, yang penting kepuasan dari perjalanan.

curug Omas

curug Omas


            Untuk berkunjung ke Tebing Keraton menguras keringat tapi hawa dingin masih terasa menyelimuti tubuh. Siaga kamera disetiap pemandagan yang memanjakan mata, jaket masih saja belum menghalau dinginnya udara, sesekali menenggak minum saat tenggorokan mulai kering. Sebab kami menyewa motor, karena jalanan yang dilewati belum terlalu bagus, kami bertahan agar tidak terjatuh dan tetap nyaman diatas roda dua. Mengingat perjalanan yang sempit, tidak mulus, naik turun dan berkelok. Walhasil, usai perjalanan keesokan harinya pegal-pegal melanda.

            Seperti yang diuraikan di atas,  berkat cerita pak Uyun dan saudaranya yang mengantarkan kami.  Kami bercakap-cakap dan  menceritakan tentang Tahura, keluarga dan obrolan ringan yang lainnya. Menurut pak Uyun, Tebing Keraton mempunyai cerita banyak legenda, dari kisah Raden Kian Santang sampai cerita Tangkuban Perahu. Konon cerita, Tebing Keraton dinamai itu karena tebing-tebing itu jika di lihat dari balik bukit yang bersebrangan menyerupai keraton,istana, tempat kediaman raja dan ratu. Disamping mempunyai histori kerajaan masa lampau.

           





No comments: