Thursday 11 June 2015

Aku 11 12 Bapa (Masih aroma kota kembang)

                                                        Aku 11 12 Bapa

            Saat berjalan dibawah awan berarak di Kota Kembang, aku mendapati sepasang remaja belia duduk dikursi besi ukir jalan Asia Afrika. Terlihat gadis hitam manis sedang merajuk, mukanya masam membisu. Lelaki muda disampingnya menemani setia, ia lelaki yang beranjak remaja,paras bocahnya baru ditumbuhi jerawat di parasnya yang mulai tak polos. Rasa ingin tahuku menggebu, lalu aku menanyainya,
"Kalian pacaran?" ujarku sambil mengulum senyum
"Enggak, kakak adik" jawabnya singkat
"Kakak adik ketemu gede?" senyumku makin lebar.
Sambil memperhatikan bentuk wajah yang jauh beda diantara keduanya.
romantisme emak bapa


Aku dan Iis bergegas meninggalkan mereka. Tapi ada ihwal yang mengganjal yang belum aku utarakan. Kaki ini mengerem dan berbalik arah.
"Neng, jadi perempuan harus bisa jaga diri ya, kudu hati-hati" pesanku
"Iya Teh"
 
senyum sumringah emak bapa
Tetiba aku menertawai diriku sendiri, mengingat cerita Mbaku tentang bapa. Saat diajak wisata ke kawasan agro wisata Kali Gua Bapa semangat mengejar sepasang muda-mudi yang berjalan menyepi diantara petak-petak kebun teh.
"Bapa mau apa?" mbaku penasaran
"Itu lho lanang wadon nggolet tempat sepi, buat apa kalau bukan pacaran itu kan dosa?"
Bapa membara sementara mbaku terkekeh diikuti cucunya yang sudah menginjak remaja.
"Sudah Pa, mereka sudah terlalu jauh. Lagi pula mereka bukan dari keluarga kita. Insya Allah anak dan cucu Bapa tidak demikian. Biar mereka yang menanggung sendiri akibatnya"
Ucapan itu sanggup meredakan Bapa. Kemudian Bapa dan keluarga menikmati pemandangan dengan nikmat syukur yang tak terkira.

bapa berkebun dan kesederhanaannya

Lebih tepatnya tegas bukan galak. Ini juga salah satu karakterku yang melekat. Bisa dibilang tidak jauh beda dengan Bapa. Rahang di wajahnya dikala muda menempel tegas di wajahku.

emak bapa

Usia beliau yang sudah berkepala 7, kini tinggal berdua dengan Emak, sementara ke-8 anaknya. Hanya seorang yang tinggal di kampung sebelah yang tidak jauh dari rumah. Kesibukan sehari-hari beliau bahu membahu berdagang dan berkebun.Di masa senjanya, beliau sangat intim dengan Gusti Allah. Ketika adzan berkumandang beliau mengejar sholat jamaah di suro kecil yang tak jauh dari belakang rumah.



No comments: