Monday 12 February 2018

Siapa Bilang Ngontrak Sepetak Tidak Bahagia

Siapa Bilang Ngontrak Sepetak Tidak Bahagia


Beberapa hari belakang hidup di ibu kota yang biasanya melulu gerah, sekarang lagi musim merinding disko. Bukan karena ketakutan hantu, melainkan hujan yang menerus membasahi bumi. Kipas yang biasanya menengok kanan kiri walau tidak menyebrang kini sering dimatikan. Sering juga hujan yang bercampur dengan angin menerobos jendela tanpa gordain itu. Hembusan angin kencang juga sudah mengalahkan kencangnya kipas, lelagi suara atap seng yang berisik terkibas oleh angin. Tinggal di lantai tiga tinggal melongok ke bawah jelas terlihat, ya pemandangan atap-atap yang kebanyakan asbes. Dan nun jauh disana terlihat gedung-gedung menjulang tinggi, baik gedung perkantoran atau pun apartemen.

Usai sholat ditegakkan, rasanya enggan beraktifitas. Toh CLBK (Cucian Lama Belum Kering), tarik selimut bobo cantik ajah. Buah hatiku lelagi tak ingin lepas dari menyusu. 'Bermalas-malasan' tidak akan dilakukan jika kami masih tinggal di rumah orangtua atau mertua. Kontrakan sepetak dan tak punya teras atau pun halaman. Selagi bareng di rumah orangtua, aktifitas usai bangun adalah membereskan beberapa ranjang, menyapu rumah dari ruang tengah, ruang tamu kemudian teras. Disusul ruang makan dan dapur. Dikontrakan ukuran 3,5 x3 meter ini, cukup dilap kanebo atau sesering mungkin memunguti kotoran dan rambut rontok yang berserakan.

Sebisa mungkin suara kami tak kencang menembus tembok dan pintu. Setembok dengan kamar sebelah sangat memungkinkan obrolan terdengar. Beberapa kali tetangga bertengkar dan bercanda dengan nada yang lantang, membuat terkadang penasaran. Jika ada bunyi barang pecah pecah belah, obrolan penuh emosi, dan sedu sedan tangis berarti pertengkaran hebat. Disaat seperti itu aku memilih lari dari kenyataan. Melerai, aku bukan sesiapa dan kondisi sedang berapi, yupz kabur adalah jalan menenangkan diri hingga suasana mereda. Jika bunyi gelak tawa dengan suara kaki yang menjejak lantai biasanya mereka sedang berkelakar. Sebab jarak antara tangis dan tawa tipis.

Pertama memasuki kontrakan untuk pertama kali usai menikah, rasanya mengasihani diri sangat kuat. Tak bisa menahan haru, tetesan air mata mengalir. Kontrakan dengan lebar tak seberapa di lantai tiga, dengan tangga yang lebarnya hanya untuk sebadan. Menapaki anak tangga perlu kehati-hatian yang lebih, kemudian berbelok-belok. Tak dijumpai sebarang pun kecuali kipas tua menempel didinding yang tidak punya penutup dan tidak bisa disetel kecepatannya. Kemudian hanya dua bulan bertahan dan pindah ke kontrakan sepetak yang lebih luas satu meter, yang menaiki lebar anak tangga dengan muatan dua badan.

Terlatih mandiri dan prihatin menempa pribadi yang kuat dan tidak cengeng. Awal berbelanja perlengkapan serba dua, bantal, gelas, sendok, garpu, piring dan mangkok. Kebutuhan kebersihan sapu, pel, lap, sikat, sabun tidak ditangguhkan. Setiap hari menciptakan suasana romantis, makan sebungkus berdua, berselimut berdua, segelas bersama. Dan setelah ada anak kebahagiaan kami bertambah, ana tawa dan tangis yang menggemaskan. Perkembangan jiwa, raga yang terkontrol oleh kedua orangtuanya.
mbuat hidup lebih lama

Tetiba bau busuk menusuk hidungku yang pesek. Kentut tanpa suara dari bokong suami. Tak bisa mengelak, menutup hidung dengan tangan atau baju. Sedang aku juga tak malu-malu mengeluarkan bunyi kentut yang bervolume besar. Saling berbalas kentut sudah menjadi bahan candaan hampir setiap hari. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa menghirup kentut yang bau memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan. Bau gas metan dapat menurunkan kemungkinan penyakit dan membantu orang hidup lebih lama. Ada juga yang mengartikan penerimaan dan ketulusann. Yang berarti hubungan yang sehat dalam keluarga basisnya adalah ketulusan dan kepercayaan. Ini sebuah nikmat yang didapat dari kemurahan Allah.

Bertengkar pun perlu ada lawannya, begitu pula untuk berdiskusi. Sepasang suami istri yang hidup terpisah atau yang hidup bersama semua punya konsekwensi masing-masing. Menciptakan kebahagiaan dalam setiap suasana. Bahagia itu kita yang ciptakan. Hidup cukup disyukuri yang ada. Untuk memenuhi gaya hidup, uang sebanyak apapun tak akan cukup. Allah telah menurunkan rizki dengan cukup, rizki yang berasal dari menikah, anak, sedekah, sholat atau pun dijalan ikhtiar. Dan akan semakin tenang saat 5 waktu yang selalu tertunaikan dan bibir yang tak lepas dari dzikir.

No comments: