Saturday, 3 February 2018

Menangkap Jodoh

Menangkap Jodoh



Hidup itu tidak lepas dari yang namanya ujian. Dari tanya "Kapan?" saja sudah dibuat merinding dan kesal. Seperti, "Kapan bayar utang?" ah itu bisa saja dijawab. Pokok masalahnya uang bisa dicari dengan bekerja atau gali lobang tutup lobang. Lah, sementara jika ditanya "Kapan nikah?" terus setelah itu "kapan punya anak?". Suasana hati dan pikiran berikut karakter menanggapinya berbeda-beda. Ada yang dibawa santai, lari dari kenyataan dan diam. Dan sesantai pun saat sendiri terpikirkan dan mungkin rinai diujung air mata. Padahal, ada satu balasan balik buat mereka yang tanya kapan, "Woy. Kapan mati?"

Menikah, hidup, mati, rizki manusia adalah rahasia Allah yang berupa takdir. Wajib mempercayainya sebagai rukun Islam sebagai orang muslim. Dari sini saja, harusnya mereka paham tentang masa depan itu tidak bisa ditebak. Stop meneror kapan soal jodoh dan momongan. Dan yang kadang membuat kesak adalah pertanyaan itu lebih sering dilontarkan oleh seorang wanita. Menjadi wanita tentu paham, jika lewat usia seperempat abad belum ada rombongan keluarga lelaki yang melamar saja sudah sangat dirundung resah. Ada sebutan perawan tua dan lain sebagainya yang tersemat, selain menuduh terlalu pilih-pilih, sok kecantikan dll. Cukup memperhatikan dan diam, lebih baik ikut mendoakan dan paling baik mencarikan jodoh.

Eits, itu gambaran yang aku rasakan saat sebelum menikah menjelang usia kepala tiga. Ada orang tua yang gundah gulana, sementara adikku sudah memiliki dua anak dan akan dilangkah lagi. Bagi sebagian orang Jawa, seorang adik yang mendahului menikah adalah suatu hal yang tabu. Kemudian diberi syarat langkahan sesuai pesanan kakak untuk penenang. Jika seorang adik perempuan melangkahi kakak lelakinya tidak masalah, sementara jika sesama wanita ada kepercayaan yang akan mengakibatkan kakak, maaf susah mendapatkan jodoh.

Beberapa kelakuan konyol saat perawan yang merindukan menikah
*Mencuri bunga melati pada mempelai wanita dipelaminan
Saking khawatirnya saudara-saudaraku, usai pernikahan adikku untaian bunga melati yang menghias kepala pengantin dibungkus dan dimasukkan ke tasku sebelum aku kembali merantau. Semerbak wangu melati berhari-hari nempel di tas. Sementara saat temanku menikah, ia mencopot paksa rangkaian pucuk melati yang masih terpasang diriasan kepala. Konon jika seseorang mengambil melati tanpa sepengetahuan pengantin nanti akan tertular cepat menikah.

*Memulai travelling ke Jembatan Cinta pulau Tidung
Menjadi lajang dengan status jomblo membuatku ingin menghabiskan masa muda dengan travelling. Debut terjauh kala itu masih Jakarta, lalu menyeberang laut ke Pulau Tidung, salah satu pulau di kepulauan seribu. Ada spot jembatan cinta, mitos cinta yang dipercaya oleh penduduk setempat yaitu konon mereka yang berpasangan dan mendatangi jembatan ini maka hubungan asmara tersebut akan langgeng, kemudian untuk yang masih lajang akan segera mendapat pasangan, sementara yang baru saja mengalami putus cinta akan memperoleh pengganti yang lebih baik. Tidak ada maksud cinta apapun, waktu itu kami datang berdelapan bersama teman-teman SMA, semacam reuni kecil.
Jembatan Cinta yang menghubungkan pulang tidung besar ke tidung kecil


*Tanjakan Cinta di Kampung Baduy
Perjalanan menuju ke Kampung Baduy dalam butuh waktu 5-6 jam, hsntangan terberat saat bertemu dengan tanjakan cinta. Tanjakan panjang dan curam, dengan kemiringan 30 derajat. Di puncak tanjakan, cobaan masih belum rampung. Jalan setapak berundak, kemiringannya hampir 70 derajat. Rupanya inilah puncak bukit terakhir yang harus kami lewati untuk sampai ke Cibeo.Tanjakan cinta ini disebut-sebut memiliki mitos, jika melintasi tanjakan yang cukup panjang dan curam ini dengan bergandengan tangan bersama kekasih, maka cintanya akan abadi. Aih, ini juga tidak ada maksud menangkap cinta, saat itu kami sedang writing camp bersama komunitas Rumah Dunia.

*Bersama Backpaker Muslimah di Jembatan Kasih Sayang Pulau Empat
Selain keindahan alam yang mempesona, jalan-jalan ke pulau empat yang terletak di teluk Banten ini lebih cocok dikatakan sebagai wisata hati. Karena sangat banyak tempat-tempat romantis disini. Salah satunya "Jembatan Kasih Sayang". Jembatan Kasih Sayang merupakan identitas dari pulau empat, jika berkunjung kesini dan belum mengabadikan lensa kameramu di jembatan, tentu tidak afdol rasanya. Kami menyengaja bersama teman kerja yang kami sebut Backpaker Muslimah, terdiri dari aku, Uut, Ana, Iis, Nanik, Indra, Titik. Kami semua berhijab dan beberapa kali travelling mengunjungi situs-situs Banten dengan menyewa angkot mang Didi.
Jembatan kasih sayang bersama backpaker muslimah


Mengambil melati ataupun mengunjungi tempat yang bermitoskan pasangan tidak ada unsur untuk menduakan sang pencipta. Tidak lain kami hanya ingin bersenang-senang, berlibur dan mengurai penat ditengah aktifitas yang monoton bekerja 7 jam sehari didepan layar monitor dan hidup dilingkungan mes pabrik.

Langkah sejatinya menghadapi teror nikah ini dengan perilaku kita yang mau memerbaiki diri. Seperti kaca jodoh itu cerminan kita dan doa adalah prasangka yang kita buat. Jadi sebaik-sebaik ucapan adalah dzikir atau lebih baik diam. Tahun 2014, honestly perjalanan memperbaiki diri sebelum menikah. Ini tak disangka, pacar pun tak jelas, lelagi pasrah.

 Adapun beberapa langkah yang ku ambil adalah
*Perjalanan umroh ke tanah suci
Setelah menabung selama setahun akhirnya bisa berangkat diakhir Maret 2015 sampai awal April. Perjalanan suci selama 8 hari dikhususkan untuk beribadah. Aku wanita muda yang tanpa pendamping muhrim sesiapa dalam rombongan. Ada dua orang teman single kakak adik beserta ibunya. Ide perjalanan ini dimulai ketika hobi travelling menggila. Dan berpikir kenapa tidak travelling yang bisa sekalian beribadah. Doa-doa yang kupanjatkan tak cukup sekali untuk keluarga besarku. Mimpi terbesarku adalah menikah dan kembali lagi hingga bisa bergandengan tangan dengan orang terkasih saat thowaf nanti.
Pose di depan jabal rahmah


*Aktif di yayasan pembangunan Islamic center
Memilih sibuk menjadi rutinitas wajib untuk mengalihkan perhatian hati dan pikiran yang kosong tanpa pasangan. Masuk dunia organisasi sebenarnya bukan hal baru. Pun sejak dibangku sekolah sudah akrif di organisasi sekolah. Ditunjuk menjadi jurnalis yayasan, setiap bulan mengirim satu artikel untuk menyosialisasikan perkembangan yayasan dari berbagai sisi. Bergabung bersama orang-orang dijalan Allah insyaAllah ada ganjaran sendiri. Menjaga sikap, tingkah laku menjadi wajib saat mereka sering mengingatkan kebaikan.

*Menghibahkan kerudung dan baju
Memilik banyak grup di whatsapp mempermudah untuk masuknya info dari luar. Salah satunya info bantuan baju layak pakai. Baju-baju yang menumpuk dilemari dan sudah kurang pantas dipakai seorang ukhti, kukirim via JNE. Waktu itu sedang musim banjir, sehingga pos-pos bantuan menyebar diinfokan. Tidak ada lagi celana jean dan baju ketat mengisi lemari. Kerudung paris yang tipis pun bukan lagi penghuni lemari lagi. Pelan-pelan membeli kerudung yang lebar dan tebal via online. Sebab dipasaran kerudung seperti itu jarang, kecuali kerudung instan. Memilih jalur online shop biar praktis, efektif dan langsung ditangan.

*Sering berdoa diwaktu ijabah
Hujan yang melebat itu waktu yang romantis untuk memanjatkan doa. Didalam hadits disebutkan berdoa disaat hujan lebat adalah waktu yang makbul. Proses menghamba yang intim, ketika udara dingin diperciki cipratan air yang runtuh dari langit, yang membawa berkah ke bumi. Begitupun makbulnya doa saat waktu dhuha dan sepertiga malam.

Alaa kulli haal setahun setelah umroh aku dilamar tetangga rumah. Teman sejak TK hingga masa dewasa. Hanya butuh sebulan untuk mempersiapkan pernikahan setelah dilamar. Sebulan sebelumnya adikku sudah dilamar dan sudah meminta syarat lamaran kepadaku. Sebelum adikku melangkahiku, orangtua yang tadinya sedikit alot kemudian memberi restu untuk rencana pernikanahanku. Dulu, saat sekolah dan perjalanan hidupnya "nakal" tetapi beberapa peristiwa dan perjalanan ruh keimananya berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan taat sama Allah. Dulu berganti-ganti menjadi karyaean, kini berhasil membuka usaha sendiri sejak 4 tahun lalu. Tepat pada 25 April 2016 aku melangsungkan akad suci di KUA Bumiayu, tanah kelahiran. Memutuskan akad di ruang KUA memang tidak dipungut biaya sepeser pun, begitu juga tak ada pesta meriah dalam pernikahanku yang serba sederhana. Tanpa menyebar undangan dan tanpa menyewa dekorasi pengantin yang megah. Dengan mahar Rp. 250.416, aku resmi menjadi nyonya Andi Hermanto di pagi yang cerah. Sebelumnya mama mertua sering memanggilku dengan calon mantu. Acap kali ketemu saat bersalaman atau pertemuan saat lebaran didepan banyak orang. Segala puji bagi Allah, ucapan yang menjadi doa dan terijabah.


Usai ijab pose depan KUA diatas vespa kesayangan


No comments: