Dear
Sahabatku yang mencintaiku,
Bagaimana
aku bisa menerangkan ihwal perasaan disaat kita merasakan hal yang sama. Jangan
kira aku tak bersedih dengan keputusan yang sepihak ini. Cinta datang tanpa
salah. Hanya saja kadang kepada siapa itu pilihan, lalu berlanjut dengan runut
cerita yang lain-lain. Seperti kamu yang jatuh cinta kepada vespa. Aku tidak
sepakat jika ini disebut cinta bertepuk sebelah tangan. Kita sudah saling
menyayangi sejak awal kita bersahabat dan memupuknya lebih setelah kita
menjelma dewasa seperti sekarang. Sejauh apapun kita, aku tak akan
meninggalkanmu baik melalui dan yang melangit bahkan pikiran yang sering
melintas tentangmu.
Aku
mengenalmu lebih dari sahabat, aku yang selalu menuntut manja dalam setiap
kesempatan bersamamu. Aku yang menggelayutimu dengan rengekan kekanakan.Aku
yang suka meminjam pundakku saat aku sedih dan kamu memiliki bakat melawak yang
kerap menerbitkan tawa dari bibirku. Menerbitkan senyum dari raut mukaku yang
di cap jutek sebagian besar teman-temanku.
Kau ingat, saat kita berseragam biru putih hingga abu-abu putih aku kerap bertandang ke rumahmu.Sekedar ngobrol yang tak jelas usai pulang sekolah, memberimu sepucuk surat dari para penggemarku waktu untuk kau simpan atau terserah kau apakan. Hehe aku telah mempercayaimu sepenuh hati, kau menghiburku dengan alunan gitar dengan suara yang merdu. Pernah sekedar membangunkan tidurmu, meski masih terbujur selimut kain batik. Dan meskipun kutarik sekuat tenaga dan kugoncang-goncangkan tubuh, tetap saja membuatmu tak bangkit dan menyapaku.yuuhuuu akupun tak kalah semangat mengganggu tidurmu, hingga kau bangun dan menemaniku. Yah, begitu dekatnya kita. Bahkan mungkin tak ada lagi yang ditutup-tutupi.
Entah
sejak kapan rasa cinta andi mendekam didada, aku merasakan sebelum kita
berkeliling Jakarta dengan vespa birumu. Deg! Jantungku berdegub kencang
disusul lunglai tubuh ini. Kesalahan terbesarku adalah membiarkan cinta itu
tumbuh dan aku menerus dekat denganmu. Itu yang tanpa aku sadari terus
menghujam hatimu untuk terluka. Rasa ini terlanjur nyaman sebagai sahabat
kecilku yang sedari anak kita bermain bersama hingga dewasa ini. Memintamu menemaniku
saat-saat aku butuh.
Maaf,
itu yang mampu aku katakan saat ini. Harapanku bukan kita memutuskan
komunikasi, melainkan sedang butuh waktu
menenangkan perasaan yang membuncah saat ini. Kemudian merubah mindset,
bagaimanapun pasti kita saling merindukan. Hubungan kita tidak dibangun dengan
singkat, melainkan waktu yang sangat panjang. Dengan siapa pendamping hidup
kita, kebersamaan kita menjadi episode yang sangat indah. Kebahagiaan yang tak
pernah bisa dibeli dengan apapun. Sudahi kelabu menabuh nyanyian sendu. Kau lelakiyang tabah,
tangguh dan mandiri. Kamu tahu? Ada banyak kabar baik dari metamorfosa kamu.
Kau menjelma lelaki matang, gagah dan lebih religi. Aku bangga dengan kamu yang
terus maju dan semangat.
***
***
Masih seperti ada rasa yang lalu. Berita kehilangan
memasuki tahapan dimana aku mencoba mampu meredam diri. Butuh waktu yang
lumayan untuk mengatur emosi diri. Cukup aku membuang-buang air mata buat orang
yang sedang terkena boom waktu atas ketidaknyamanan yang ia pendam. Cukup aku
membuang tisu, sudah berapa pohon yang aku gunakan untuk mengelap ingus dan
menyeka banjir dari sudut mata. Bahkan ampuh membuat kepala ini memberat,
seperti tertimpa benda berat. Sampai jambakan keras dari tarikan jemariku tak
mampu menekan rasa sakit dikepala.
Kebutuhan komunikasi yang harusnya
dipenuhi. Sejak saat benih cinta itu muncul mulai ditahan. Aku lebih banyak
yang bercerita segala tentang aku. Keluarga, karier, cinta dan hampir yang
berada di sekelilingku. Terlebih aku yang gampang menye-menye kala dirundung
duka. Benar saja kalau kamu menyebutku egois. Aku tak memberi kesempatan
berbagi cerita. Sebab satu ceritaku mampu meluluh lantahkan perasaanmu.
Membuatmu ikut terlarut dan mengiba terhadapku. Semakin sering aku mencurahkan
rasa itu, rasa iba terus dipupuk dan berubah menjadi sayang.
Tak ada alasan mengapa harus
jatuh cinta pada orang yang selama ini dekat. Pertanyaan mengapa yang kerap
muncul dari mulutku semakin tak terjawab. Bukan karena aku cantik katanya,
bukan pula karena aku manja dan suka merengek didekatnya. Bisa saja cinta
datang tak perlu alasan, tetapi akan banyak ada alasan jika mengelak dan
memutuskan tali cinta.
Wanita butuh kepastian, bukan
harapan yang sekedar harapan. Aku yang terburu-buru dengan lelehan air mata langsung
membuat bungkam. Kata lain yang sebenarnya penolakan melalui bahasa tubuh. Kamu
tahu? Sudah banyak cerita yang kuluapkan. Bukan kah mengerti? Ada banyak
rentetan nasib yang masih kutanggung hingga lebaran nanti. Aku tidak akan
menghalang-halangimu untuk bersama siapa dan dengan siapa. Sampai kapanpun aku
tidak mendikte hidupmu, termasuk kemarin saat kebersamaan kita yang tulus.
Kebagiaanmu adalah kebahagianku
juga.Sukses untuk kariermu kedepan bersama mimpi dikancah musik dan bisnis percetakanmu.
No comments:
Post a Comment