Sunday 14 February 2016

Disebut Jolang


Disebut 'Jolang'

Salah satu pemuda tak dikenal itu berusaha menolong temenku. Kedua tangannya mengangkat,  sambil berkata "Ayo, ayo aku bantu". Ia juga menawarkan punggungnya, agar bisa menggendong. Sementara temanku masih saja tertahan dipinggir batu besar di Batu Lawang, hendak turun. Ketiga temanku tertatih untuk turun dari atas tangga diatas batu yang tersiram hujan. Badanku yang kecil bisa dengan lincah turun meski licin. Aku nyinyir "Hugh! Modus bla bla bla"

Mereka bahu membahu saling menolong. Pemuda itu masih berusaha menunjukan empati. Sifat kehati-hatian saya meminta temen-temenku untuk mandiri, bisa berupaya tanpa sentuhan mereka, toh kami juga naik bisa tanpa bantuan mereka.Pemuda-pemuda berganti nyinyir dengan membicarakan sikapku "Orang mau nolong beneran dibilang modus. Sok islami banget. Kalau sekedar bismilah saya juga bisa". Saya bangkit dari omongan mereka,  satu persatu temanku mulai turun dari bebatuan. Sepotong kayu membantu mengulur tangan, hingga kami tiba dibawah dengan selamat tanpa luka.

Guyuran gerimis kembali memaksa kami beristirahat. Sambil menunggu mereda menyantap mie seduh. Usai dirasa cukup, kami melakukan perjalanan pulang. Di saung beratap terpal biru kembali menjumpai pemuda yang masih dirundung kesal. Mereka menyebut kami dengan "jolang, jolang,  jomblo petualang" sambil tertawa. Kami juga ikut menertawakan keadaan dan menganggap hal ini guyon.

Lagi pula, perempuan yang seperti apa dengan mudahnya disentuh. Boleh saja pemuda itu akan menolong. Selama diri masih mampu menyelesaikan perkara sendiri kenapa harus meminta tolong. Perempuan petualang akan terlihat aneh jika bersikap lembek dan manja. Terlatih menaklukkan keadaan mengajari diri untuk mandiri.

Tak apa kami jolang, ketimbang yang dengan murahnya bersentuhan bukan lelaki halalnya. Kami lebih terhormat, perjalanan dengan ongkos dan kristalisasi keringat sendiri.  Perempuan yang belajar tangguh, yang terkadang lupa kodratnya wanita berada dirumah. Tapi kami tak pernah lupa bagaimana menjaga diri dengan berbagai pengendalian. Menjaga diri untuk menjadi wanita yang seutuhnya hinggah utuh tersentuh usai akadnya.

Cerita ini sengaja ditulis buat mereka yang merayakan yang konon namanya hari  valentine. Peristiwanya diatas terjadi diawal pekan di bulan Februari pas imlek. Secara cinta bukan berhadiah coklat tapi berwujud akad. Dan itu semua dalam paket pernikahan yang syah secara agama, hukum negara, adat istiadat. Bukan mut'ah, bukan siri atau ah dahulu sebelum syah. Semoga terhindar dari hal yang tidak diinginkan, aamiin.

#novalentine #nopacaranuntilakad #jomblosampaihalal




No comments: