Tuesday 2 February 2016

Melayangkan Harapan di Museum Layang-layang


Melayangkan Harapan di Museum Layang-layang


Perjalanan tanpa terencana ini berlangsung cukup mulus. Dari rute bus way menuju Blok M. Dengan membeli E Tiket baru senilai 40 ribu kami melaju, melewati banyak halte dan transit di halte Harmoni. Untuk mencapai museum sampai kemudian disambung menaiki metromini merah 610 yang bising. Kaca-kaca jendela itu bergetar cepat seiring jalan yang bergelombang. Hampir sepanjang Cilandak - Fatmawati lancar merayap, sebab proses pembangunan MRT menggerus kanan kiri jalan. Wal hasil bersabar ria hingga sampai tujuan. Belum lagi saat menaik turunkan penumpang menambah durasi panjang perjalanan. Lokasi Museum Layang-layang cukup tersembunyi, yaitu di Jalan H. Kamang no. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dari jalan utama menuju lokasi sekitar 200 meter.

Setelah pintu gerbang, didepan sekolah Miftahul Umam
Museum Layang-layang bisa dikunjungi setiap hari kecuali hari libur nasional mulai pukul 9 pagi hingga 4 sore.Harga tiket masuk Museum Layang-layang Rp 15.000, anak-anak di bawah 3 tahun gratis. Termasuk paket menonton audio video, kunjungan ke museum, membuat layangan dan menggambarnya. Dengan luas layan sekitar 2700 m, sesuai yang diucapkan pak Asep, guide museum.

Museum ini merupakan museum layang-layang pertama di Indonesia. Jumlah koleksi layang-layang di museum ini berjumlah ratusan namun jumlah tersebut terus bertambah seiring datangnya koleksi-koleksi baru dari para pelayang daerah dan luar negeri maupun layang-layang yang dibuat sendiri oleh karyawan museum. Dari semua layangan hampir semua berbentuk unik dan membentuk 3 dimensi, bisa dari tokoh, berbentuk barang, maupun fantasi.

Pak Asep membantu kami memperkenalkan wayang-wayang yang menggantung diatap bangunan joglo. Bapa berdarah sunda itu juga mengajari kami membuat layang-layang. Arku (kerangka layang-layang) sudah disiapkan. Selembar kertas putih polos menutup asku, kami potong sesuai ukuran asku. Lalu ditempel dengan lem. Nah, saat sudah terbentuk layang-layang, crayon warna itu menanti ide untuk menuangkan kreasi.













Merasa bukan seniman yang sebenarnya, jadi menggambar dalam waktu sekejap tidak mudah hehe. Kupu-kupu yang aku gambar hasil menjiplak, sisanya aku atur sedemikian rupa sesuai mood booster yang ada dikepala. Aku menyebutnya layang-layang harapan, harapan di awal tahun dengan tulisan " memeluk doa, membebaskan ingin" . Arah angin itu sedang tak berpihak, ya bersiul. Bersiul konon bisa mengundang angin. Angin yang menerbangkan layang-layang harapan hingga sampai tujuannya. Melayangkan harapan pula untuk tetap berkomitmen melestarikan budaya leluhur, mencintai batik, mengenal  dolanan dan serta tak miskin kreatifitas.


Mencoba mewarnai layang-layang 

Tarraaaa ini dia hasilnya hehe 

Pojok kreasi topeng daur 

Sebenarnya ada paket lain yang lebih menyenangkan. Seperti yang tertuang dalam tiket, antara lain membatik, membuat keramik, melukis diatas payung kanvas, membuat topeng dari bahan daur ulang dll. Menurut pak Asep, museum lebih ramai dikunjungi dihari kerja. Biasanya sekelompok anak TK atau SD yang datang dari berbagai sekolah.Sebelumnya mereka sudah membuat perjanjian.

Seperti yang dikupas dalam video yang kami tonton, layang-layang merupakan bagian dari permainan masa kecil yang tidak hanya berfungsi sebagai permainan belaka, tapi bisa dilibatkan dalam sebuah ritual tertentu. Berbagai bangsa di dunia dapat dipastikan mengenal permainan layang-layang. Fenomena inilah yang mendorong para pecinta layang-layang untuk mendirikan museum layang-layang. Di dalam museum tersebut, para pecinta layang-layang akan mengumpulkan berbagai jenis layang-layang dari mancanegara dan menjaga koleksi tersebut agar bisa dinikmati keindahannya dan dipelajari teknologinya.

Museum Layang-Layang Indonesia didirikan oleh seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites & Gallery yang bergerak di bidang layang-layang yang bernama Endang W. Puspoyo.Kecintaannya pada layang-layang membuat ia tergerak untuk mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia.Kiprahnya dalam mendirikan Museum layang-Layang ini mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Museum ini diresmikan pada 31 Maret 2003, yang ditanda tangani dalam prasasti I Gede Ardika selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu.


Penghargaan dari rekor MURI







Prasasti  peresmian museum layang-layang 

No comments: