Friday 17 September 2021

Selamanya Cinta Bapa

 Selamanya Cinta Bapa ๐Ÿ’๐Ÿ’•




2 pekan bapa telah pergi untuk selamanya. Tutup usia 70 tahun dengan tenang. Matanya terpejam, wajahnya bersinar, senyum berseri dan rambut ubannya berkilau dan meninggalkan semerbak wangi. 


Qadarullah, seekor kucing abu-abu putih mendampingimu waktu disholati. Meski sudah diusir keluar masjid.  Kembali datang menatapmu dari bawah kaki keranda, sementara jamaah bershaf-shaf menyolati dan mengantarkanmu hingga liang lahad. 


Biasanya tiap kali menyambangi rumah, bapa sedang duduk atau tiduran dirusbang depan rumah. Menyapanya dan duduk bersanding bercerita apa saja. Ya, apa saja yang ada dihati, lingkungan dan keadaan fisik bapa yang sudah dimakan usia. Terkadang kami hanya diam memandang dedaunan disapu angin dan menyapa orang yang berlalu lalang. 


Biasanya bada magrib satu juz dalam kitab alquran dibacanya dengan lancar, sering hingga adzan isya berkumandang. Lalu melanjutkannya sebelum matahari terbit sambil menanti pelanggan datang ke warung. 


Rambutnya penuh uban, kulitnya mengeriput, senyumnya pongah banyak gigi geraham yang tanggal dan jalannya perlahan-lahan. Pegal, itu yang sering dikeluhkan sejak 3 tahun lalu operasi pangkal paha. Ikhtiar yang tak sediikit dilakukan, dari secara medis dan non medis sudah ditempuh. Bapa semangat bisa berjalan, semangat untuk sembuh, semangat untuk kembali bertemu mushola. Ala kulli haal memperpanjang usia dan mempermudah aktifitas sementara.




Allah memilih jalannya sendiri dalam proses menghadapNya. Kembali ke ruang operasi dan pembedahan usus bocor. Menurut dokter efek panjang dari komsumsi obat pereda nyeri. Selasa sakit, Kamis operasi dan Rabu bapa sudah tidak sakit lagi. Tidak ada lagi 11 colokan alat di ruang ICU, dari ventilor, monitor jantung, oksigen dll. Bapa sudah tenang dengan kalimat thoyibah diujung sakaratul maut. 


Bapa, semua tentangmu melekat erat dijiwa ragaku. Beruntungnya aku, dimasa tuamu kita sering bersama. Meski tak sempat bertemu lagi saat-saat terakhir. Bapa jarang meminta-minta apapun kepada anaknya dan jarang sekali menyuruh kecuali terdesak. 


Masih ingat dulu, waktu aku kecil anak yang doyan ngambek. Bapa yang mengantar sekolah dan memberi uang saku tambahan. Bapa pula yang mengajarkan aku membaca. Dengan nada yang tinggi dan aku yang sampai sesenggukan menangis berhasil bisa. Begitupun jika ada PR Matematika dan Baca Tulis Alquran bapa orang yang mampu mendampingi belajar waktu MI. Bahasa Arab dan Tajwid bapa juga jago, termasuk pembagian porogapet yang rasanya dulu susaaah sekali.


Usai panen tiba, pasti anak-anaknya dibelikan keperluannya. Sesiapa yang rengking pertama dia yang diajak ke pasar. Yeaaay, rasanya senang sekali. Memilih sepatu sendiri di toko dan bapa yang menawar harganya. 


Bapa pekerja keras bertani. Tanaman perkebunanan hasil tangan dinginmu semoga menjadi amal jariyah yang senantiasa bertasbih kepada Allah. 8 anak perempuan dan 1 bungsu anak lelaki lolos diantar hingga ke gerbang pernikahan. Dan aku saksi hidup bahwa bapa yang menjabat erat lelaki pendamping hidupku diakad janji suci. Menikahkanku langsung tanpa diwakilkan. 


Bapa, menceritakanmu tak pernah habis seperti rasa sayangku kepadamu. Doa terbaik mengulum senantiasa selalu untukmu. Melepas kepergianmu dengan ikhlas dan bangga memiliki bapa sepertimu. Semoga husnul khotimah dan layak ditempatkan di surga Nya. Allohummahhfirlahu warhamhu waafihi wafuanhu



2 comments:

fanny_dcatqueen said...

Mba, membaca ini jadi ikut sediiih karena teringat orang tua. Aku berdoa semoga bapak dilapangkan kuburnya, diampuni semua kesalahan, dan Husnul khotimah . Kalo udah ttg orangtua, mau berapalamapun mereka sudah meninggalkan kita, tetep aja rindu dan sedih kalo diingat.

Afidatun nasihah said...

Aamiin ya Rabb

Terimakasih, mba