Sunday 3 May 2015

Membentang Jejak Dakwah Rasulullah Di Haramain (Part Madinah)


          Membentang Jejak Dakwah Rasulullah Di Madinah

Kali ini posisi Hanif sebagai muthawwif digantikan oleh Azmi karena suatu kesibukan, rekan sesama mahasiswa Universitas Islam Madinah. Logat melayunya sangat kental, tidak seperti Hanif yang bisa menyesuaikan mana jamaah asal Indonesia dan Malaysia. Pelajar asal negeri Jiran ini memang sedang belajar menangani handling dan urusan jamaah umroh.Azmi sudah berupaya keras menerangkan apa-apa yang berada disekitarnya yang berkaitan dengan jejak perjuangan Rasul. Meski demikian banyak diksi saat pengucapan dalam cerita tercampur dengan bahasa Melayu.

Dalam hitungan detik usai memimpin doa perjalanan, sepatah doa patah sudah Azmi dihujani komplain oleh para jamaah terutama dibarisan depan. Mengingat ada beberapa dari jamaah berprofesi sebagai dosen disebuah Institut Islam di Serang. Sedikit adu pendapat yang dicampur canda tawa, akhirnya supir yang berpengalaman itu menawarkan diri untuk membimbing kami, menjadi pemandu wisata sepanjang city tour Madinah.Demi kepentingan bersama akhirnya supir mengikhlaskan diri menjadi pemandu wisata. Dengan pekerjaan multi tasking menyetir dan menguraikan semua situs-situs dan sejarah nabi dengan jelas dan rinci.

Berkat izin Allah, dengan pengalaman yang tak sebentar supir tersebut diberi banyak kemudahan melafalkan setiap sejarah tempat demi tempat dan hal-hal kecil yang sebelumnya belum kami ketahui.

Berikut destinasi wisata yang dirangkum dalam torehan cerita dari penerangan pak Asep supir paruh baya yang masih nampak gagah.

Misteri Jabal Magnet

FENOMENA alam tak kunjung habis di Madinah dan Mekah. Kini, Jabal (Gunung) Magnet menjadi fenomenal dan banyak dibicarakan jemaah umrah.Kelebihannya, mampu mendorong kendaraan dengan kecepatan 120 km per jam dengan posisi persneling netral.

Namanya memang tak setenar dengan tempat bersejarah lainnya yang ada di kota suci Medinah dan Mekah, seperti Jabal Uhud, Baqi’ Jabal Rahmah, dan lainnya. Tapi, belakangan ini, Jabal Magnet mengundang jemaah Arab maupun umrah untuk datang merasakan kelebihannya.

rombongan Zidny Travel 26 Maret - 2 April 2015
Lokasinya memang cukup lumayan dari Kota Medinah, sekitar 40 km menuju arah Kota Tabuk. Jabal Magnet berada di luar daerah haram, sehingga bebas dikunjungi warga non muslim.
Jika dilihat secara kasat mata, sebetulnya tidak jauh beda dengan daerah lainnya, yakni berupa bukit-bukit batu gersang seperti yang banyak mengelilingi Kota Medinah. Hanya ketika kendaraan sampai di jalan raya di antara perbukitan tersebut, baru akan merasakan ada suatu keanehan.
Persneling Netral, Mobil ‘Didorong’ Menjauhi Jabal Magnet

Sebab jalan sepanjang sekitar 4 km di kawasan perbukitan ini diyakini memiliki daya dorong. Mobil akan berjalan dengan kecepatan tinggi menjauhi Jabal Magnet, meskipun persneling mobil dalam posisi netral.

Hal itu dirasakan saya dan jamaah lainnya, Saat bus yang kami tumpangi menuju arah selatan, pak Asep supir bus asal Indonesia ini mengaku kendaraan menjadi sangat berat meskipun medan jalan tidak begitu menanjak.

Makin lama bahkan ia terpaksa memindahkan persneling mobil ke posisi satu, karena kesulitan bergerak hingga kecepatannya hanya 15 hingga 20 km per jam. Padahal, dengan kondisi jalan yang tidak terlalu menanjak, seharusnya dengan persneling dua, taksi masih kuat.

Dengan laju yang berat itu, Pak Asep yakin ada pengaruh magnet yang menahan gerakan mobil. Sebaliknya, ketika mobil berbalik arah menuju Medinah, sopir yang sudah lebih enam tahun tinggal di kota ini mengaku saat mengemudi melaju dengan kecepatan tinggi, meskipun persneling dalam posisi netral. Namun demi keamanan demi menjaga keselamatan para jamaah, beliau menahan kendali laju. Kian lama kecepatan kendaraan makin tinggi. Bahkan, baru sekitar 3 km, kecepatan taksi ini sudah menunjukkan angka 120 km per jam.
Bisa Mencapai 120 Km per Jam 
tidak lupa mengabadikan moment dibalik bukit jabal magnet


Untuk membuktikan keanehan tersebut, Pak Asep meminta untuk bergantian menyetir kendaraan, namun kondisi yang kurang memungkinkan kami diberi kesempatan melihat speedometer yang bergerak cepat padahal masa dalam posisi netral, kecepatan mobil bisa sampai 120 km per jam.Ternyata benar, ini suatu keajaiban. Ini pasti ada daya dorong dari gunung tersebut.. Saat persneling dikembalikan ke posisi netral, perlahan-lahan mobil tersebut berhenti. Sebaliknya, saat pak Asep mencoba ke arah Madinah dengan posisi persneling netral, jarum kilometer mobil malah memutar sampai ke titik 120 km per jam. Para jamaah benar memperhatikan gerak-gerik kemudi pak Asep berkemudi dari kaki yang menginjak rem dan pengukur kecepatan yang direkam.

Memang medan jalan menuju Kota Medinah agak menurun, namun dengan kondisi demikian tidak wajar akselerasi mobil begitu cepat. Bahkan, sebetulnya laju kendaraan bisa lebih tinggi lagi, tapi pak Asep tidak berani lalu mengeremnya karena tidak mampu mengendalikannya.
Batas Area Jabal Magnet

Tidak ada batasan yang jelas, mulai dari mana jalan yang memiliki daya magnet itu. Tapi jika dirasakan, pengaruh magnet itu mulai bila kendaraan melaju dari bendungan air yang letaknya tak jauh dari putaran hingga bukit menjelang belokan ke Medinah. Setelah sekitar melaju lima km, kecepatan mobil mulai berkurang sedikit demi sedikit, padahal jalan masih menurun. Akhirnya, mobil memiliki kecepatan lambat saat berada di depan bendungan air.

Namun, dari sejumlah informasi yang berkembang di Medinah, menyebutkan, dulunya Jabal Magnet ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang Arab Baduy. Saat itu si Arab ini menghentikan mobilnya karena ingin buang air kecil. Namun karena sudah kebelet, ia mematikan mesin mobil, tapi tidak memasang rem tangan.

Ketika sedang enak-enaknya pipis, ia kaget bukan kepalang, mobilnya berjalan sendiri dan makin lama makin kencang. “Ia berusaha mengejar, tapi tentu saja tidak berhasil. Dan menurut kisahnya, mobilnya tersebut baru berhenti setelah melenceng ke tumpukan pasir di samping jalan,

Obyek Wisata Baru

Sejak itu, cerita tersebut menyebar ke berbagai pelosok dan ramai dikunjungi warga, baik dari Arab sendiri maupun dari negara lain. Bahkan menurut ceritanya, sebagian warga ada yang melakukan berbagai ritual agama di sana. Namun, karena di lokasi ini bukan merupakan tempat untuk melakukan ritual, pemerintah Arab Saudi melarangnya dan menjadikan kawasan ini sebagai objek wisata semata.

Untuk itu, pemerintah Arab Saudi sudah membangun jalan raya yang begitu lebar agar pengunjung bisa merasakan dorongan magnet ketika melaju dengan kendaraannya. Di bagian ujung dibuat jalan melingkar untuk putaran ketika pengaruh medan magnet sudah lemah.
Selain itu, di kedua sisi jalan sudah dibangun tenda-tenda untuk pengunjung dan sudah ditanam pohon-pohon agar kelihatan lebih hijau. Bahkan, di sebuah dataran yang berpasir, terdapat arena bermain mobil-mobilan untuk anak-anak. Kawasan ini juga sudah dilengkapi dengan sejumlah toilet untuk umum.

Jalan dari Kota Madinah menuju kawasan ini juga sudah lebar dan mulus, sehingga untuk sampai ke lokasi tidak sampai 45 menit dengan mobil kecil atau bus. Pemandangan di kedua sisi jalan menuju kawasan ini juga cukup indah dan menakjubkan. Sebelah kanan dan kiri jalan dikelilingi oleh gunung berbatu. Terdapat juga areal peternakan domba, unta, serta kebun kurma yang membuat gurun menjadi agak menghijau.

Menurut pak Asep, yang masih menggunakan satu tanganya untuk menyetir dan yang kiri memegang mikrofon. Beliau menuturkan keunikan hukum menabrak pohon dibanding menabrak tiang listrik penerang jalan. Jika menabrak lampu listrik dengan mengganti seharga tiang tersebut sekitar 2000 riyal, namun jika menabrak pohon harus mengganti sejumlah kubik air yang dihabiskan selama pertumbuhan pohon itu. Mengingat negara Arab dengan wilayah yang tandus dan gersang tentu akan sulit mengembangkan jenis pepohonan. Itupun dengan pohon jenis tertentu yang cocok dengan keadaan lahan di jazirah Arab.

Kini Jabal Magnet sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk melihat dan merasakan adanya fenomena alam yang masih misterius. Bahkan, orang-orang dari negara asing saat berkunjung ke Medinah jarang yang melewatkan peristiwa langka ini.


Gunung Uhud

Jabal Uhud (gunung Uhud), adalah gunung batu berwarna kemerahan, tidaklah begitu besar, tingginya hanya 1.050 meter dan terpisah dari bukit-bukit lainnya. Berlokasi sekitar 5 kilometer sebelah utara kota Madinah.

Bentuk Jabal Uhud, seperti sekelompok gunung yang tidak bersambungan dengan gunung-gunung yang lain. Sementara umumnya bukit di Madinah, berbentuk sambung menyambung. Karena itulah, penduduk Madinah menyebutnya Jabal Uhud yang artinya ‘bukit menyendiri’.
Jabal Uhud selalu dilewati oleh jamaah yang masuk ke Madinah maupun yang menuju Makkah. Letaknya memang di pinggir jalan raya menuju kedua kota itu.
dipelataran jabal Uhud banyak pedagang, nah salah satunya topi yang saya pakai
 
jauh dibelkang para pedagang, distulah jabal uhud berada
Di bukit inilah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin Mekah. Dalam pertempuran tersebut gugur 70 orang syuhada di antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad saw. Kecintaan Rasulullah saw pada para syuhada Uhud, membuat beliau selalu menziarahinya hampir setiap tahun. Untuk itu, Jabal Uhud menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi.

Anas radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw memandang ke Uhud sambil bersabda,”Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang sangat mencintai kita, dan kita pun mencintainya.” (HR. Muslim : 1393).

Didepan makam syuhada uhud kami memanjatkan doa yang dipimpin oleh ustad Abdul Hakim. Kondisi makam tidak seperti makam di Indonesia dengan nisan marmer yang beraneka ragam, keseluruhan nampak kehijauan dan tiap makan terdapat gundukan. Pemandangan sangat berbeda ketika melihat dipemakaman umum Ma’ la atau Tsurayya dan makam syuhada Uhud. Semua makam rata dengan tanah, dengan nisan tanpa nama dengan ukuran yang sama dan sangat sederhana. Nah, inilah gambaran makam yang sesuai tuntunan Islam.

Disunnahkan ketika berziarah ke Jabal Uhud ini kita member salam kepada para suhada Uhud serta mendoakannya. Sebelum dibangun jalan baru yang menghubungkan Kota Makkah dan Madinah oleh pemerintah Kerajaan Saudi, Jabal Uhud selalu dilewati oleh jamaah yang hendak menuju Madinah maupun yang menuju Makkah. Letaknya memang di pinggir jalan raya menuju kedua kota itu.
Namun, sejak tahun 1984, perjalanan jamaah haji dari Makkah ke Madinah atau dari Madinah ke Jeddah, tidak lagi melalui jalan lama tersebut. Melainkan melalui jalan baru yang tidak melewati pinggir jabal.

Sejarah Jabal Uhud

Di kawasan Uhud itu, pertempuran spiritual dan politik dalam arti sebenarnya memang terjadi. Ketika itu, pasukan diberi pilihan antara kesetiaan pada agama dan kecintaan pada harta. Melihat lokasi dan kawasan perbukitan yang mengelilinginya, maka orang bisa membayangkan bagaimana sulitnya medan perang ketika itu.

Perang di kawasan Uhud, bermula dari keinginan balas dendam kaum kafir Quraisy seusai kekalahan mereka dalam Perang Badar. Mereka berencana menyerbu umat Islam yang ada di Madinah. Peristiwanya terjadi pada 15 Syawal 3 H, atau sekitar bulan Maret 625.

Menghadapi rencana penyerbuan tersebut, Rasulullah saw memerintahkan barisan pasukan Muslimin menyongsong kaum kafir itu di luar Kota Madinah. Strategi pun disusun. Sebanyak 50 pasukan pemanah, oleh Rasulullah saw yang memimpin langsung pasukannya, ditempatkan di atas Jabal Uhud. Mereka diperintahkan menunggu di bukit tersebut, untuk melakukan serangan apabila kaum Quraisy menyerbu, terutama pasukan berkudanya. Sedangkan pasukan lainnya, menunggu di celah bukit.

Maka, perang antara pasukan kaum Muslimin yang berjumlah 700 orang melawan kaum musyrikin Makkah yang berjumlah 3.000 orang, akhirnya berkobar. Dalam perang dahsyat itu pasukan Muslimin sebenarnya sudah memperoleh kemenangan yang gemilang.

Namun, kemenangan tersebut berbalik menjadi kisah pilu, karena pasukan pemanah kaum Muslimin yang tadinya ditempatkan di Bukit Uhud, tergiur barang-barang kaum musyrikin yang sebelumnya sempat melarikan diri. Melihat kaum musyrikin melarikan diri dan barang bawaannya tergeletak di lembah Uhud, pasukan pemanah meninggalkan posnya dengan menuruni bukit. Padahal, sebelumnya Rasulullah saw telah menginstruksikan agar tidak meninggalkan Bukit Uhud, walau apa pun yang terjadi.

Adanya pengosongan pos oleh pemanah tersebut digunakan oleh panglima kaum musyrikin, Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam) untuk menggerakkan kembali tentaranya guna menyerang umat Islam. Khalid bin Walid ini, sebelumnya memang digambarkan sebagai seorang ahli strategi yang memimpin tentara berkuda.

Akibat serangan balik tersebut, umat Islam mengalami kekalahan tidak sedikit. Sebanyak 70 orang sahabat gugur sebagai syuhada. Termasuk paman Rasulullah saw, Hamzah bin Abdul Muthalib. Rasulullah saw sangat bersedih atas kematian pamannya tersebut.

Kematian paman Rasulullah saw ini, akibat ulah Hindun binti Utbah, istri seoran kaum musyrikin, yang mengupah Wahsyi Alhabsyi, seorang budak, untuk membunuh Hamzah. Tindakan balas dendam dilakukan Hindun, karena ayahnya dibunuh oleh Hamzah dalam Perang Badar. Wahsyi dijanjikan akan mendapat kemerdekaan bila dapat membunuh Hamzah dalam peperangan ini.

Dalam pertempuran itu, Rasulullah saw juga mengalami luka-luka yang cukup parah. Bahkan, sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai pelindung Rasulullah saw, gugur dengan tubuh dipenuhi anak panah.

Setelah perang usai dan kaum musyrikin mengundurkan diri kembali ke Makkah, Nabi Muhammad saw memerintahkan agar para sahabatnya yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur untuk memakamkan beberapa syuhada. Jenazah para syuhada Uhud ini, akhirnya dimakamkan dekat lokasi perang serta dishalatkan satu per satu sebelum dikuburkan.
Adapun Sayidina Hamzah bin Abdul Muthalib, dishalatkan sebanyak 70 kali. Beliau pun dimakamkan menjadi satu dengan Abdullah bin Jahsyi (sepupu Nabi Muhammad saw) di lokasi 
terpisah dengan lokasi para syuhada yang lain.

Kini, jika kita datang ke lokasi tersebut, kompleks pemakaman itu akan terlihat sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Dari luar hanya ada jeruji, sehingga jamaah bisa melongok sedikit ke dalam. Bahkan, di dalam areal permakaman yang dikelilingi pagar itu, tidak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana.

Namun demikian, ziarah ke Jabal Uhud telah menjadi menu penting bagi segenap jamaah haji atau umrah, ketika berada di Kota Suci Madinah. Dari manapun mereka berasal, mereka bisanya akan berusaha berziarah ke kompleks makam tersebut.

Seperti yang dikisahkan, lantaran kecintaan Rasulullah saw kepada para syuhada Uhud, beliau senantiasa berziarah ke Jabal Uhud hampir setiap tahun. Langkah beliau kemudian juga diikuti oleh beberapa sahabat sesudah Rasulullah saw wafat. Bahkan, dikisahkan bahwa Umar dan Abubakar, juga selalu mengingatkan Rasul jika perjalanannya telah mendekati Uhud.

Rasulullah saw bersabda,”Mereka yang dimakamkan di Uhud tak memperoleh tempat lain kecuali ruhnya berada did alam burung hijau yang melintasi sungai Surgawi. Burung itu memakan makanan dari taman surga, dan tak pernah kehabisan makanan. Pada syuhada itu berkata siapa yang akan menceritakan kondisi kami kepada saudara kami bahwa kami sudah berada di surga.”

Maka Allah SWT berfirman ,” Aku yang akan memberi kabar kepada mereka.” Maka dari situ kemudian turun ayat yang berbunyi,” Dan janganlah mengira bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah SWT itu meninggal (Qs 3:169)

Hingga kini, Jabal Uhud menjadi tempat penting untuk diziarahi oleh para jamaah haji. Di tempat ini, biasanya banyak mutawwif yang memandu memimpin doa. Di dalam buku panduan haji sendiri telah dicantumkan doa ketika ziarah ke Bukit Uhud. Biasanya di tempat ini panas amat terik. Ada yang menganjurkan berziarah ke Uhud pada hari Kamis dan Jumat sebagaimana Rasulullah saw melakukan.

Masjid Qiblatain

Kami memang tidak sempat untuk melihat kedalam masjid, dari dalam bus yang berkaca bening kami melihat menara-menara masjid Qiblatain yang elegan.
Masjid Qiblatain termasuk salah satu masjid yang menjadi tonggak sejarah syiar Islam. Di masjid inilah Nabi Muhammad Saw menerima wahyu untuk mengubah arah kiblat shalat, dari Baitul Maqdis di Yerussalem (Palestina) ke Baitullah di Masjidilharam (Mekah).
 
masjid Qiblatain
Masjid ini berjarak sekitar 7 kilometer dari Masjid Nabawi, di tepi jalan ke jurusan Wadi Aqiq, di atas bukit kecil di utara Harrah, Madinah. Semula dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah.
Pada tahun ke 2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab, Rasulullah berkunjung ke perkampungan Harrah untuk sekadar bersilaturrahmi dengan warga Muslim di sana. Ketika memasuki waktu Dhuhur, 
Rasulullah melaksanakan shalat di Masjid Salamah ini.

Dalam shalat tersebut mula-mula Rasulullah Saw menghadap ke arah Masjidil Aqsa. Namun, pada rakaat kedua Rasulullah mendapat wahyu (Al-Baqarah: 144) untuk mengubah arah kiblat tersebut. Setelah turun ayat tersebut, Rasulullah pun menghentikan sementara shalatnya, kemudian meneruskan kembali dengan menghadap ke Masjidilharam di kota Mekah.

Adapun wahyu yang diturunkan Allah untuk mengubah arah kiblat tersebut: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidilharam itu adalah benar dari Allahnya dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”. (Albaqarah: 144).

Merujuk pada peristiwa tersebut, lalu masjid ini (Masjid Bani Salamah) dinamakan Masjid Qiblatain, yang artinya masjid berkiblat dua.

Masjid Qiblatain mengalami beberapa kali pemugaran di antaranya pada tahun 893 H atau 1543 M oleh Sultan Sulaiman. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sekarang juga mengadakan perluasan dan pembangunan konstruksi baru, namun tidak menghilangkan ciri kas masjid tersebut.

Masjid Quba

Alhamdulillah di Masjid Quba ini, saya beserta rombongan menyempatkan diri untuk tahiyatul masjid. Dengan waktu yang tak lama, namun kami sanggup menempuh dan bersholat dengan khusuk. Perjumpaan dengan rumah Allah yang lain yang mengharukan sekaligus membahagiakan.

Masjid Quba adalah masjid yang mempunyai nilai historikal yang paling tinggi. Karena, Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw. pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi di Quba. Quba adalah suatu tempat pinggiran kota Madinah atau berjarak sekitar 5 km di sebelah tenggara kota Madinah. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa masjid Quba adalah mesjid yang dibangun atas dasar takwa (Surat At Taubah:108).
 
di halaman masjid Quba
Nabi Muhammad memulai dengan membangun masjid Quba dan kemudian masjid Nabawi, mempersatukan muslimin pribumi (Anshar) dan pendatang (Muhajirin), mempersatukan seluruh masyarakat Yatsrib, membangun pakta pertahanan bersama dan mempertahan diri dari serangan kafir Quraisy melalui jihad perang—yang akhirnya terbangun peradaban baru, maka kita, umat muslimin, setidaknya juga bisa “hijrah” dan membagun peradaban baru dengan meninggalkan kondisi yang negatif kepada yang positif, dari yang mungkar kepada yang makruf, dan dari yang makruf kepada yang lebih makruf.

Sejarah

Allah s.w.t memuji masjid ini dan orang yang mendirikan sembahyang di dalamnya dari kalangan penduduk Quba’ dengan Firman-Nya: Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri…….(At Taubah, 108).

Masjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Sakarang renovasi masjid ini ditangani oleh keluarga Saud. Mengutip buku berjudul Sejarah Madinah Munawarah yang ditulis Dr Muhamad Ilyas Abdul Ghani, masjid Quba ini telah direnovasi dan diperluas pada masa Raja Fahd ibn Abdul Aziz pada 1986. Renovasi dan peluasan ini menelan biaya sebesar 90 juta riyal yang membuat masjid ini memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah.

Masjid Ideal


Meskipun sangat sederhana, masjid Quba boleh dianggap sebagai contoh bentuk dari pada masjid-masjid yang didirikan orang di kemudian hari. Bangunan yang sangat bersahaja itu sudah memenuhi syarat-syarat yang perlu untuk pendirian masjid. Ia sudah mempunyai suatu ruang yang persegi empat dan berdinding di sekelilingnya.

Di sebelah utara dibuat serambi untuk tempat sembahyang yang bertiang pohon korma, beratap datar dari pelepah dan daun korma, bercampurkan tanah liat. Di tengah-tengah ruang terbuka dalam masjid yang kemudian biasa disebut sahn, terdapat sebuah sumur tempat wudhu, mengambil air sembahyang. Kebersihan terjaga, cahaya matahari dan udara dapat masuk dengan leluasa.

Masjid ini memiliki 19 pintu. Dari 19 pintu itu terdapat tiga pintu utama dan 16 pintu. Tiga pintu utama berdaun pintu besar dan ini menjadi tempat masuk para jamaah ke dalam masjid. Dua pintu diperuntukkan untuk masuk para jamaah laki-laki sedangkan satu pintu lainnya sebagai pintu masuk jamaah perempuan. Diseberang ruang utama mesjid, terdapat ruangan yang dijadikan tempat belajar mengajar.

Keutamaan :
Beberapa hadist mengatakan bila shalat sunah di masjid ini setelah mendekati tengah hari maka pahalanya sama dengan pahala berhaji umrah satu kali
Panduan di masjid Quba
  • Saat akan memasuki bagian dalam masjid, sebaiknya memperhatikan petunjuk di dinding luar masjid. Itu adalah penunjuk pintu masuk yang dikhususkan bagi jamaah laki-laki atau perempuan. Akan terpampang pada sebuah plakat yang ditempelkan ke dinding pintu masuk untuk jamaah laki-laki maupun perempuan.
  • Tidak diperbolehkan mengambil gambar didalam masjid.



Masjid Quba dari kejauhan, beserta penjula tasbih yang dijual dengan harga rupiah






                                                               

Saturday 2 May 2015

Membentang Jejak Dakwah Rasulullah Di Haramain (Part Makkah)


                        Membentang Jejak Dakwah Rasulullah Di Haramain

Sebagai kota kelahiran para nabi tentu memiliki daya tarik, yakni di koka Haramain yakni Mekah dan Madina. Bukan hanya karena ia tempat ibadah haji dan umroh. Sebagai saksi bisu perjuangan keras dan dahsyat nabi. Negeri Arab yang tandus dengan negeri yang paling banyak memiliki terowongan batu di dunia. Mekah juga memiliki sejumlah objek wisata religi sangat menari. Nilai sejarahnya yang tinggi dan berdimensi religius menjadi nilai tersendiri bagi sejumlah objek wisata di kota kelahiran Nabi Muhammad Saw ini.

Alhamdulillah pada kesempatan 26 Maret- 2 April kami serombongan dari Zidny Travel mengadakan perjalanan umrah. Pada kesempatan usai umrah, keesokan harinya kami mengadakan tur melihat, mengamati dan menginjakkan kaki didaerah dan bangunan bersejarah. Kota yang dipenuhi dengan bebatuan dan gunung-gunung batu, namun kota yang sangat di cintai Allah dan Rosulullah. Itulah mengapa ka’bah menjadi pusat peradaban umat Islam dan kiblat umat Islam diseluruh pelosok dunia.
Dengan dibimbing oleh seorang muthawwif yang berpengalaman. Sejak menaiki bus yang disupiri oleh warga Indonesia yang telah bekerja disana, kami disuguhi makanan ringan. Hanif, pria muda mahasisiwa Universitas Islam Madinah memimpin perjalanan kali ini, seiring bus kami melaju, mulutnya tak henti menunjukkan letak-letak strategis dan bersejarah perjuangan nabi dan perkembangannya sekarang.

MasjidAl-Haram
Tampak Masjidil Haram usai menunaikan sholat Jumat dengan ratusan ribu jammaah



saya dihalaman masjidil haram


“Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk tempat beribadat manusia ialah Baitullah yang di Makkah yang di-berkahi” al- Imran, ayat 96.

Ka’bah adalah bangunan suci Muslimin yang terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ia merupakan bangunan yang dijadikan rujukan arah kiblat atau arah sholat bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain itu, merupakan bangunan yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah.


Ini tempat wajib didatangi, terutama jamaah haji dan umroh, karena ada rukun haji dan umroh di sini –mengelilingi Ka’bah (thawaf) dan berlari-lari kecil (sa’i) antara bukit Shafa dan Marwah yang ada di kompleks majid.

Capture ka'bah menjelang sholat Isya dari lantai 3
Ka’bah berbentuk bangunan kubus yang berukuran 12 x 10 x 15 meter. Ka’bah disebut juga dengan nama Baitallah atau Baitul Atiq (rumah tua) yang dibangun dan dipugar pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail setelah Nabi Ismail berada di Mekkah atas perintah Allah. Kalau kita membaca Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 37 yang berbunyi “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”, kalau kita membaca ayat di atas, kita akan mengetahui bawah Ka’bah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim as meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail di lokasi tersebut. Jadi Ka’bah telah ada sebelum Nabi Ibrahim melangkahkan kakinya di Makkah.

Pada masa Nabi saw berusia 30 tahun, pada saat itu beliau belum diangkat menjadi rasul, bangunan ini direnovasi kembali akibat bajir yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali Hajar Aswad namun berkat hikmah Rasulallah perselisihan itu berhasil diselesaikan tanpa kekerasan, tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan.

Banyak hal di luar ibadah yang bisa dinikmati (dikagumi) di dalam masjid yang bernilai sejarah, terutama Ka’bah,  Hajar Aswad (Batu Hitam, The Black Stone) yang “menempel” di Ka’bah, Maqam Ibrahim (jejak kaki Nabi Ibrahim a.s.), Hijr Ismail (lokasi rumah Nabi Ismail a.s. sekaligus tempat dimakamkannya sang ibunda, Siti Hajar), Sumur Zamzam,  Mizabe Rahmah (kanal air zamzam), Multazam (tempat doa diijabah),

Gua Hira Jabal Nur

Kami memang tidak diperkenankan turun dari atas bus, sepanjang perjalanan kami menikmati suasana dan membayang betapa keras perjuangan Nabi Muhammad mensyiarkan ajaran Islam.Gunung-gunung batu memenuhi sudut-sudut kota. Jika akan membangun rumah, hotel banyak terlihat bongkahan gunung-gunung yang sudah dicakar dan mendatar serupa tanah. Lalu mulailah membangun, maka tidak hayal jika harga tanah di Tanah Haram sangat mahal mengingat kondisi geografis yang seperti itu. Tanpa pepohonan dan sangat tandus.

Disebelah utara Masjidil Haram kurang lebih 6 km, terdapat sebuah gunung yang dikenal dengan nama Jabal Nur. Tinggi puncak Jabal Nur kira-kira 200 meter, di sekelilingnya terdapat sejumlah gunung, batu bukit dan jurang. Sekitar 5 meter dari puncak gunung, terdapat sebuah lubang kecil. Itulah yang disebut Gua Hira, di mana Nabi Muhammad Saw mendapat wahyu pertamanya.
Letak Gua Hira di belakang dua batu raksasa yang sangat dalam dan sempit. Panjang gua tersebut sekitar 3 meter dengan lebar sekitar 1.5 meter, dan ketinggian sekitar 2 meter setinggi orang berdiri. 

Dengan luas dimensi seperti itu, gua ini hanya cukup digunakan untuk shalat dua orang. Di bagian kanan gua terdapat teras dari batu yang hanya cukup digunakan untuk shalat dalam keadaan duduk dan terdapat lubang kecil yang dapat dipergunakan untuk memandang kawasan bukit dan gunung arah Makkah.

Untuk menuju puncak gunung, seseorang rata-rata memerlukan waktu selama 1 jam bahkan lebih. Medannya cukup sulit karena tidak ada tangga. Para peziarah harus mendaki melewati batu-batu terjal. Jalan bertangga hanya ditemukan setelah tiga perempat perjalanan. Namun menjelang puncak gunung, medannya sedikit ringan, peziarah bisa mendaki dengan santai.

Begitu tiba di depan pintu gua, terdapat tulisan Arab ‘Ghor Hira’ dengan cat warna merah. Di atas tulisan itu terdapat tulisan dua ayat pertama Surat Al-Alaq dengan cat warna hijau. Gua Hira terletak persis di samping kiri tulisan tersebut.

Jabal Nur dan Gua Hira ini sangat penting dalam sejarah Islam karena di gua inilah Nabi Muhammad saw menerima wahyu yang pertama yaitu surat Al’Alaq dari ayat 1 sampai 5. Senin 17 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Agustus 610 M—menurut Ibnu Sa‘ad dalam Al-Thabaqat Al-Kubra—kala Muhammad tengah khusyuk bertafakur, ia menerima wahyu pertama yang disampaikan oleh Malaikat Jibril.
“Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-Alaq: 1-5).

Saat itu pula Nabi Muhammad SAW resmi dilantik sebagai Nabi dan Rasul Allah SWT. Saat menerima penobatan sebagai Nabi, usia Nabi Muhammad SAW sekitar 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut kalender Qamariyah

Dengan kondisi seperti itu, Gua Hira merupakan tempat yang ideal di Makkah bagi Nabi Muhammad SAW untuk bertahannuts. Suasananya tenang, dan jauh dari keriuhan kota Makkah kala itu. Dan tentu saja, Nabi Muhammad SAW telah mempertimbangkan dengan matang pemilihan gua ini sebagai tempatnya ‘mencari’ Tuhan.

Beliau juga telah memperbincangkan tempat itu dengan istrinya, Khadijah binti Khuwailid. Oleh sebab itu, terkadang di malam yang pekat, Khadijah beberapa kali mengunjungi Muhammad. Dapat dibayangkan bagaimana beratnya medan yang ditempuh Khadijah Al-Kubra saat itu, ketika mengunjungi suaminya di Gua Hira.

Bagi sebagian kaum Muslimin, perjalanan ibadah haji bukan hanya sekedar menyempurnakan prosesi atau ritual sebagaimana diwajibkan atau disunnahkan syariat, tapi juga sebuah wisata religius. Salah satunya adalah dengan melakukan ziarah. Dan salah satu tempat ziarah yang paling diburu para jamaah haji atau mereka yang berumrah adalah Gua Hira yang terletak di Jabal Nur (Gunung Cahaya).

Gua Tsur – Jabal Tsur

Barulah dibawah kaki gunung Tsur kami diperkenankan untuk turun. Kebanyakan dari rombongan adalah ibu dan bapak yang lebih dari pauh baya usianya. Jika pun aku memaksa sungguh aku egois. Kesempatan 10 menit berada di kaki gunung itu, kami gunakan untuk berfoto alias mengabadikan moment tersebut.

Berikut sejarah dan pengetahuan yang diuaraikan muthawif selama perjalanan menuju destinasi gunung Tsur.

Aku dibalik bukit jabal Tsur


Memandang ke arah selatan dari Masjidil Haram di Kota Makkah, akan tampak barisan bukit batu terhampar memanjang. Berjarak 5 km dari Kota Makkah, barisan bukit batu tersebut adalah Jabal Tsur, perbukitan tertinggi di Makkah Al-Mukarromah.

Jabal Tsur atau Gunung Tsur memiliki tiga puncak yang bersambungan dan berdekatan. Di salah satu puncak Jabal Tsur itulah terdapat Gua Tsur. Gua Tsur merupakan tempat yang dijadikan perlindungan Rasulullah saw dan sahabatnya, Abu Bakar ra. Rasulullah saw dan Abu Bakar ra bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraiys.

Kala itu, tahun 622 Masehi, Rasulullah saw berniat hijrah ke Kota Madinah untuk mencari tempat penyebaran Islam yang lebih kondusif. Namun, kaum kafir Quraisy yang tak menginginkan ajaran Muhammad saw menyebar ke luar Makkah, melakukan pengejaran untuk menghalangi niat Rasulullah saw

Dalam kondisi terdesak, Rasulullah saw dan Abu Bakar ra memilih masuk ke Gua Tsur atas petunjuk yang diberikan Allah SWT melalui malaikat Jibril. Di gua yang berada di Jabal Tsur nan tandus itulah Rasulullah saw dan Abu Bakar ra berlindung selama 3 hari 3 malam.

Upaya pengejaran kaum kafir Quraisy menemui jalan buntu manakala sampai di sekitar gua. Kendati sudah berada di depan pintu masuk gua, kaum kafir Quraisy terkecoh dengan keberadaan sarang laba-laba dan sarang burung merpati yang menutupi jalan masuk ke gua.

Kaum kafir Quraisy tak melanjutkan mengejar ke dalam gua. Mereka berpandangan, tak mungkin ada orang yang sebelumnya masuk tanpa merusak sarang laba-laba dan membuat burung merpati terbang dari sarangnya. Dengan logika itu, kaum kafir Quraisy pun angkat langkah dan menghentikan pengejaran, kembali ke Kota Makkah.

Peristiwa pertolongan di Jabal Tsur serta persembunyian Rasulullah saw dan Abu Bakar ra di Gua Tsur diabadikan melalui firmah Allah SWT dalam Surah At-Taubah ayat 40. Ayat itu berbunyi: ”Bila kamu tidak mau menolong Rasul SAW, maka Allah SWT telah menjamin menolongnya ketika orang-orang kafir mengusirnya berdua dengan sahabatnya.Ketika keduanya berada dalam gua, Rasulullah saw berkata kepada sahabatnya, ”Janganlah engkau berduka cita, karena Allah SWT bersama kita.” Lalu Allah SWT menurunkan ketenangan hati (kepada Muhammad) dan membantunya dengan pasukan-pasukan yang tiada tampak olehmu. Dijadikan-Nya kepercayaan orang-orang kafir paling rendah dan agama Allah SWT menduduki tempat teratas. Sesungguhnya Allah SWT Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Dulu, saat musim haji banyak jamaah yang berupaya naik ke Jabal Tsur dan melihat Gua Tsur. Namun, kondisi medan bukit yang terjal serta waktu tempuh yang cukup lama, sekitar 2-3 jam untuk mencapai gua, membuat Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan larangan naik ke Jabal Tsur.

Jabal Rahmah

Dibawah bukit Jabal Rahmah kami diperkenankan kepelataran yang sangat luas. Banyak para ziarah yang menaiki, karena tak terlelu tinggi. Banyak dari mereka yang ingin mengabadikan nama dan pasangannya agar berjodoh, padahal menurut muthawif tidak ada ketentuan untuk berdoa di tempat pertemuan Adam dan Hawa tsb.

Pose yang ga mainstream di balik Jabal rahmah

Penciptaan Adam dan hawa menjadi sejarah nyata bagi kehidupan seluruh umat di dunia. Jejak-jejak keberadaan dua makhluk pertama di dunia ini dapat kita jumpai di beberapa tempat. Salah satunya di Jabal Rahmah.

Jabal Rahmah berada di bagian timur Padang Arafah di kota Mekkah Arab Saudi. Sesuai dengan namanya, jabal berarti sebuah bukit atau gunung, sementara Rahmah adalah kasih sayang. Sesuai dengan namanya, bukit ini di yakini sebagai pertemuan antara Nabi Adam dan Siti Hawa setelah mereka dipisahkan dan diturunkan dari syurga oleh Allah selama bertahun-tahun setelah melakukan kesalahan dengan memakan buah khuldi yang terlarang.

Konon berdasarkan cerita ahli sejarah, Nabi Adam diturunkan di negeri India, sedangkan Siti Hawa diturunkan di Irak. Setelah keduanya bertaubat untuk memohon ampun, akhirnya atas ijin Allah mereka dipertemukan di bukit ini.
Setelah pertemuan ini, Adam dan Hawa melanjutkan hidup mereka dan melahirkan anak-anak keturunanya sampai sekarang.

Untuk menuju puncak tempat ini, kita bisa menempuhnya sekitar 15 menit dari dasar bukit. Bukit batu ini berada pada ketinggian kurang lebih enam puluh lima meter yang puncaknya menjulang. Di bukit ini terdapat sebuah monumen yang terbuat dari beton persegi empat dengan lebar kurang lebih 1, 8 meter dan tingginya 8 meter. Menuju puncak bukit ini pemerintah setempat telah membangun infrastruktur yang memadai sehingga memudahkan bagi pengunjung untuk menikmatinya. Infrastruktur ini berupa jalanan berbentuk tangga dengan 168 undakan menuju puncak tugu.

Dari bukit ini kita bisa menyaksikan hamparan padang Arafah yang setiap tahunnya dipadati oleh jamaah dari seluruh penjuru dunia ketika musim haji tiba. Juga dapat menyaksikan matahari yang terbit atau juga sinar jingga yang mengiringi saat menjelang terbenamnya matahari.

Jabal Rahmah juga merupakan tempat wahyu terakhir kepada Nabi Muhammad SAW tatkala melakukan wukuf. Wahyu tersebut termuat dalam QS Al-Maidah (5) : 3, “Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku sempurnakan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu. …..
Turunnya ayat ini membuat para sahabat bersedih, sebab mereka merasa akan kehilangan Rasulullah dan tak berapa lama kemudian, Rasulullah dipanggil menghadap oleh Allah SWT.

Jironah

Diakhir destinasi wisata, kami menyempatkan singgah di Ji’ronah. Disana terdapat masjid yang tidak besar tapi banyak pengunjung melakukan tahiyatul masjid. Ini adalah tempat bersejarah, dimana disini adalah miqat nabi Muhammad saat akan memulai umrah.

Ji’ronah adalah nama sebuah perkampungan Wadi Saraf. Masjid Ji’ronah digunakan penduduk Makkah sebagai tempat miqat untuk umroh. Masjid ini terletak di bagian timur laut dari kota Makkah dan jauhnya 22 KM dari Masjidil Haram. Luasnya mencapai 1.600 M2 dan masjidnya bisa menampung hingga 1.000 jama’ah shalat.
Masjid Jironah

Karena Ji’ronah merupakan tanda batas haram maka di masjid inilah menjadi tempat miqat, dimana harus memakai pakaian ihram dan berniat ihram sebagai syarat memasuki tanah suci Mekkah. Dari sinilah Rasulallah saw berihram untuk melakukan umrohnya yang ke tiga kalinya. Ji’ronah merupakan tempat miqat umroh yang paling afdhal bagi penduduk Makkah, juga merupakan miqat paling tinggi derajatnya dibanding miqat yang lain. Ini menurut kebanyakan pendapat para ulama. Rasulallah saw sendiri melakukan umroh dari Ji’ronah. Beliau bermukim di sana selama 13 hari dan berihram dari sana.

Ibdu Abbas meriwayatkan bahwa bahwa Rasulallah saw melakukan umroh selama hidupnya sebanyak 4 kali, pertama umroh Hudaibiyah, kedua umroh Qadha’, ketiga umroh yang dilakukanya dari Ji’ronah sepulangnya dari perang Hunain, keempat umroh pada saat melakukan Haji wada’.

Dikampung ini terdapat beberapa tempat ziarah, salah satunya sebuah Masjid dan Sumur Bir Thoflah (sumur yang airnya dikenal memiliki rasa tersendiri). Menurut riwayatnya sumur ini dahulunya terdapat salah satu mukjizat Rasulullah SAW saat kehabisan air usai perang Hunain. Rasulullah SAW bersama para pejuang Islam berhenti untuk membagi-bagikan hasil kemenangan. Karena persediaan air habis dan disana tidak ada sumur, Rasulallah saw memukulkan tongkatnya lalu keluarlah air. Air ini sering dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan tidak pernah kering (*)

Dari berbagai sumber