Thursday 4 August 2016

Jendela Lantai Tiga

Jendela Lantai Tiga

Sore yang muram membawaku larut dengan perasaan sendiri. Entah ini pengaruh raga ini yang lelah baru tiba dari kampung halaman atau suasana yang mengajakku bergabung. Tangis itu sudah pecah saat menginjak lantai tiga kontrakan yang sangat minimalis. Ada fasilitas kipas angin hitam telanjang yang sangar tanpa pengatur. Sekotak kamar berlangit-langit asbes ukuran 2,5 x 2 meter dengan kamar mandi di luar. Baru setengah purnama aku menapaki dunia yang disebut rumah tangga. Memutuskan menjadi makmum dari imam yang memutuskan tuk hidup seatap 24 jam 7 hari, ini adalah keputusan hebat yang aku pilih menurutku. Ruang kerjaku sangat nyaman dengan gaji yang cukup dan kini aku tanggalkan, termasuk sahabat-sahabatku yang sering bersenang-senang bareng. Sekarang benar-benar yang orang bilang menempuh hidup baru. Seperti dinegeri antah berantah saat berada lingkungan baru.

Semburat senja memancar cerah dari balik rumah-rumah dan gedung tinggi. Tak ada halaman untuk berlarian para bocah, yang ada pemandangan dinding-dinding triplek, atap asbes dan gang-gang sempit yang dipenuhi rumah warga beserta kendaraan roda dua. Rasanya harus belajar lebih banyak bersyukur. Tak elok memandang terus ke bawah sementara tak mungkin dikatakan meninggi jika bukan tidak ada pembanding bawah. Tak berarti melemah, memandang ke bawah sering membawa hati yang tenang. Becermin dari yang bawah diri ini lebih baik dari segi sudut mata. Tembokku keras dari semen, bukan dari papan atau seng berkarat. Ada dua jendela pelenyap pengap, ada banyak sirkulasi udara meski ibu kota panas. Kami mengontrak perbulan dengan harga setengah juta, ini tak apa juga dari pada menyicil dengan cara riba.

Dua malam ini menghabiskan satu dua jam di pasar. Malam pertama dikosan tanpa sehelai barang bawaan pun, kecuali tas travel dan rangsel dari kampung halaman. Pasar Jihong, untuk pertama kalinya aku kesana. Pertama yang dituju adalah kasur dan almari. Sepanjang jalan di Pasar Jihong lebih banyak yang jualan baju-baju yang kekinian, baik yang didalam toko atau di emperan, ada barang elektronik disana. Tapi kami belum butuh 😊 Tangan kami tak lepas bergandengan tangan, kami melepas jemari saat di depan eceran kelontong gerabah yang digelar di atas tikar. Ember, gantungan, gelas, sendok, garpu masing-masing 2 biji dan barang kebutuhan yang lain. Sengaja tak membeli mangkuk dan piring, lebih sering makan dibungkus kertas minyak dan dimakan berdua. Itu juga tidak mengurangi kenikmatan makanan yang kami lahap. Suamiku lebih pandai menawar harga, aku lebih memilih diam dan menyodorkan uang jika harga sudah disepakati.

Kasur dan lemari tak kami jumpai di Pasar Jihong Kemayoran. Aku melihatnya seperti pasar Tambak yang ada di Serang. Ketika malam justru pembeli berhamburan memenuhi jalan. Sampai menuju pulang, kami berhenti di tepat toko kasur yang hampir tutup. Meski kekurangan uang dalam dompet, encik penjual itu mau menerima kekurangannya usai menggesek ATM terlebih dahulu. Sambil dibawakan barang hingga sampai dalam kontrakan. Malam pertama tanpa guling, biar kami saling memeluk.

Pasar Johar Baru, menjadi malam kedua yang kami datangi berburu rak, cermin, jam dll. Perdebatan dimulai usai melihat guling antara perlu dan tidak perlu. Kami saling memandang, malu untuk berkata iya.
"Satu atau dua My?"
"Satu boleh gak By?, nanti gantian yah" aku mengurai senyum

                      ***

"Semua kemeja tak ada yang rapi bagian kerah" nada pelan itu seperti sambar petir. Aku menggosok dari kardus yang baru dibongkar lima hari lalu. Dari kontrakan yang lama saat ia masih membujang. Puluhan kemeja itu dianggap tak ada yang rapi.
"Yaudah gosok aja sendiri"
"My, kalau dibilangin ngelawan"
"Tapi tidak begitu pemilihan katanya, yang minoritas jadi mayoritas, jadi kesannya semua salah"
"Tapi memang begitu keadaannya koq"
"Apa sudah dicek satu persatu, bisa jadi ada yang rapi kemeja yang lain"
"Emang gitu koq, dulu hubby bisa menghabiskan waktu setengah jam hanya untuk menyetrika sebuah kemeja. Terutama bagian kerah, lengan dan jahitan kanan kiri. Bagian yang pertama dilihat itu wajah. Dan bagian kerah paling dekat, jika kusut, ya sudahlah semua terlihat tidak rapi"
Bulir mata ini menderas tanpa terbendung lagi. Rasanya ingin membela diri lagi. Berada lingkungan keluarga besar perempuan dan merantau dilingkungan perempuan sangat jarang menyetrika baju lelaki. Baju berkerahku sangat sedikit, lagi pula detail bagian leher hingga dada tertutup uluran hijab. Sehari bersamanya membisu. Kami seperti patung dengan seribu bahasa. Tapi tanggannya masih menggenggam erat sat kami menyebrang jalan raya. Di meja kerja kami asik mencolek layar sentuh, ditemani kepulan asap rokok yang tiada putus. Aku tahu dia marah, aku juga kesal.

Kutarik tumpukan kemeja yang sudah tersusun menggunung itu. Satu demi satu kusertika kembali tanpa bicara. Kali ini aku absen tanpa ikut suami ke toko. Waktu yang tak sebentar menyelesaikan kemeja yang hampir semua kotak-kotak warna gelap itu.
"Hubby berangkat" ku ulurkan tangan dan mencium punggung tangannya
"Maafin Amy, By" kami berpelukan, dikecupnya ubun-ubun kepalaku
Kupandangi kepergiannya dari balik pintu hingga punggungnya sampai menghilang dari edaran pandang. Berlari menuju jendela, hal serupa yang kulakukan. Ku pandangi dari belakang lelakiku berjalan santai sambil membakar putung rokok tanpa sepengetahuannya.

 Menjadi istri yang bertitel sholihah sesuai syar'i, bagiku tidak semudah teori yang sudah kubaca. Diperintah tanpa ah, melayani tanpa keluh kesah. Entah itu berangkat dari rasa cinta atau tidak. Merangkak mengarungi bahtera perlahan menyesuaikan, tak selamany indah terjalin. Justru pertengkaran kecil itu yang membuat rindu, mengikat kuat rasa memiliki. Sedari Taman Kanak-kanak aku mengenalnya. Mengenal seutuhnya setelah mengikrarkan janji suci, tanpa pacaran. Ya, dia terkadang seperti bukan yang aku kenal sebelumnya. Sempat tak direstui sebab masalalunya yang terekam hitam dimata orangtuaku. Dia yang memintaku meninggalkan celana berganti rok atau gamis dan membuang kerudung mungil dan bersalin khimar yang menjulur lebih lebar, kalau bisa menutup pantat 💗


                             *****

"Tumben hari ini sepi, tidak ada gerobag dangdut keliling bertubi-tubi" obrolanku mulai
"Emang biasanya?" Suamiku santai membalas
"Saat kita rebahan usai magrib saja biasanya susah tiga sampai empat potongan lagu dangdut berlalu"
"Mungkin mereka kapok, jarang ada yang mengulurkan tangan, kita aja gak pernah kan?"
"Tapi kita berada dilantai paling atas, apa sopan jika melempar receh dari balik jendela?"
"Maulah, mereka butuh duit buat makan"
"Gak setega itu juga cara memberinya, mereka mendapatkan rizki menginginkan dengan cara terhormat"

Musik berseliweran kencang telah menjadi pemandangan yang lumrah. Semacam hiburan gratis yang silih berganti. Entah berapa kilo meter mereka tempuh untuk menjajakan musik dan suara pas-pasanya. Bunyi gendang yang bertalut-talut dikemas dalam gerobag yang berisi salon, mesin disel dan keyboard elektrik. Ada yang mengedarkan ember bekas cat dari pintu ke pintu sambil membunyikan kecrekan. Mereka terbiasa dengan angkat rangan sebagai pertanda penolakan. Semangat mereka tercermin dari ketidakmenyerahan berjuang untuk menghidupi hidup. Untuk makan, biaya sekolah anak, bayar kontrakan dan membeli bedak lagi gincu 👄

Kampung Galur, kelurahan Johar Baru yang padat penduduk. Bertetangga dengan Kampung Rawa, kampung terpadat di Asia. Tak jauh dari tetangga, ukuran rumah ideal tak menjadi patokan hidup bahagia. Kamar 3x3 saja ditumpangi satu keluarga lengkap, ayah, ibu, kakak, adik, bahkan ada mertua atau sanak famili yang lain. Sudah tak terhitung semenjak bermukim disana, lelagi ada pengumuman dari towa masjid tentang berita duka. Sudah tak terhitung lelagi ambulan bersirine kencang wara-wiri tepat didepan kontrakanku. Kepadatan penduduk yang tak sangat mengakibatkan tingkat kematian yang cepat dan begitu pun kelahiran lebih cepat lagi.

Takut? Tidak. Lebih baik sendiri tanpa siapapun dari pada ada orang namun meresahkan. Dari balik jendela tanpa rasa takut kami melihat tawuran antar kelompok dini hari. Pernah juga kejar-kejaran polisi dengan bandar narkoba ditengah pekat malam. Melihat para warga yang tenang dan tidak panik membawaku ikut tenang juga. Pemandangan itu kerap ada dikawasan kampung itu, gang -gang bisu menjadi saksi darah muda itu menumpahkan emosinya kasar. Sampai beritanya masuk koran berulang, beberapa bulan lalu ada korban tawuran. Tawuran yang selanjutnya biasanya juga gegera balas dendam, nyawa dibalas nyawa. Bapak-bapak paruh baya hanya menonton dari kejauhan. Begitu pun suamiku, kegaduhan yang mengganggu tidurnya hanya ditengok sebentar kemudian terlelap lagi. Usai mendengar sirine polisi itu menguing, mereka kocar-kacir terpencar. Sambil menerobos kerumunan pemuda yang terlibat tawuran mengumpat kekesalan. Ihwal ini, aku mencocokkan polisi sebagai inspektur vijay dalam film India, yang datang usai pertempuran terjadi 😀

                                                                        ***
Baiklah, mengalah untuk menang. Tidak ingin kebencian ini timbul sementara kita tak pernah saling mengenal. Sejak kembali usai lebaran, statusmu berganti menjadi tetangga terdekat. Aku tidak bermaksud untuk sombong, namun suara gaduh dan tangis tengah malam hingga pagi berhasil membunuh ingin tidurku, jiwaku terbalut kalut. Tak cukup jendela itu ditutup rapat-rapat. Kalau pagi saja, biar musik cadas memutar kencang, biar kalah saing suara kalian yang saling membantah.

"Beberapa hari ini kita terdzalimi tetangga yah Bi" ujarku membuka percakapan pagi,
"Hehe, yang ada mereka yang merasa saling mendzalimi, suami mendzalimi istri dan begitu pun sebaliknya"
"Ada hak anak yang wajib dijaga di sana"
"Terkadang dalam kondisi emosi, mereka mengusung tinggi ego masing-masing dan melupakan kehadiran buah hati" suamiku membalas
"Sebagai tetangga juga kita harusnya dijaga, didalam hadits disebutkan (Tidak akan masuk surga tetangga yang tidak membuat tetangganya nyaman) "
"Sudahlah, bagaimana mau menghormati tetangga kalau orang terdekat saja diperlakukan demikian, (Sebaik-baik suami adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya (Alhadits).
"Berarti kita berbuat tergolong selemah-lemahnya iman dong Bi, ketika melihat kemungkaran hanya bisa mendoakan dan mendiamkan" cetusku
"My, mereka warga sini asli, sudah tahu bukan kebiasaan orang sini? Hubby khawatir jika ikut campur muka kita sudah dicatat dikepala mereka. Kita cari aman saja, kita numpang di ranah ibu kota"
"Baiklah Bi, toh tinggal menghitung hari kita bermukim dikotak lantai tiga ini" 😀

Barangkali benar, dimana pun tanah seringnya jika bumi sudah dipijak memilih diam menjadi jalan paling aman. Menuruti imam lebih baik, orang terdekat mana lagi akan melindungi diri kita jika hidup hanya berdua, aku dan suami. Memilih untuk pindah jadi pilihan yang tepat. Bukan perkara tetangga yang beradu emosi saja, tetapi tetangga yang lain ada yang membawa wanita ditengah malam kedalam kamar. Lalu, pagi hari jejak wanita itu lenyap. Mulanya alasan pindah tak kunjung dijumpai. Tespek minggu shubuh menunjukan garis merah dua. Segala puji bagi Allah, tiga purnama usia pernikahan rahim ini sudah dihuni makhluk yang manis itu. Dan menjaga janin untuk tidak capek naik turun tangga ini menjadi alasan.

Tuesday 26 July 2016

Kirab Pengantin Dukuh Kweni

Kirab Pengantin Dukuh Kweni

Yuuhuuu kali ini aku benar menceritakan tentang prosesi mantenan ala desa Dukuh Kweni Kelurahan Adisana Kecamatan Bumiayu. Bukan pernikahan ala kerajaan atau royal wedding kayak di Backinghum Inggris. Pernikahan yang sangat sederhana tanpa menyebar undangan atau ulem-ulem dalam istilah jawa. Yang membuat spesial kali ini adalah pernikahan orang sekampung.

Sedikit tidak menyangka kalau jodohku berada di pantat rumah. Selisih se RT, aku di RT 6 dan lelakiku di RT 07, mungkin jika dataran rata jaraknya tidak lebih dari sepuluh meter saja. Mmmh bisa dikatakan tetanggaku idolaku atau suami lima langkah hehe gak papalah. Banyak yang berspeklulasi kami berdua saling menanti. Mhhh sama-sama memendam dan menahan cinta, lalu keduanya tersangkut ke orang lain. Yang benar, kami diperjalankan Allah di saat yang tepat.Tepat 25 April 2016, usai 26 Maret lalu dipinang. Sehingga aku memutuskan mahar yang sama dengan hari perjanjian suci sehidup semati, Rp 250.416 dibayar tunai. Syah! Halal :)

Proses yang begitu cepat menjadi bagian kejutan dalam sejarah hidupku. Awal konsep nikah sangat sederhana, tanpa perayaan besar dan bawaan yang seadanya, begitu pula dengan nominal mahar. Terlahir dari keluarga biasa menginginkan pernikahan yang benar-benar mengikuti sunnah Rasul. Berupaya keras menyampingkan adat dan hura-hura berharap berkah dan sedikit mengurangi kendala. Kembali, kami harus tunduk dan patuh dengan anjuran orang tua. Kami sadar dengan kepatuhan itu sama dengan menjaga perasaan beliau. Menjadi omongan orang kampung masih menjadi alasan momok jika tidak menuruti adat. Bisa dilihat dari bawaan, prosesi dan apa saja yang bisa diungkit menjadi sebuah keburukan, yang sudah dibumbui suudzan (:naudzubillah mindzalik).
Terlahir dari dua keluarga besar, sekarang rumah tangga kami seperti keluarga raksasa. Aku terlahir dari 9 saudara, terdiri dari 1 laki-laki dan 8 perempuan. Sedangkan suamiku terlahir dari 8 bersauda terdiri dari 7 laki-laki dan 1 perempuan. Emak sendiri terlahir dari 10 bersaudara, mamah mertua jugak terlahir dari rahim ibu beranak banyak, tepatnya ber-8 saudara dan mamah sebagai anak tertua. Bisa dibayangkan, tanpa mengundang banyak orang saja, isi rumah sudah dipenuhi banyak orang.

Judulnya mengikuti adat kampung desa Dukuh Kweni, kelurahan Adisana kecamatan Bumiayu, dari persiapan untuk seserahan hingga usai ijab ditunaikan. Mau tidak mau harus mengikuti tutur pitutur petuah orang tua. Dari pihak mempelai wanita diminta untuk mempersiapkan kemeja putih, celana hitam, songkok, sarung, benting (bengkung = kain panjang untuk mengencangkan perut usai melahirkan) yang diganti korset ☺, baju untuk mertua. Sedang untuk acara kirab (kunjungan mempelai wanita ke rumah mempelai pria dalam kondisi masih riasan pengantin) mempelai wanita membawa kasur, rantang yang berisi nasi dan lauk pauk lengkap. Sementara dari pihak lelaki mempersiapkan seserahan, pemberian untuk mempelai wanita. Pada umumnya semampunya, tetapi yang berwujud perlengkapan semua busana termasuk dalaman, mukena, perhiasan, kue-kue, beras, sepasang ayam. Semua itu dibawa rombongan keluarga yang dikemas rapi dan cantik. Mengingat kami memutuskan untuk hidup di Jakarta seserahan yang berupa gerabahan ditiadakan, termasuk kambing. Nantinya, usai hajatan usai kambing itu dipotong dan dikirim penganten ke saudara-saudara dari kedua pihak. Kosmetik pula ditiadakan, meskipun sudah ditawari aku menolak. Toh aku tak menyukai berdandan, harga sepaket make up saja sudah mahal. Honestly, takut memberatkan ☺ Semua bisa berubah berdasar kesepakatan kedua belah mempelai.

Memutuskan menikah di KUA menjadi alternatif yang menyenangkan. Selain tanpa dipungut imbalan, berbondong-bondong diiring warga tentu sesuatu hal yang menggembirakan. Tak perlu waktu lama menanti, tak sampai 30 menit prosesi ijab qobul berjalan tanpa halangan yang berarti . Kebetulan, ketua KUA sudah berteman dekat dengan adik ipar. Keluarga besar dan rombonhan tetangga ikut menyaksikan ikut heboh.


Kami digiring ke Kawedanan, sebuah gedung terbuka yang tak jauh dari KUA. Gedung terbuka yang biasa digunakan untuk kepentingan pemerintah kecamatan Bumiayu. Dengan banyaknya saudara yang ada, kami diminta berpose sesuai keinginan mereka. Berlatar belakang ukiran jepara berhasil mengumpulkan memuat keluarga besar dalam satu bingkai, dengan berbagai gaya dan tak terhitung berapa kali jepretan mata kamera.

Acara kirab sendiri diawali dengan tamu dari keluarga mempelai pria yang menjemput pengantin untuk ke rumah pengantin lelaki. Seperti acara sebelum seserahan, keluarga lelaki yang menjemput. Kami diiring dengan keluargaku sambil sepayung berdua dengan lelaki meski tak hujan dan tak begitu menyengat. Awalnya tanpa payung, berhubung omongan ibu-ibu yang bertubi-tubi tak terelakan lagi. Sepupuku mengambil payung cantik dari rumahnya yang tak jauh dari rumahku.
Proses seserahan dalam perjalanan dari calon mempelai pria ke wanita



Sesampainya dimulut rumah mertua, kami tak langsung memasukinya. Keluarga di dalam sedang mempersiapkan saweran (uang receh yang dicampur beras kuning dan permen kemudian disebar di halaman rumah dan jadi rebutan pengiring pengantin dan tamu kondangan). Ini yang disebut kirab atau ngirab. Tak lama ngobrol dan berfoto ria, aku dibawa ke kamar oleh mertuaku. Sedikit dandanan hijab ala rias pengantin dibongkar agar terlihat rambut. Perias mengambil bagian atas telinga, biasanya bagian pelipis, berhubung detail hijab bagian tsb sedikit rumit. Sisir dan minyak sayur dipiring kecil mertua bawa ke dalam kamar. Dengan membaca basmalah, sedikit rambut yang terlihat diberi minyak kemudian disisir manja. Ada ciuman gemas dan pelukan hangat berulang dari mamah mertua, sambil memberi amplop putih, "buat beli kosmetik" kata mamah.
Proses saweran sebelum memasuki rumah mertua




Aku bersama adik, kakak dan keponakan

Halal


Sampai sekarang, 3 purnama aku menjalankan rumah tangga tak satu pun jawaban yang jelas tentang makna dari kirab. Kata bu Lik Soliha (adik emak) "Ini simbol pertanda mamah mertua sudah tua, harus lebih dewasa lagi", berbeda dengan Lik Hikmah (adik mamah) " Biar malas hilang" sambil senyum sumringah. Sementara emak dan bapa sama-sama menjawab "itu mah adat wong kuno" sambil tertawa lebar. Emak menambahi, jika zaman dulu lebih lengkap. Ada tradisi sebelum malam pertama mertua membalikkan kasur pengantin dan mempelai wanita menadahi kotoran yang ada dengan bajunya. 😀

Lumayan seru mengikuti ritual menjadi pengantin adat sekampung. Tak ada pecah telur, tarik-tarikan ayam atau lempar-lemparan daun sirih. Tak ada aturan yang membelenggu semua berjalan mengalir tanpa halangan yang berarti. Ohya, ada satu yang ingin aku ceritakan tentang sarung BHS. Sebenarnya sarung katun tenun, karena harganya bisa dapat 5 biji dari sarung biasa jadi cara merawatnya berbeda. Dari Bu Lik, Mbah, Emak komplain saat sarung itu dicuci dan dijemur seperti sarung biasa. Harusnya sarung tsb cukup dikucek tanpa sabun dan dijemur membentang bagian bawah diberi pemberat. Wajar, dengan harga yang cukup menguras buat orang kampung wajar dengan perawatan yang sangat diperhatikan. Sarung ini dibuat dengan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dari benang sutera yang ditenun bisa sampai sepekan baru jadi.
Bersama keluarga besar dari suami

Thursday 7 April 2016

Menguras dan Mengurus Andon di KUA


Mengurus Andon di KUA

Merencanakan menikah tentu dilanjutkan dengan proses mengurus persyaratan di kantor pemerintah. Menjadi warga yang baik sudah seharusnya mengikuti prosuder yang ada. Aku sendiri terlahir dan besar di daerah ngapak, Bumiayu. Seiring kebutuhan mencari pekerjaan saat itu disesuaikan dengan tempat tinggal. Yah, sekarang KTP, KK, Paspor menjadi warga Kota Serang, tepatnya Perumahan Puri Citra, kampung Pipitan.

Sekedar berbagi pengalaman saja, Senin 04/04 aku mengurus surat numpang nikah. Sebagai salah satu syarat yang diajukan ke Kantor Urusan Agama (KUA) agar bisa menikah di tempat yang diinginkan kedua mempelai. Rencana nikah di akhir April akan diselenggarakan.

Mengurus berkas persyaratan nikah itu gampang-gampang susah. Menjadi sedikit rumit tidak lain demi kenyamanan kita sebagai warga negara yang taat hukum dan nantinya akan terlindungi atas ikatan hukum itu. Hikmah salah satunya tidak menggampangkan urusan nikah, tidak cukup menikah syah secara agama saja. Melainkan syah secara hukum adat, negara dan agama itu sendiri. Begitu pula soal :maaf cerai. Yah, menikah berbicara surat dan kawin bicara menyalurkan urat hehe

Berikut berkas yang harus disiapkan untuk mengurus surat numpang nikah.
a. Fotocopy KTP
b. Fotocopy KK
c. surat pengantar RT & RW
d. Ijazah pendidikan terakhir
e. Bawa foto 2×3 2 lembar, 3 x 4 2 lembar (warna merah untuk tahun kelahiran ganjil dan biru untuk genap)
f. Bawa juga Fotocopy KTP orang tua (buat jaga-jaga daripada bolak balik)


Sesampainya di kelurahan yang sepi pengunjung, aku ditemani kakak ipar disambut ibu berseragam dan seorang bapak. Obrolan panjang itu menggelar banyak cerita dan diujung obrolan perempuan itu mengingatkan kami tentang (biaya) administrasi yang berbeda. Sebab, pada umumnya yang mengurus surat numpang nikah ( andon) pihak mempelai laki-laki, jadi harganya berbeda, menurutnya.

Aku dibawa masuk sambil mencocokkan data yang ada dengan pertanyaan seputar identitas itu. Petugas kelurahan itu mengetik berkas berikut:
>>Surat N1 ini berisi surat keterangan untuk nikah
>>Surat N2 ini berisi surat keterangan asal-usul
>>Surat N4 ini berisi surat keterangan tentang orang tua

Tidak menguras waktu lama, jarak mengetik berkas dan mencetak menjadi lembaran kertas. Yang menjadi mahal adalah tanda tangan lurah tidak bisa digantikan goresannya. Tidak ada yang berwenang, kecuali ya beliau dengan kesibukannya apel dan rapat.

Dengan kebijakan petugas kelurahan kami disarankan pulang dahulu. Lurah biasanya kembali sebelum dhuhur tiba. Kemudian kami bertukar nomor telpon untuk memudahkan komunikasi. Dan benar, beberapa menit sebelum adzan berkumandang panggilan dari petugas kelurahan.

Saat ditemui di meja tugas, nyatanya bukan fisik Bu Lurah. Melainkan sekdes (carik) yang berteman segelas kopi dan putung-putung rokok didalam asbak diruangan berpendingin. Kembali kami diingatkan tentang biaya administrasi dengan uraian yang panjang lebar. 450 ribu tarif yang dikenakan untuk surat andon. Jujur, itu membuat tertegun kaget bukan kepalang. Secara isi dompet hanya 200 ribu. Kakak iparku mencoba menawar, dengan keberatan yang sangat hanya bisa turun 50 ribu.

Begini penjelasannya carik yang berseragam itu, "petugas kelurahan tidak ada dan bukan PNS. Mereka yang bekerja posisinya hanya diperbantukan dan tidak ada gaji dari pemerintah. Beberapa tahun lalu ada, meski 3 bulan  sekali tapi lancar. Tetapi, dengan kepemimpinan yang sekarang dan UU desa belum membuat petugas kelurahan sejahtera. Posisi disini kelurahan bukan desa, jadi kita tidak termasuk dari dana desa itu. Iya saja, untuk membuat KK, KTP petugas bisa saja dibolehkan menandatangi berkas untuk diajukan untuk proses selanjutnya. Tapi, urusan nikah menjadi catatan penting dan tidak boleh sembarangan untuk bertanda tangan"

Blitz itu menyala saat memotret carik yang masih ngalor ngidul bercerita beserta pecahan uang ratusan ribu itu. Kami memendam geram masing-masing. Ada banyak pertanyaan dan hujatan yang ingin dilontarkan. Namun tertahan dan muka garang dan gelisah tak bisa disembunyikan. Sementara carik menerus menatapku curiga dan menerangkan panjang lebar. Dan Kakak Ipar ku mencoba menengahi dan menyikapinya dengan bijak.

Menurut keterangannya, "200 ribu itu sebagai pengganti upah transport, upah ngetik, tinta pena, kertas dan toner printer. Itu pun ia tak menelan sendiri, nanti akan dibagi ke petugas yang lain. Sedang 200 ribu sisa untuk petugas KUA, soalnya, nanti dari petugas Kasos KUA yang mengawal kami dari sini"  cukup mengembangkan sebaris senyum pertanda kami pun sepakat.

Sesampainya di KUA, berkas sudah lebih dahulu diserahkan ke petugas tata usaha oleh kasos yang mengawal tadi. Sambil menunggu berkas itu diproses, aku menanti proses wawancara perihal nikah dengan gaya santai. Dari tata usaha dilanjutkan berkas dilimpahkan ke penghulu. Beliau seorang yang bergelar haji, sambil menyeruput kopi, sesekali menyantap sepotong kue yang dicelup kekopi itu. Lelagi yang diingatkan soal biaya administrasi. Aku memanggil kasos itu, dan bisik ringan empat mata cukup mewakili.

Menyikapi peristiwa hari itu aku menarik perhatian yang cukup mengelus dada. Di ruang kantor depan sudah tertempel banner himbauan tidak memberi sumbangan berbentuk apapun terhadap petugas, kecuali yang diatur undang-undang. Ini tidak membahas soal ikhlas atau tidak ikhlas memberi. Memandang dari jauh soal perhatian pemerintah terhadap pelayanan masyarakat. Jika mereka benar tidak digaji hingga dengan cara memungut upah dari warga kecil itu hal yang memprihatinkan. Sementara pejabat tinggi dengan gaji dan tunjangan banyak menghidupi hidupnya bermegahan. Dari situlah korupsi itu terbentuk dan membudaya. Harusnya kesejahteraan bukan saja dilibatkan para petinggi tapi didalamnya termasuk pamong, pelayan masyarakat.

Masih ingat penuturan carik dan pengalaman pribadi waktu membuat KK. Membuat KK dan Ktp akan lebih cepat bila diserahkan kepada petugas, dengan syarat ada biaya yang ditentukan. Sementara mereka yang datang sendiri biasanya dibuat acuh tak acuh oleh petugas, baik dari kecamatan atau dinas kependudukan. Maka dari itu, banyak orang kembali ke petugas untuk mengurus urusan berkas kependudukan dan menyerahkan uang terimakasih.

Ini menjadi pekerjaan besar pemerintah yang menjaring para kepala daerah untuk memperhatikan lebih kesejahteraan pamong desa. Minimal meringankan biaya hidup yang serba mahal dan tidak membuat susah masyarakat kecil disekitarnya.




Saturday 2 April 2016

Memutuskan Jodoh


Memutuskan Jodoh

Dititik mendekati ujung sabar ada jalan lain yang timbul ke permukaan. Mengulik dari kisah pribadi,  saya berharap ini tidak termasuk bagian dari riya. Berbagi saja, toh banyak orang yang merasakan apa yang saya rasakan namun belum mampu dituang dalam paragraf demi paragraf. Keresahan itu sudah mengendap lama dibenak hati dan pikiran. Yang masuk dari sorot pandang mata dan runcing telinga suasana sekitar. Ketika teman sebaya dipenuhi timeline mengumbar foto anak, beserta cerita tumbuh kembangnya, ketika obrolan tentang kebutuhan suami, membicarakan mertua, memusyawarahkan mudik, obrolan membandingkan harga minyak merk yang satu dengan yang lain dan lain-lain. Memilih diam dan berpura-pura tidak mendengar  sementara waktu sepertinya langkah yang baik, meski disitu ada pelajaran yang dibalut iri hehe (gue kapaan? Gue kapaan) sambil menggerutu

Awal tahun ini dimulai peperangan batin dan psikis yang cukup membuat terguncang. Ada balutan egois jugak, ketika adikku memilih untuk wisuda ditemani pacarnya. Seketika itu, sebagai kakak memutuskan untuk tidak menemani acara wisuda jika harus berbarengan dengan pacarnya itu. Walhasil adikku menyingkirkan lelaki itu dan saya bersama keluarga mendampinginya diacara menyematkan gelar sarjana. Tapi dilain waktu, masih dalam satu hari lelaki itu datang saat malam dan kembali datang disiang harinya. Saya envy, iyya. Lelaki itu datang bertubi-tubi didepan mata dan keluargaku saat kondisi rumah dalam renovasi yang masih banyak material dan debu. Menjadi kakak yang akan dilangkah adiknya untuk yang kedua kali rasanya berat. Ukuran ikhlas diri tidak semudah lidah tanpa tulang berucap. Bukan tanpa usaha untuk tegar dan mencoba tenang. Tapi gemuruh hati dan perasaan tidak bisa dibohongi. Bukan pula soal mitos tentang adat langkahan atau mengenal istilah pamali atau hal tabu. Ada banyak kegelisahan, ketakutan yang tak berdasar. Terkesan lebay? entahlah, posisi saat itu dalam gusar, jika ada bisikan setan itu masuk tentu sangat mudah menghasut.

Kemudian berganti hari, "Mba, mau dilangkah apa?" di sore yang tenang seakan menjadi mencekam. Kalimat itu seperti sambaran petir, padahal waktu lamaran dan nikah belum tayang dan terlaksana. Sebagai adik yang baik, harusnya mencoba bisa menjaga perasaan wanita, terlebih kakak kandungnya. Yang sangat sering berbagi suka duka dan keluar dari rahim yang sama. Ada letupan emosi "mobil" ujarku dengan cepat. "Mba, aku orang gak punya, calon ku juga sama orang gak punya, masak mobil?" Nada bicaranya sedikit tersendat ditenggorokan. Sambil berlalu,  saya masih saja nyinyir dengan ketidak berpihakan keadaan menurutku. Keadaan yang sama, tepat tiga tahun yang lalu. Adikku meninggalkan langkah dengan menelan ucapan tak terucap dan menahan tangis.

Ketika dihadapan masyarakat sebenarnya sudah biasa. Hanya saja bentuk khawatir dari orang tua yang menginginkan yang terbaik buat anaknya. Terkadang untuk mengungkapkan kasih sayang itu dengan cara mereka sendiri. Apa daya, harapan bisa dilayangkan oleh setiap makhluk yang bernapas, namun kembali pada ke Tangan Penentu.


Becermin dari rentetan peristiwa itu, rasanya tidak ingin mengalah dengan keadaan. Tabungan yang tak seberapa sudah lenyap untuk urusan rumah. Awal niat menabung untuk persiapan menikah. Kerudung dengan ukuran kecil dan berbahan paris saya sumbangkan kepada lembaga yang membutuhkan. Kebetulan dalam grup whatssapp ada yang membagikan info berbagi hijab. Begitu pula kemeja-kemeja yang masih laya k pakai itu disumbangkan juga. Argh, lega rasanya barang-barang yang dilemari tidak lagi penuh. Niatan hijrah melangkah kearah yang lebih baik sudah terlewati satu tahap. Kerudung perlahan berganti menjadi ukuran lebih lebat dan tentu menguras badget.

Tak cukup itu, disepertiga malam akhir terbangun dan mengadu. Tersedu sedan dengan bait-bait munajat mengharap disegerakan jodoh. Terurai rinci kriteria lelaki calon imam yang didamba usai salam. Lelaki sholeh menjadi prioritas. Saat hujan melebat, saay berbuka puasa, usai 5 waktu dan waktu mustajab lainnya selalu meminta, menyebut kriteria jodoh. Pernah menyebut seseorang jika ingat. Wujud ikhtiar dengan mengikuti grup pencarian jodoh di sosmed, mengadu dengan salah seorang ustad dan ditaarufkan dengan lelaki yang menurut rekomendasi beliau sholeh, namun tak berlanjut hingga tahap selanjutnya.

Jodoh takkan kemana, itu lah yang tepat menggambarkan saat ini. Lelaki yang tbuh kembang bersama diusia dini,  kembali mendekat. Untuk kedua kalinya mengajak menikah pada tahun 2014 silam. Proposal itu kutolak dengan alasan cicilan keberangkatan umroh masih panjang dan ihwal lain yang tak ku sebutkan. Awal Maret 2016, berulang kali mencoba yakin, dengan banyak pertimbangan. Beberapa kali pertanyaan kesiapan sejauh mana selalu saja terucap siap. "Aku tak punya tabungan" selorohku, "Aku juga tidak mempertanyakan tabunganku, kamu menjadi bagian dari hidupku saja lebih dari rasa syukur" jawabnya. Berkali-kali meminta mengerti akan keadaanku yang masih merasa menanggung biaya kuliah adik bungsuku dan beberapa urisan rumah yang lain. Hu um, aku memutuskan pencarian jodoh dan memutuskan pilihan.

Lelagi dia meyakinkanku dan mengajaknya pulang. Kembali ke tanah kelahiran menikmati suasana dipinang. Sampai tiba di 26 Maret, dia dan keluarga besarnya datang ke rumah. Meniupkan ruh bangkit dari gusar dan mengembangkan harapan untuk mengurai masa depan. Ternyata, lelaki itu sudah memendam suka denganku sejak di bangku SD. Lelaki yang menyebut-nyebutku dalam larik-larik doa. Lelaki biasa yang tidak terlalu tampan, penggemar sekaligus pengguna vespa dan gemar manjat gunung. Sholeh? Dari obrolan dan sikap kami mempunyai kesamaan beranjak dan bergegas hijrah untuk menjadi baik. Lelaki yang dulu dicap bandel bersalin menjadi lelaki dewasa yang berkepribadian bijak.

Rencananya akhir April ini mengetuk palu untuk berganti status menjadi pasutri. Dengan keterbatasan yang ada, sedikit diselimuti khawatir. Memanjat doa agar diberi kemudahan tiada henti diucap. Sebab, nyatanya lelakiku tidak banyak materi untuk menggelar resepsi. Pantas saja, diawal kesiapan itu tak mau lugas mengutarakan nominal uang yang ada. Sederhana saja dan dicukup-cukupi. Mungkin, jika lugas nominal itu disebutkan, aku sudah menarik diri dari kemarin. Dan tidak terjadi cincin itu melingkar dijari manisku. Ah, dasar memilih ka berhasil meluluhkah. Yang ada sekarang semoga rizki dari penjuru arah mata angin menghampiri. Mengiringi hari-hari hingga menjelang hari sakral dan terus mengiringi dikehidupan rumah tangga kami. Keputusan keluarga, kami mendahului pernikahan adikku. Meskipun adikku dilamar dahulu awal Februari lalu. Yakin, janji Allah tak ingkar. Jodoh datang disaat yang tepat menurut prasangka hambanya





Wednesday 30 March 2016

Lamaran Meluluhkan Rasa


Lamaran Meluruhkan Rasa

15 menit sudah berlalu dari pukul 16.00 wib. Waktu yang dijanjikan tiba didepan istana tua orangtuaku. Sempat pikiran buruk menghantui isi kepala. Ternyata pesan seluler yang terlambat hadir sudah membuat pikiran buruk. Ups, ternyata bukan karena pesan mantan yang mencoba ingin kembali atau berubah pikiran ihwal lain yang tak kuketahui.

Dalam balutan doa usai salam,  aku bermunajat agar acara sore yang syahdu itu berlangsung kondusif. Menyambut tamu baiknya mempersiapkan untuk menjamu, menybutnya. Hawa dingin di kampung halaman membuat ku enggan mandi (aih). Dua kali air sudah mendidih, sekali untuk membuat teh, satu lagi untuk mengisi tremos. Persiapan menyedu kopi. Gelas-gelas bening sudah melingkar rapi diatas baki.

Ah, tamu-tamu itu tak kunjung tiba. Kebaya sederhana dengan kerudung simple membalut tubuh mungil ini. Sengaja sedikit disapu bedak agar tak terlihat pucat dan pilos. Mana ada lipstik atau melukis alis yang bakal menguras durasi. Masih saja menanti dengan menonton tivi dengan acara kompetisi itu. Tanpa lepas dari memantau seluler, berharap ada pesan dan kabar baik. Bunyi pesan, dan bertuliskan "Ada 7 orang lebih, sekarang otw"

Tarraaaa,  "Assalamualaykuuum" rombongan itu datang bersama bocah-bocah yang lincah. Seketika ada yang hilang dari otak ini. Kosong dan tidak tahu harus melakukan apa dahulu. Mereka dayang membawa buah tangan dan menaruhnya dimeja belakang. Beruntung adekku lebih berpengalaman. Dengan sigap dan cakap mengurus urusan dapur dan mendorongku untuk duduk manis diantara tamu yang hadir.

Kursi plastik tanpa sandaran kududuki. Semua kotak-kotak sofa dipenuhi raga dewasa sebagai saksi khitbah. Percis disamping bapa yang menjadi tuan rumah. Beberapa kali aku sempat mencuri pandang wajahnya. Sekali kami saling bertatapan, senyumnya mengembang begitu pula aku. Seperti hujan bunga disekitarku. Berkemeja kotak-kotak padu padan putih dan abu-abu tampak ia tampan saat itu. Niat baik itu mungkin yang menyembur diwajah yang berjenggot manja. Entah hehe seakan wajahnya mengajak buru-buru 'nafkahin aku maas', atau sekedar merayu tukeran tulang. Aku menjadi tulang rusuk dan dia menjadi tulang punggungku. Tidak ada syarat yang lebih utama menurut bapa sebagai syarat imam buat buah hatinya adalah seorang muslim, Islam tak hanya tercatat dalam KTP tapi mampu menghadirkan makna sholat dalam hidupnya.
Here we go 


Aku dan dia berteman sejak usia dini, usia pun tergolong seumuran. Tapi bukan masalah jika pun menghabiskan sisa umur hidup bersama. Sebab ayah dari calon lelakiku sudah tidur dengan tenang dialam berbeda, ada seseorang yang dituakan untuk mewakili dan menyambung lidah atas tujuan kedatangan keluarga besarnya. Seperti bentuk penegasan bahwa kami memang berangkat atas dasar ketidak paksaan dan saling suka sama suka, wali dari calon lelaki memastikan itu kepada kami. Sontak gemuruh tawa memenuhi ruangan tamu berdinding putih itu. Jawaban iya sembari senyum oleh, begitu pula aku menjawab 'enggak (enggak salah lagi) hikhiks.  Langkah selanjutnya setelah kami dipastikan melangkah berkomitmen dengan sepenuhnya sadar. Kami sekeluarga diingatkan, terfokus untuk aku. 'Calon lelakiku bukan orang kaya, orang miskin yang tidak punya harta, dengan paras yang biasa pula'  ujar bapa yang dituakan. 'Yang kaya adalah Allah, sang Pemilik alam semesta, semua manusia miskin' bapa menimpali. Aku kembali diminta dan meyakinkan diri untuk meluruskan hati untuk benar-benar menerima kekurangan yang ada. Aku merunduk sambil mengangguk, ada rasa terharu disana. Ada tatapan elang dari calon lelakiku yang sedikit melonggarkan nafas, ada kalimat hamdalah diucap serempak.

Beberapa menit sebelum kumandang magrib, tanpa kuketahui ada sesi menyematkan cincin. Calon mertuaku melingkarkan dijari tengah, mmmh sedikit kedodoran sih hehe. Kupeluk calon mertua yang dulu sekedar menyapa, nanti beliau jadi ibu aku. Ibu dari suamiku,kedudukannya sama dengan orangtuaku sendiri. Surga suami atas segala restu dari kebaikan ibu. Cincin sebagai pengikat dan tanda jadi. Ini berarti aku tidak bisa menerima pinangan orang lain karena sudah dipinang.


Dari banyak orang yang hadir, masih saja calon lelakiku mencuri perhatian. Sebelum kakinya benar-benar meninggalkan istana tuaku, tak lepas mata ini menyorot ke arahnya. Begitupun dia, sambil berlalu ia meninggalkan gelaran senyum seraya tatapan itu belum saja lepas. Heyy, kita belum halal dan akan disegerakan halal.





Ehm, ada kaan cincin itu meingkaar hehe 

Sunday 20 March 2016

Menyoal Fesyen Kondanan


Menyoal Kondangan dan Fesyen Wanita

Hey wanita, jujur saja kalau sudah terima selebar undangan biasanya mendadak galau. Ihwal pertama yang ada itu soal baju yang akan dikenakan. "Pakai baju apa yah? " padahal biasanya wanita hobi mengoleksi baju. Bahkan terkadang rela bela-belain utang buat beli baju baru. Dandan sekonyong-konyong koder biar terlihat cantik. Kalau yang ngundang temen terdekat, hugh! Alamat jadi super duper heboh. Kalo yang pakai penutup kepala terus dibuat modifikasi kerudungnya, kayak hijabers diinstagram. Hayooo ngakuuuu hehe

Padahal yang paling memuat repot sendiri itu ya pola pikiran sendiri. Persiapan waktu yang panjang hanya dibayar waktu kurang dari sekitar dua jam dieksekusi. Belum tentu orang sekitar memperhatikan apa yang dikenakan. Pengangkat hajat pun akan sekedarnya menyapa ramah, selebihnya ada banyak hal yang diperhatikan yang lebih mengalihkan perhatian.

Beda dengan lelaki, cukup berbusana kemeja (blouse atau batik) padu padan celana jean atau celana kain saja sudah rampung. Tapi lain cerita jika lelaki akan kondangan dengan pasangan. Biasanya kudu mempersiapkan ekstra sabar. Wanita pesolek tentu akan lebih detil dengan riasan yang menyapu wajahya. Wanita yang bukan pesolek juga biasanya akan berdandan agar terlihat beda dari biasanya. Blush on, eye shadow, eye liner, lipstick, maskara, lensa, bulu mata dan pelengkap yang lain. Belum termasuk sepaket baju, tas dan sepatu yang matching.

Nah lho, kebayang kan ribet bin rempongnya wanita. Satu lagi penataan gaya rambut atau jilbab yang sesuai. Jangan sampai dibilang jelek lho apalagi dibuat nangis. Air mata yang membulir itu merusak polesan bedak, eye liner dan maskara yang non waterproof ikut meleleh juga. Walhasil riasan rusak, mata dilingkari bayangan hitam dari lunturan polesan tadi. Wah, sedikit seram kayak di film horor hehe

Tulisan ini terinspirasi dari penggalan cerita temen-temenku. Walaupun tidak semua demikian. Menjadi diri sendiri tentu akan lebih nyaman. Hakikat mengenakan busana itu menutup aurat. Semakin sederhana (tidak tabarruj) dengan menutup aurat semakin syar'i. Wallohu a'lam bishshowab :)


Thursday 17 March 2016

Menjelang Kepala Tiga


Menjelang Kepala Tiga

Dikatakan cemas sebenarnya tidak,  hanya saja sedikit khawatir. Selama kurun waktu melebihi seperempat abad menikmati dan dinikmati persoalan hidup. Lepas dari seragam abu-abu putih sudah terlatih bergelut dengan dunia yang sesungguhnya. Belajar tidak bergantung dengan uluran tangan orangtua. Tertatih menghidupi diri, dari mengatur keuangan yang cekak, minus sampai kedodoran. Hingga jurus hemat, irit sudah sangat bersahabat.

Bahagia? Tentu bahagia. Masa masa seperti itu memupuk diri untuk terus berbenah. Menyesuaikan lingkungan yang baru dan gaya hidupnya. Semakin lemah prinsip semakin mudah ikut tergerus, sedang semakin kuat prinsip, semakin kuat berdiri dan menyusup rasa percaya diri. Beruntung,  aku berada di lingkungan yang masih bisa susupi dengan mudah. Lingkungan yang sederhana dan penuh canda tawa. Tidak terlarut dengan kebahagiaan itu. Soal gaji, tidak menjadi momok saat meraih pekerjaan. Meskipun dengan jalan ngutang ditempuh saat akhir bulan. Biasanya tidak sendiri, ada teman yang mensupport hehe (dasar mental karyawan)

Ada hal lain, di lingkungan yang bukan kampung biasanya tidak dekat dengan tetangga. Yah, aku sudah satu dasawarsa merintis karir. Dan ada banyak wanita karir yang tenggelam dalam kesibukkannya. Lupa menikah? Oh tidak. Jika sedikit trauma bisa jadi. Tinggal berjauhan dengan orangtua biasa teror nikah via ujung seluler. Penyebab teror makin memanas biasanya setelah tetangga kampung hajatan dan usianya lebih muda dariku. Hugh! kalau ortu sudah berbicara pakek nada baper rasanya pengen cepet-cepet matikan obrolan. Yang sering diocehin bab percakapan berikut "orang tua sudah sepuh, umur manusia tidak ada yang tahu. Biar plong ada yang bertanggung jawab dunia akherat atas dirimu" honestly bikin mrebes mili.

Setahun menjelang kepala tiga sudah tak terhitung cibiran kapan nikah. Benar memang tersalip teman-teman yang diberi kesempatan duluan. Sesungguhnya bukan soal balapan yang duluan yang menang, bukan. Ada banyak peran Tuhan dalam ihwal jodoh. Beberapa orang ada yang mengatakan kita yang memilih Tuhan yang merestui. Restu pertama didapati dari orangtua, keluarga besar kemudian kun fayakun Tuhan yang berkehendak. Bisa saja restu ortu didapati, tapi Tuhan berkata tidak. Jika semuanya merestui bersama semesta mendukung maka pernikahan itu terjadi.

Ohya, bicara tentang cibiran orang -orang yang mengatakan "Dasar pemilih, makanya susah" Nah, kalimat itu yang membuat raut wajahku sangat garang. Baik, semua orang mempunyai mimpi, mempunyai kriteria calon pendamping hidup. Mengadu kepada Pengatur alam dan seluruh isinya dengan detail calon usai 5 waktu ditunaikan, saat berbuka puasa, saat hujan melebat dan saat sepertiga malam. Hampir semua wanita dan laki-laki dewasa dan single mendamba pasangan yang baik akhlaknya, lebih fokusnya sholeh/sholehah. Bukan begitu? Sudah seharusnya sadar, Allah adalah sebaik-baik Perencana. Dalam catatan mendapatkan pendamping disegerakan bukan karena sudah ada jabang bayi atau sudah kena ciduk gerebeg warga hehe

Menyikapi masalah di atas pasti menyangkut emosi. Menggali perasaan bikin mewek, biadanya sebelum bobo, menyendiri, marah, susah makan, susah tidur, bikin mood boaster untuk menulis status bergalau-galau ria. Tidak cukup dengan menggelar bait-bait doa, melainkan bersama hati yang membuka diri untuk membangun cinta.  Yakin, janji Allah tidak pernah ingkar. Diciptakan makhluk yang berpasang-pasangan. Akan ada seseorang yang menyebut namaku acap kali doa dilangitkan. Yang mencintai dalam diam, namun tangga doanya kembali ke bumi memberkati. Yang berusaha memantaskan diri sampai benar ia menjadi cerminanku *^▁^* Menjadi teman hidup yang bersama-sama menuntun ketaatan untuk dekat dengan Sang Pencipta, hingga nanti bisa bergandengan di surga Nya.








Wednesday 2 March 2016

Merangkak Berbusana Syar'i


Merangkak Berbusana Syar'i

Membenarkan soal penampilan menurut gaya hidup menjadi hak setiap orang. Setiap orang mempunyai ciri khas dalam mengenakan busana. Busana sendiri mencerminkan kepribadian pemakainya, meskipun terkadang penampilan hanya kamuflase dari kepentingan lain dari diri pemakai. Sebagai orang timur sejak kecil sudah dianjurkan untuk berbusana yang sopan, tidak senonoh. Sopan menurut agama dengan sopan ukuran adat dan negara akan berbeda. Sopan menurut agama Islam sudah tercantum dalam Qs. AL Ahzab:21.

Berbicara hijab Islam sangat tegas untuk mewajibkan bagi muslimah saat sudah baligh. Namun pada kenyataannya berbagai alasan membebani kaum hawa ini. Kaum yang diberi anugrah kecantikan sering lalai dengan kemolekan tubuh dan paras ayunya. Ada juga masalah siap dan tidaknya yang masih saja tak kunjung akur dengan hati. Konon katanya, sebelum raga yang tertutup akan menghijabi hati dulu, aih!

"Dih, kamu koq jalan-jalan pakai gamis? Emang gak ribet?" Kalimat itu pernah terlontar dari bibir sendiri , begitu pula beberapa teman disekitar. Di awal merangkak syar' i ada proses yang dinamakan dengan berdamai dengan hati. Dari proses pencarian busana yang sesuai selera, dari bentuk model, warna dan ukuran sangat berpengaruh. Tidak semua wanita yang mendapat hidayah menerima aturan Islam secara kaffah. Berhijab dengan abaya seperti wanita Arab adalah pilihan. Wanita muslimah di Indonesia sudah menjadi kiblat dunia soal fashion berbusana muslim. Mengingat design sudah tidak ketinggalan jaman dan tembus pasar internasional. Kembali ke pribadi masing -masing mengikuti aturan yang ada di alkitab atau terseret hijab yang mengikuti era. Dan sungguh diulang -ulang dalam ayat Al quran keistimewaan manusia dengan berakal, yang mampu membedakan baik dan buruk.

Dengan catatan masih dalam rel yang ada, seperti tidak ketat, longgar,  tidak transparan, tidak menyerupai laki-laki, menjulurkan jilbab hingga menutupi dada. Nah, yang belum saya sempurnakan yaitu memakai gamis yang tidak mencolok. Padahal warna baju terbaik untuk wanita adalah hitam sesuai Aisyah, istri nabi. Gamis yang ada dipasaran, lebih banyak  dikemas untuk kepentingan masyarakat umum, jadi yang tidak memakai jilbab pun bisa memakainya. Ada beberapa produk yang benar mendesign gamis untuk wanita berhijab, jadi potongan dan model sesuai syariah. Wajar, jika harga gamis tersebut sedikit mahal rata-rata diatas 150K, jika sepaket dengan hijab atau niqob bisa 200K.

Bisa dilihat,  kerudung yang ukuran lebar 100 - 105 meter bahan paris biasanya tak lebih dari 50K, jika ada merk ternama akan lebih mahal. Tapi jika kerudung syar'i dengan ukuran 115 - 130 meter bahan tebal dipasaran dijual dari harga 45-75K. Dari sini bisa diculik sedikit kesimpulan menuju ke surga yang mewah itu tidak murah. Dan semoga jalan menuju hijrah dari niat hingga aksi nyata ada banyak pahala didapati.

Pengalaman umroh tahun lalu, melihat wanita diseluruh dunia waktu itu. Kerudung dengan model yang beraneka ragam model,  bentuk dan jenis bahan hanya dimiliki oleh wanita Indonesia. Melihat abaya hitam juga beragam model dengan potongan lurus berhias benang emas atau bordir tetapi jenis bahan yang membedakan. Semakin bagus bahan dan potongan detail yang rumit akan semakin mahal.

Menjadi muslimah yang sesungguhnya bukan sekedar fisik yang tertutup auratnya, melainkan harus satu paket dengan akhlak yang meliputi hati, pikiran dan lisan. Menjadi pribadi yang aman untuk semesta dengan bekal yang ilmu,  Islam,  Ikhsan dan taqwa yang sebenar-benarnya. Menuju jalan yang lurus memang tidak mudah, lika - liku tentu akan dilewati. Bertahan istiqomah dalam kebaikan

Friday 19 February 2016

Rindu X2-02


Rindu X2-02

Sebelum digempur smartphone, setiaku bersama Nokia hingga saat ini. Ups, setelah akhir 2014 Microsoft dilaporkan telah secara resmi menentukan merek dagang 'Microsoft Lumia' sebagai pengganti brand 'Nokia' untuk lini bisnis perangkat mobile mereka.Tidak dipungkiri lagi soal kualitasnya yang bandel alias tahan banting. Ya, X2-02 yang kini harus berpisah dari ragaku. Dengan mengusung fitur Dual SIM, yang disenjatai oleh pemutar musik yang sangat mumpuni menemani sehari-hari. Kelebihan yang telah disematkannya membuat hari-hari lebih berwarna.

Kehadiran Nokia X2-02 dengan bentuk sangat nyaman dibawa, digunakan sampai tak harus melihatnya aku bisa mengetik dengan mudah. Rasanya tidak terlalu kecil untuk harga yang relatif murah dan mudah untuk  pengguna messaging dan jejaring sosial. Sempat envy lihat temen yang sudah beralih dengan bunyi "klunting, klunting" dari suara smartphone nya. Sampai saatnya aku pasti kekinian seperti mereka walau agak sedikit telat. Soal sosmed, X2-2 mumpuni membuka jejaring sosial yang aku punya dari facebook, twitter, email. Bahkan berita terkini aku bisa akses dengan mudah, secara selain browser bawaan bisa diinstal opera mini. Gak kekinian masalah whatsapp,  bbm,  we chat,  line dll tapi  bicara tentang informasi yang terkini aku tidak tertinggal sama sekali. Saat itu aku membeli di pertengahan tahun 2012 dan masih bagus hingga sekarang.

Gimana aku gak terngiang-ngiang sama X2-2, dia yang menemaniku umroh bulan Maret tahun kemarin . Meskipun ponsel 2G berbasis perangkat lunak Series 40 dilengkapi kamera 2 MP lumayan banget buat nangkap momen saat perjalanan. Aku yang gemar travelling banyak terbantu  menyimpan note-note dengan mudah biar ga lupa. Hiks, maklum masih jadi travel writer wannabe yang merangkak lewat ngeblog.

Paling enak kalo lagi bengong muter MP3 buat dengerin musik atau loudspeaker radio. Yuuhuu pemutar audio Nokia X2-02 dilengkapi dengan pengolahan audio yang sangat jernih, ngejreng tanpa cempreng. Serta fitur play via radio yang memungkinkan untuk merekam lagu langsung dari radio. Kebiasaan aku tuh hobi dengerin radio sambil gawe, standby dari jam 8.30 sampai siang, jadi dengan setelan yang mudah tinggal pencet tombol samping langsung enjoy while working hehe.

Tidak bermaksud untuk berpaling, tahu sendiri urusan baterai Nokia jagonya. Nah, ceritanya, aku tukeran Hp sama emak. Sebelumnya Nokia 100 pernah dibelikan,  tapi hilang dalam sebuah perjalanan. Sekarang emak memakai X2-02, diusia senjanya salut masih mau belajar  dan hanya Nokia yang beliau bisa, terutama untuk mengetik SMS. Awalnya punya Hp digunakan untuk menerima dan menelpon, seiring berjalan waktu menguasainya. Mempercayakan pada Standard battery, Li-Ion 850 mAh (BL-5CB). Baterai ini dapat bertahan hingga 5-7 hari. Kuat banget bukan? Itulah kenapa aku lebih suka membawa Hp mungil itu lebih ringkas untuk menelpon dan SMS. Dan satu lagi, aku masih bisa meruncingkan telinga saat program Astri Steny ngoceh di radio kesayangan,  Delta Fm.


Wednesday 17 February 2016

Hampir Kena Tipu ATM


Hampir Kena Tipu

Baru saja menuang segelas air putih dalam gelas bening, hpku terdengar bunyi deringnya yang nyaring. Belum sempat diteguk, ku melangkah menengok. Ya, nomor yang tak dikenal menghubungi. Ada suara lelaki matang dari ujung telepon. Setelah panjang lebar menjelaskan maksud dan tujuan. Tidak sertamerta jejingkrakan saat mendengar aku mendapat undian 12 juta dengan 1 jt senilai pulsa. Ini bagian dari pemenang undian Telkomsel dari 149 juta pengguna dan aku salah satu pengguna yang beruntung, katanya. Kekhawatiran tertipu sudah mengakar dipikiran saat itu. Ditanggapi santai tanpa emosi, hanya sedikit nyinyir saja.

Usai lama berdebat dan berkelit aku dituntun ke ATM. Dan dia mengharuskan keanjungan tunai bank Mandiri. Namun, jarak ATM dari rumah cukup jauh. Kendaraan tidak ada, sedang dipakai. Ada sepeda milik keponakan, tapi ban kempes. Akhirnya, tetangga yang sedang kongkow mengantar hingga ATM terdekat yang ada di Indomart Puri Citra Pipitan.

Dengan beberapa kali ia meyakinkan jika ini bukan penipuan. Memang tidak meminta mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening. Sesampainya di ATM, aku gasak uang yang ada direkening sebelum digasak penipu itu. Kemudian baru mengabari kalau sudah beradaan ditujuan. Usai memasukkan kartu ke lubang dituntun secara detail
Klik bahasa Indonesia - masukkan no pin - transaksi lain - mandiri e chash -isi pulsa - no yang dituntun -ya - masukkan nomor beberapa digit yang sama - ya - tabungan - simpan.  Hugh! Panjang bukan rutenya? Hehe Parahnya lagi sampai 4 kali gagal karena saldo tidak mencukupi. Sekalinya berhasil itu pun dengan nomor yang salah. Kesal dan amarahnya perlahan memuai ke permukaan. Yang awalnya banyak memuji dengan kalimat thoyyibah dan dzikir berubah menjadi geram.

Ditambah sikapku yang ngeyel dan beberapa kali kurang pendengaran.  Hahaha semakin membuat kesabaran lelaki itu memudar. Bentuk kesalnya tergambar saat bertanya "Kenapa atm kamu gesek dulu sebelumnya? " aku jawab "Aih,  kepo. Sukak sukak dong pak, uang juga uang saya". Napas panjang dengan menahan emosi terdengar jelas dari nada bicaranya. Aku juga semakin nyinyir, kosa kata dari mulut ini beruntut panjang. Hingga diakhir ujung telepon "Kenapa kamu tidak bawa Atm mu yang lain?". "Bapa siapa ngatur-ngatur saya" tut tut tuuuuut telepon terputus.

Hahaha sudah kuduga. penipu kawakan tapi dibikin kesel. Aku mah orang ga punya bukan koruptor yang banyak uang. Gajian itu alurnya 'terima kasih' setelah diterima terus dikasih kepada yang berhak. Dipos -poskan ke urusan yang bersifat primer, sisanya cukup buat makan sampai gajian berikutnya. Aih, curcol nasib jadi pegawai hehe.

                 *********

Dengan peristiwa minggu 02/14 sore itu, aku putuskan memblokir rekening. Usai mencari data dari internet, bertanya kanan kiri, baik korban atau pemerhati. Usut punya usut kecanggihan teknologi yang dipakai modus kejahatan. Begini alurnya, saat penelpon itu menggiring dengan sangat kuat berusaha meyakinkan. Hingga iming-iming hadiah dan bujukan yang berbau surga karena bersiraman rohani juga, sampailah di depan mesin Atm. Dari pihak sana sengaja menyetel Sms mobile banking. Setelah tahu nomor rekening  juga. Jadi, usai transaksi tersebut jika ada transaksi  dari nomor rekening itu secara otomatis memberi informasi dari sistem mobile banking tsb.

Caranya dituntun seperti ini, memasukkan atm pada biasanya, klik bahasa - klik pin -klik transaksi lain - klik e cash - memasukan nomor penelpon -memasukkan kode sesuai perintah - isi pulsa - klik saving- ok. Transaksi ini hanya bisa dilakukan  di atm mandiri, kenapa? Karena di atm mandiri yang bisa mengoperasikan dengan menu-menu diatas. Semisal di atm lain belum tentu bisa.

Kalau dibilang saya tidak sadar, sepenuhnya saya sadar. Honestly,  disitu ada rasa penasaran yang kuat. Sedikit konyol sebenarnya, toh saldo yang ada sudah dikuras sendiri sebelumnya. Sungguh saya orang yang sangat beruntung dalam peristiwa ini. Secara saya sendiri tidak banyak dirugikan, data-data jadi terupdate, sedang ada banyak korban hingga jutaan. Terbukti dengan kekesalan Customer service yang bilang dalam sesiang tadi sudah ada 4 kasus yang sama, dengan kerugian materi yang banyak.

Kasus serupa juga menimpa salah seorang karyawan, sampai 3 bulan tidak mendapat gaji gegara tersedot mobile banking itu. Lagi-lagi Allah sayang saya, tidak bertepatan dengan tanggal gaji, hmm tidak begitu merepotkan tapi sedikit mengembangkan sayap sabar. Dengan segala puji bagi Allah, sekarang rekening sudah tergantikan yang baru dalam waktu dua jam.



#blogpraneur #yukjadipengusaha #bosenjadipegawai


Tuesday 16 February 2016

All About Pacar Dunia Akhirat


All About 'Pacar Dunia Akhirat'

Cerita kali ini mendadak dangdut. Sebenarnya sudah lama ingin mengupas tentang lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh diva dangdut Rita Sugiarto. Sejak merebak sarana hiburan di mall-mall terutama studio karaoke. Baik yang kelas kotak sempit bernapas kipas sampai yang berkelas plus plus. Sesekali aku dan temen-temenku melepas penat dengan bernyanyi ria dikotak mini karaoke. Pemilihan lagu dangdut tentu tepat, hentakan gendang yang bisa sambil goyang apalagi kalau bukan musik dangdut. Entah itu lagu dirundung nestapa juga masih bisa joged jempo, terlebih dangdut dengan irama ngebit plus liriknya seneng-seneng. Hugh, asli bikin lupa sedih. Kalau sudah bareng sahabat udah ga ada lagi jaim-jaiman, joged bareng,  gila-gilaan bareng.

Sesuai dengan kondisi saat ini yang lagi ngarep pacar dunia akherat jadi lagu itu jadi lagu andalan, ups itu buat aku doang hehe. Bukan hanya saat karaokean saja, pernah beberapa kali dibawakan saat hajatan saudara atau temen. Soal suara nomor buncit hehe, yang penting modal percaya diri dan bisa have fun. Kalau pun di layar terdapat skor bagus usai nyanyi itu mungkin mesin error. Agak kecewa juga sih kalau 'bad voice' tercantum dilayar musik karaoke.

Lucunya, lagu ini biasa kami nyanyikan bareng temen-temen kerja atau komunitas yang seumuran.  Kalaupun tidak,  paling selisih tidak lebih dari 5 tahun ke bawah. Beberapa bulan lalu, aku mengajak keponakan-keponakan yang terpaut jarak puluhan tahun. Gak nyangka, ternyata mereka bisa hafal dan mengikuti. Wajar sih orang tua mereka hobi menonton acara akademi Indosiar. Acara kompetisi penyanyi dangdut berkelas, hingga sampai Asia.

Sebenarnya lagu bunda Rita Sugiarto (lahir di Mranggen, Demak, 19 September 1965) banyak yang familiar ditelingaku. Mengingat sejak kecil dijejali lagu dangdut. Dulu ditahun awal 90 an, usia seragam merah putih dangdut merajai radio di rumah sebelum punya televisi. Maklum orang ga punya, apalagi di jam-jam padat aktifitas berbenah rumah. Paling enak sambil dengerin lagu-lagu dangdut.  Hmm, dangdut yang konvensional lho,  bukan yang kekinian yang sudah kontemporer. Sebenarnya tidak masalah sih , yang membuat geram itu lirik lagu dangdut yang seronok.

Yang masih mengakar dalam ingatanku tentang dangdut itu lepas sholat isya, kami sekeluarga berkumpul diatas ranjang sambil mendengarkan radio. Mantengin suara penyiar dengan pendengar dari ujung telpon koin yang kirim-kirim salam. Lagu dangdut pula menemani kami sekeluarga waktu bapa mengupas ratusan  biji kelapa usai panen. Aih, jadi cerita djaman baheula ajah.


Gini nih liriknya, lagu andalan akuh. Sambil belajar ral dengan cengkok dangdut.  Ga sering dengan dangdutan begituan hanya sesekali itu pun sangat jarang.


Lirik Lagu Pacar Dunia Akhirat - Rita Sugiarto

Hari ini saya umumkan
Pada Bulan pada Bintang
Dapatkah kumiliki
Seorang kekasih dunia akhirat

Kalau ada cari satu untukku
Kalau bisa kabarkan kepadaku
Untuk pacarkudunia akhirat
Tidak perlu kaya asal dia setia
Cinta dari muda sampai tua sama-sama

Kalu bisa cari satu untukku
Kalu bisa kabarkan segera

Buat apa banyak cinta
Buat apa banyak cinta
Tapi semua pendusta
manisnya hanya dibibir saja

Yang gagah banyak ulahnya
Yang gagah banyak ulahnya
Yang tampan banyak tingkahnya
Apalagi kalau sudah jaya

Ku tak butuh cinta kaya dunia
Yang kucari kasih dunia akhirat

Sunday 14 February 2016

Disebut Jolang


Disebut 'Jolang'

Salah satu pemuda tak dikenal itu berusaha menolong temenku. Kedua tangannya mengangkat,  sambil berkata "Ayo, ayo aku bantu". Ia juga menawarkan punggungnya, agar bisa menggendong. Sementara temanku masih saja tertahan dipinggir batu besar di Batu Lawang, hendak turun. Ketiga temanku tertatih untuk turun dari atas tangga diatas batu yang tersiram hujan. Badanku yang kecil bisa dengan lincah turun meski licin. Aku nyinyir "Hugh! Modus bla bla bla"

Mereka bahu membahu saling menolong. Pemuda itu masih berusaha menunjukan empati. Sifat kehati-hatian saya meminta temen-temenku untuk mandiri, bisa berupaya tanpa sentuhan mereka, toh kami juga naik bisa tanpa bantuan mereka.Pemuda-pemuda berganti nyinyir dengan membicarakan sikapku "Orang mau nolong beneran dibilang modus. Sok islami banget. Kalau sekedar bismilah saya juga bisa". Saya bangkit dari omongan mereka,  satu persatu temanku mulai turun dari bebatuan. Sepotong kayu membantu mengulur tangan, hingga kami tiba dibawah dengan selamat tanpa luka.

Guyuran gerimis kembali memaksa kami beristirahat. Sambil menunggu mereda menyantap mie seduh. Usai dirasa cukup, kami melakukan perjalanan pulang. Di saung beratap terpal biru kembali menjumpai pemuda yang masih dirundung kesal. Mereka menyebut kami dengan "jolang, jolang,  jomblo petualang" sambil tertawa. Kami juga ikut menertawakan keadaan dan menganggap hal ini guyon.

Lagi pula, perempuan yang seperti apa dengan mudahnya disentuh. Boleh saja pemuda itu akan menolong. Selama diri masih mampu menyelesaikan perkara sendiri kenapa harus meminta tolong. Perempuan petualang akan terlihat aneh jika bersikap lembek dan manja. Terlatih menaklukkan keadaan mengajari diri untuk mandiri.

Tak apa kami jolang, ketimbang yang dengan murahnya bersentuhan bukan lelaki halalnya. Kami lebih terhormat, perjalanan dengan ongkos dan kristalisasi keringat sendiri.  Perempuan yang belajar tangguh, yang terkadang lupa kodratnya wanita berada dirumah. Tapi kami tak pernah lupa bagaimana menjaga diri dengan berbagai pengendalian. Menjaga diri untuk menjadi wanita yang seutuhnya hinggah utuh tersentuh usai akadnya.

Cerita ini sengaja ditulis buat mereka yang merayakan yang konon namanya hari  valentine. Peristiwanya diatas terjadi diawal pekan di bulan Februari pas imlek. Secara cinta bukan berhadiah coklat tapi berwujud akad. Dan itu semua dalam paket pernikahan yang syah secara agama, hukum negara, adat istiadat. Bukan mut'ah, bukan siri atau ah dahulu sebelum syah. Semoga terhindar dari hal yang tidak diinginkan, aamiin.

#novalentine #nopacaranuntilakad #jomblosampaihalal




Tuesday 9 February 2016

Tertantang Batu Lawang


Tertantang Batu Lawang

Belum sekilo langkah rintik hujan sudah membasahi bumi Gerem, kecamatan Gerogol
kabupaten Cilegon, lebih dekat dengan Merak. Aku, Ana, Uut dan Iis sudah membulatkan untuk mengisi liburan imlek untuk hiking. Jalan kian menanjak, Ana mulai gontai. Sapa ramah dari warga sekitar sedikit membuat ciut nyali "mesih tangeh Nong, kudu mangane ping 3" ujar ibu yang kongkow di depan teras rumah. Kami mengerti maksudnya masih jauh sekali, baru sedikit rentang jarak menuju tujuan. Hujan yang melebat memaksa kami istirahat di masjid Baitul Mukminin. Sambil menunggu reda, kami menyantap sarapan meski 2 jam lagi dhuhur tiba.


Hampir 6 km perjalanan ditempuh dengan jalan kaki. Sementara hampir semua pengunjung berroda doa. Itu juga yang membuat hati Ana iri, sebab motor kesayangangan tak ditunggangi. Lebih-lebih kebanyakan kawula muda yang berpasangan dan beberapa memakai baju couple. Sedari awal, rute Batu Lawang sudah ada visual dan arah panah. Sayangnya, dari 3 visual tsb jumlah KM tidak disebutkan. Sungguh itu sama seperti pemberi harapan palsu. Dari Indomart 1 Gerem hingga pintu menuju track hiking jalan beraspal. Namun track yang sesungguhnya hanya butuh 20-30 menit untuk menggapainya. Rinai hujan membuat jalan menuju akses becek, licin dan kotor.

Menyuntai senyum, usai hamparan semesta terlihat sangat-sangat indah dengan kasat mata. Cekrek-cekrek mata kamera membidik gaya narsis kami. Batu Lawang konon katanya tempat petilasan pada zaman dahulu. Letaknya diatas bukit perkebunan warga. Batu Lawang sendiri masih dikelola warga, di atas tanah milik pak Yamin. Sedikit ngobrol dengan beliau sambil membayar seduhan mie. Menurutnya, beliau tidak memungut karcis, tetapi tempat penitipan motor dikenakan tarif 5 ribu rupiah. Sambil menemani temannya berjualan, pak Yamin memantau pengunjung dengan membawa megaphone. Kekhawatiran narsis yang membuat celaka, ia peringati berulang-ulang. Termasuk mengingatkan pemuda yang sedang dimabuk cinta, dengan tidak melakukan hal  yang dilarang. Batu Lawang dibatasi sampai pukul 5 sore.



Lelagi kami bermain dengan cuaca yang labil. Sedikit panas kemudian sebentar rinai hujan. Awan yang berarakan itu terkadang menterang didorong cahaya matahari. Kemudian matahari itu menghilang terhalang awan kelabu. seketika kabut putih menyelimuti alam ditangisi rintik hujan. Hujan air dari langit tak kalah menguyurnya keringat dari dalam tubuh. Entah sudah berapa kalori terbakar berkat ribuan kaki ini melangkah 😁😱




Dari atas ketinggian mata kami dimanjakan dengan landscape alam yang membentang. Dari Bojonegara, Merak dan Kelapa 7 terlihat dari atas Batu Lawang. Besarnya batu sanggup menampung puluhan orang di atasnya. Ada banyak batu, yang paling besar ada 2, ada yang tinggi dan rendah. Disana, kami bertemu banyak kawan baru dan saling melempar canda, walau tak saling kenal. Dan diantara kami saling membantu, membantu mereka yang fakir tongsis salah satunya hehe😁. Ada pula gerombolan pemuda yang mencoba menawarkan bantuan mengulurukan tangan. Sebab jalan turun dari bebatuan itu sangat licin. Untunglah, dengan tertatih kami bisa tanpa sentuhan pemuda itu. Honestly, saya minta maaf sudah mengatakan modus kepada mereka,  katanya sih tulus 😂

 caption



Sekitar pukul 15.05 kami tiba di tempat penitipan motor. Dengan meminta bantuan dicarikan ojek kepada warga setempat yang sedang menjadi juru parkir. Ternyata tarifnya sangat murah, untuk penduduk setempat dari pangkaal ojek Joged hanya 7 ribu, tapi untuk pengunjung dikenakan tarif 15 ribu nanjak dan 10 ribu turun. Berhubung kami mirip cabe-cabean alias bonceng tiga,  jadi kena tarif 25 ribu dibagi 2. Secara ojek dari tempat penitipan motor susah dan memang jarang ada yang sampai daerah itu.




Thursday 4 February 2016

Ngeblog Pakai Polytron W6500


Ngeblog dengan Kelebihan dan kekurangan Polytron W6500

Usai sekian lama mendamba smartpone, akhirnya tercapai sejak awal Mei tahun lalu. Kuping ini sudah terlalu kebal dengan orang yang kekinian yang berbicara semua sosmed di layar usapnya. Dari BBM, instagram, whatsapp, line yang waktu itu belum saya punyai. Sementara waktu itu bertahun-tahun memegang nokia X2-2, yang mampu mengoperasikan facebook, twitter dan bisa membuka email. Dengan gaji yang cukup sebenarnya bisa membeli, ada keinginan lain jadi aliran uang itu dialihkan ke urusan lain. Aaargh gapapa kudet, tapi tidak gagap tekhnologi. Setidaknya saat itu masih ada laptop dan modem.

Memilih Polytron bukan tanpa alasan, terlebih dengan harga yang terjangkau dan mampu memuat dan mengaplikasikan semua sosmed. Saya yang hobi menulis, tidak afdol rasanya mencurahkan hasil pikiran kedalam susunan alfabet. Belum ada buku sendiri sih, masih sekedar anthologi cerpen keroyokan bareng temen-temen kelas menulis di Rumah Dunia. Ngeblog adalah salah satu wadah ekspresi, dari ide, kegundahan, berbagi kebahagiaan, paling banyak catatan perjalanan. Sejak memiliki hp ini, ngeblog praktis ya di smartphone kesayangan. Semakin efektif dan praktis.

Polytron W6500 Rocket Quadra 5.0 merupakan smartphone android besutan salah satu produsen terkemuka Indonesia yaitu Polytron. Perangkat android 5 inci ini merupakan salah satu produk terbaru dalam jajaran seri quandra yang dibandrol dengan harga cukup terjangkau yaitu di bawah dua juta rupiah. ia dirilis pertama kali pada Oktober 2014 dengan mengusung prosesor quad core dengan kecepatan 1,7 Ghz, namun sayangnya RAm yang disematkannya di bawah rata-rata yaitu hanya 512 mb, sehingga jangan berharap bahwa ia akan nyaman menjalankan aplikasi yang banyak secara bersamaan. Untuk fitur fotografi juga cukup standar yaitu kamera belakang berkekuatan 5 mp dan kamera depan hanya pada tingkat VGA. selain itu resolusi layar yang kurang tinggi juga menjadi nilai minus dari smartphone yang telah mengadopsi Kitkat ini. Untuk lebih jelasnya silahkan simak kelebihan dan kekurangan Polytron W6500 Rocket Quadra 5.0 dari fitur atau spesifisi yang ditampilkannya di bawah ini :
Minimalis blog akuh, sementara jadi bloger amatiran dulu hehe dg sedikit viSitor dan pengikut. Nanti pada waktunya pasti berjaya aamiin  

Kelebihan Polytron W6500 Rocket Quadra 5.0. Memiliki kemampuan internet yang cepat karena jaringan GSM yang telah mengadopsi 3G HSDPA. dan tentunya juga mendukung teknologi EDGE Dan GPRS untuk pengguna yang berada di luar area 3G, sehingga mereka bisa tetap terhubung meski dengan kecepatan yang rendah.

Dengan kemampuan di atas Polytron W6500 cukup bandel buat diajak ngeblog. Sebagai blogger amatir sudah sangat bersyukur memiliki yang ada saat ini. Memiliki layar yang luas yaitu berukuran 5 inci, dengan ukuran layar yang luas pengguna bisa leluasa dalam menavigasi menu menu yang ada pada layar handphone, memainkan video game atau menonton video HD jadi terasa puas.

Layar juga  telah mengusung layar sentuh kapasitif dengan dukungan teknologi IPS LCD sehingga mampu menampilkan gambar lebih realistis dan sudut pandang yang luas. Sehingga membuat berlama-lama di depan layar sambil mantengin sosmed. Saya sendiri sebelum menulis biasanya akan mencari bahan yang akan ditulis, termasuk survey tempat di google sebelum trip ditempuh esok hari. Hmm, Jadi,  nyaman saat jari -jari ini menari di atas keybord.

Menyuguhkan tempat penyimpanan internal yang cukup untuk menyimpan aplikasi yang tidak terlalu banyak. yaitu berukuran 4 GB, namun hanya sekitar 2 GB yang tersedia bagi pengguna karena sebagian telah dipakai untuk menyimpan aplikasi bawaan
Disediakan slot penyimpanan internal, dengan slot tersebut pengguna bisa menambah kapasitas simpan hingga 32 GB.

Sektor dapur pacu mengusung prosesor dengan empat inti berkecepatan masing-masing 1,7 Ghz sehingga mampu menyajikan kinerja yang responsif. Memiliki kelengkapan fotografi yang cukup bagus yaitu kamera belakang berkekuatan 5 mp maksimum 2592 х 1944 pixels. Adanya kamera depan yang bisa digunakan untuk video chat dengan aplikasi skype dan juga foto selfie. Dengan kemampuan kamera itu sangat membantu menguatkan tulisan dan resolusi yang tinggi, hingga tidak menghasilkan gambar yang pecah. Adanya fitur wifi hotspot yang dapat digunakan untuk mengakses internet via wifi dan dapat juga untuk berbagi koneksi internet dengan perangkat lain yang memiliki wifi. Ini memudahkan untuk ketika saya kehabisan paket dan ngalap wifi gratisan dari sekitar, baik dari teman atau ditempat-tempat berhotspot.

Namun demikian, kapasitas yang rendah yaitu hanya 512 mb, sehingga kurang nyaman apabila menjalankan banyak aplikasi secara bersamaan. Untungnya saya tidak hobi bermain game online atau offline. Saya juga tidak juga tidak hobi selfie, kamera depan hanya jenis VGA sehingga untuk foto selfie hasilnya kurang bagus. Setiap saya mengadakan trip lebih sering meminta seseorang untuk memotret atau mengambil angle lain yang diinginkan. Untuk bentang layar 5 inci, resolusi layar tergolong kurang tinggi yaitu 480 x 854 piksel. Baterai kurang tinggi yaitu 1750 mAh. Nah, untuk mengakalinya selama perjalanan saya non aktifkan data, jika tidak penting mending saya power off smartphone.

Alasan untuk berpaling? Untuk saat ini belum. Selama polytron W6500 masih sanggup dan mempuni, saya bertahan dan setia. Letak manfaat saya pegang erat dalam memilih barang termasuk diantaranya soal gadget. Bagaimana mengoptimalkan fungsi smartpone, terletak dimana kita membawa kemana arah jemari tangan, mata, hati dan pikiran untuk ke arah yang positif  atau negatif.

Tuesday 2 February 2016

Melayangkan Harapan di Museum Layang-layang


Melayangkan Harapan di Museum Layang-layang


Perjalanan tanpa terencana ini berlangsung cukup mulus. Dari rute bus way menuju Blok M. Dengan membeli E Tiket baru senilai 40 ribu kami melaju, melewati banyak halte dan transit di halte Harmoni. Untuk mencapai museum sampai kemudian disambung menaiki metromini merah 610 yang bising. Kaca-kaca jendela itu bergetar cepat seiring jalan yang bergelombang. Hampir sepanjang Cilandak - Fatmawati lancar merayap, sebab proses pembangunan MRT menggerus kanan kiri jalan. Wal hasil bersabar ria hingga sampai tujuan. Belum lagi saat menaik turunkan penumpang menambah durasi panjang perjalanan. Lokasi Museum Layang-layang cukup tersembunyi, yaitu di Jalan H. Kamang no. 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Dari jalan utama menuju lokasi sekitar 200 meter.

Setelah pintu gerbang, didepan sekolah Miftahul Umam
Museum Layang-layang bisa dikunjungi setiap hari kecuali hari libur nasional mulai pukul 9 pagi hingga 4 sore.Harga tiket masuk Museum Layang-layang Rp 15.000, anak-anak di bawah 3 tahun gratis. Termasuk paket menonton audio video, kunjungan ke museum, membuat layangan dan menggambarnya. Dengan luas layan sekitar 2700 m, sesuai yang diucapkan pak Asep, guide museum.

Museum ini merupakan museum layang-layang pertama di Indonesia. Jumlah koleksi layang-layang di museum ini berjumlah ratusan namun jumlah tersebut terus bertambah seiring datangnya koleksi-koleksi baru dari para pelayang daerah dan luar negeri maupun layang-layang yang dibuat sendiri oleh karyawan museum. Dari semua layangan hampir semua berbentuk unik dan membentuk 3 dimensi, bisa dari tokoh, berbentuk barang, maupun fantasi.

Pak Asep membantu kami memperkenalkan wayang-wayang yang menggantung diatap bangunan joglo. Bapa berdarah sunda itu juga mengajari kami membuat layang-layang. Arku (kerangka layang-layang) sudah disiapkan. Selembar kertas putih polos menutup asku, kami potong sesuai ukuran asku. Lalu ditempel dengan lem. Nah, saat sudah terbentuk layang-layang, crayon warna itu menanti ide untuk menuangkan kreasi.













Merasa bukan seniman yang sebenarnya, jadi menggambar dalam waktu sekejap tidak mudah hehe. Kupu-kupu yang aku gambar hasil menjiplak, sisanya aku atur sedemikian rupa sesuai mood booster yang ada dikepala. Aku menyebutnya layang-layang harapan, harapan di awal tahun dengan tulisan " memeluk doa, membebaskan ingin" . Arah angin itu sedang tak berpihak, ya bersiul. Bersiul konon bisa mengundang angin. Angin yang menerbangkan layang-layang harapan hingga sampai tujuannya. Melayangkan harapan pula untuk tetap berkomitmen melestarikan budaya leluhur, mencintai batik, mengenal  dolanan dan serta tak miskin kreatifitas.


Mencoba mewarnai layang-layang 

Tarraaaa ini dia hasilnya hehe 

Pojok kreasi topeng daur 

Sebenarnya ada paket lain yang lebih menyenangkan. Seperti yang tertuang dalam tiket, antara lain membatik, membuat keramik, melukis diatas payung kanvas, membuat topeng dari bahan daur ulang dll. Menurut pak Asep, museum lebih ramai dikunjungi dihari kerja. Biasanya sekelompok anak TK atau SD yang datang dari berbagai sekolah.Sebelumnya mereka sudah membuat perjanjian.

Seperti yang dikupas dalam video yang kami tonton, layang-layang merupakan bagian dari permainan masa kecil yang tidak hanya berfungsi sebagai permainan belaka, tapi bisa dilibatkan dalam sebuah ritual tertentu. Berbagai bangsa di dunia dapat dipastikan mengenal permainan layang-layang. Fenomena inilah yang mendorong para pecinta layang-layang untuk mendirikan museum layang-layang. Di dalam museum tersebut, para pecinta layang-layang akan mengumpulkan berbagai jenis layang-layang dari mancanegara dan menjaga koleksi tersebut agar bisa dinikmati keindahannya dan dipelajari teknologinya.

Museum Layang-Layang Indonesia didirikan oleh seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites & Gallery yang bergerak di bidang layang-layang yang bernama Endang W. Puspoyo.Kecintaannya pada layang-layang membuat ia tergerak untuk mendirikan Museum Layang-Layang Indonesia.Kiprahnya dalam mendirikan Museum layang-Layang ini mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Museum ini diresmikan pada 31 Maret 2003, yang ditanda tangani dalam prasasti I Gede Ardika selaku Menteri Kebudayaan dan Pariwisata saat itu.


Penghargaan dari rekor MURI







Prasasti  peresmian museum layang-layang