Tuesday 8 September 2020

Gegedeg Squad, Kalian Menang Sebelum Menang

 


Tak selalu digandrungi kaum emak dikalangan pengajian, qasidah sering juga menemani musik anak sekolahan. Kaum remaja khususnya bangsa melayu paham akan seni tsb. Cara permainannya yang memukul rebana dan dengan syair syiar yang easy listening. 


Rebana yakni sebuah alat yang terbuat dari kulit lembu menyerupai bedug pada masjid , namun berukuran kecil , sehingga cara memainkannya pun dengan di bawa oleh tangan kiri dan di mainkan dengan tangan kanan.


Ohya, di bulan kemerdekaan kemarin karang taruna desa Adisana menyelenggarakan lomba kosidah. Lomba tsb hanya berlaku untuk dukuh-dukuh yang ada di Adisana. Dari sekian dukuh, hanya 9 grup yang mendaftar. Nah, disini ada satu grup yang menarik perhatian. Pemuda-pemudi yang mengisi kegiatan daring dari sekolah diisi hal positif. Lalu, nyalinya diuji untuk berkompetisi dilomba qasidah dalam rangka harlah yayasan Assalafiyah Dukuh Kweni.


Lahir dari organisasi remaja RT 06 Dukuh Kweni yang berlatih memanage organisasi (HIPAMA = Himpunan Pemuda Mahalul Ittihad). Mereka mencoba kompak, rukun, berbagi dan saling bertukar gagasan serta informasi. Gegedeg squad nama pilihan yang terpilih untuk menamai band kepret mereka. Tampil perdana saat acara resepsi Agustusan. Perlahan nyalinya ditantang untuk belajar berkompetisi.


Malam-malam kemarin telinga ini disuguhi tabuhan rebana. Pemuda-pemudi saling mensuport untuk berlatih. Semakin hari semakin stabil iramanya. Mereka meninggalkan acara televisi kesayangannya. Sementara mereka tidak berkumpul bersama keluarganya, telapak tangannya pegal dan memerah. Otaknya diajak berkonsentrasi mengingat ketukan nada. 


Mental mereka diasah. Menghajar rasa malas, melawan gabut dan mager. Kebersamaan yang bukan dalam toxic pertemanan. 

Pertemanan yang positif. Kebersamaan yang akan nengendap diotak sangat lama. Lalu, dikemudian waktu akan menjadi rindu dan lembaran kenangan indah. 


Lucunya memikirkan kostum untuk tampil. Usia sekolah masih bergantung dengan orangtua. Awal tampil, custom case. Hampir semua punya batik dan bawahan hitam. Lalu demi kompetisi dan dana cekak, mereka meminjam baju wisuda. Atasan brokat dan bawahan batik. Model kekinian ala anak muda dan hijab mengkilap segi tiga. Kemudian, hari ini mereka tampil dengan tunik seragam batik baru. Tidak gamis? Hehe kembali untuk mengingat low budget. Emak-emak boleh saja heboh, Gegedeg Squad kostum elegan dan goodlooking juga kok๐Ÿ˜



Kalah, bukan! Itu bukan masalah. Mereka menang sebelum menang. Dalam kompetisi kalah menang sudah lumrah. Honestly, mereka menang akan banyak hal. Menang untuk menghimpun kekuatan diri, membebaskan malas, takut, mengembangkan bakat, disiplin dan percaya diri yang meningkat. Kebahagiaan kebersamaan yang tak ternilai harganya. Tawa ceria, senyum sinai yang terpancar dari raut sahabat. Dukungan keluarga dan lingkungan. Semua terpupuk alami dengan berlatih dan adanya kompetisi itu. Ah, semesta mendukung ๐Ÿ˜€

Monday 7 September 2020

Bertani Dan Cinta

 



Lahir dari darah petani, seakan terpanggil jiwa ini. Sedari kecil bapa sudah terbiasa bercocok tanam. Kebunnya ada dibeberapa tempat dan memiliki sawah. Melihat bapa, berkebun memiliki arti ketenangan dan kedamaian. Berkebun di tengah ladang menepi dari kesunyian, ditemani suara alam, berbaur dengan tanah,berani kotor dan tak takut nyamuk. 


Emak juga hobi sekali berkebun bunga. Uniknya, setiap pergi kemanapun jika melihat bunga bagus, tidak segan untuk mengambilnya. Entah meminta biji, benih atau menanam dari rimpangnya. Menurut orang tua dulu, tangan emak dan bapa dikenal dengan istilah 'tangan adem', artinya seringnya setiap menaman tumbuh dan berbunga.


Seperti memiliki bayi baru. Tanaman kecil dirawat dengan penuh kasih sayang. Pokok utama dalam menanam kita tahu, perlu perhatian menyirami air, menyiangi rumput atau gulma dan memberinya pupuk. Perhatian ini juga menyita waktu dan tenaga. Nah, ini yang membuat Mika, anakku cemburu. Saat menyiram beberapa kali Mika sengaja menaruh poci untuk menyiram ke tempat asal. Ketika saya meminta izin mengurus tanaman, Mika berkata, "Biarin tanamannya mati, gak usah siram" muka kesalnya tergambar jelas. Saya berusaha menjelaskan dan merayunya. Begitupun saat Mika ngegas, "Mamah, urusin Mika" saat baru akan menyiram. Duh! usia 3-5 tahun memang sedang di fase electra komplek, dimana membutuhkan kasih sayang dan perhatian penuh dari orangtuanya.


Sebenarnya, bercocok tanam dimulai saat pandemi, termasuk faktor mendukung ketahananan pangan (hik, so idealis๐Ÿ˜Š).Saat dilockdown, saya harus pindah ke rumah mertua. Kebetulan di samping rumahnya ada pekarangan kosong. Perlahan dibereskan dari sampah besar,  suami mulai membabat rumput yang tinggi, dicangkuli dan ditanami singkong, cabe, tomat, terong dan beberapa bumbu dapur, seperti sereh, lengkuas, kapolaga. Diselingi beberapa bunga biar lebih sedap dimata. Aglonema ada,namun bukan tanaman prioritas, hanya sekedar ikut trend dan pelengkap saja๐Ÿ˜€


Belajar dari berkebun, aku melihat kegigihan gulma atau rumput liar. Seberapa kalipun dicabut atau dibabat akan tumbuh kembali. Berusaha menyaingi pemeran utama. Akarnya kuat mencengkram tanah dan cepat sekali tumbuh. Ah, aku melihat tidak bedanya proses hidup manusia. Siapa yang berhasil unggul, dia yang dirawat, disayangi, berani berkompetisi terus untuk maju dan menyingkirkan lawan. 


Saat membuka buku herbal, rupanya banyak rumput liar yang tumbuh ternyata untuk obat. Memiliki khasiat masing-masing secara alami. Benar saja, tidak ada yang sia-sia Allah ciptakan. Hanya saja kita yang belum tahu. Pantas saja sering disebut dalam Alquran "afalaa yatafakkarun, afala yandhurun" yang artinya apakah kamu tidak berpikir, apakah kamu tidak melihat. 


Imam Muslim juga meriwayatkan hadis dari Jabir bin Abdullah bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali yang dimakan darinya merupakan sedekah, apa yang dicuri darinya merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh binatang buas merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh burung merupakan sedekah, dan apa yang diambil oleh orang lain juga merupakan sedekah.” dalam lafal lain: “…Merupakan sedekah sampai akhir kiamat”


Honestly, tanaman yang dikurung jaring sintetis itu titipan suami, sebelum berangkat ke ibu kota semasa pandemi. Sempat bertengkar sebab aku lupa menyiraminya. Usia tanaman baru hitungan hari. Merawatnya adalah cinta dan baktiku kepada suami. Sedang tanaman lain yang kutanam memanfaatkan lahan kosong. Mungkin nanti, jika rezeki materi sudah terkumpul kebun itu akan dibangun rumah sederhana kami. Aamiin


Kabar gembiranya, tomat, terong sudah berbuah. Cabe sedang berbunga dan beberapa benih yang kutanam sudah terlihat kuncup bunganya. Ah, senangnya hati ini. Proses alam yang memanjakan mata. Warna-warni daun, bunga bermekaran yang sedap dipandang. Hariku lebih cerah, saat menatap dibalik jendela, ada tanamanku yang hijau ditiup angin. Daunnya bergesekan. Di pagi hari tampak segar dan gagah, siang layu dan sore segar kembali.


Pah, dua purnama telah kutunaikan kewajiban menjadi cinta. Namun, kasih sayang ini akan penuh dengan kehadiranmu. Bunga-bunga cinta ini kusebar berbisik ke langit, agar papah dalam sebaik-baik penjagaan. Sehat lahir batin, iman Islam dan menempuh ujian dengan lancar dan sabar. Membangun rumah kecil dan hidup masih mimpi, semoga damba kami nyata ๐Ÿ˜๐Ÿ˜˜