Friday 11 August 2023

Untung Gak Babyblouse Syndrome

 

Mahreen Nayyara putri kedua


Pandemi karena covid 19 telah memaksaku meninggalkan ibu kota. Kembali ke tanah kelahiran dan tinggal di rumah mertua. Awalnya agak berat, ya atas titah suami. Melepas kontrakan ditengah perkampungan padat di Jakarta. Hidup berrumah tangga tak ada yang tanpa ujian. Sebaik-baiknya mertua atau orangtua kandung pun pasti pernah ada gesekannya.


Vaksin astrazeneca sudah tertancap diusia kehamilan jalan 7 bulan. Pandemi menuju titik landai setelah badai virus corona versi delta menyerang. Aku sempat mengalami anosmia selama 4 hari diusia kandungan 4 bulan. Indera penciumanku tak berfungsi sebagai mana semestinya. Bau kentut yang biasa kucium dari suami tak pernah terdeteksi. Itu yang tak kasad mata, minyak kayu putih, balsam, aroma terapi, terasi tak tercium bau apapun. 


Aku memanggilnya mama, untuk mertua. Beliau sudah single parent sejak tahun 2014. Ibu yang hebat, kuat lagi cerdas. Jiwa dagangnya tidak diragukan dengan cara perpikirnya yang satset dan obrolannya yang mengasyikan. Sedang emak, untuk mama kandungku. Beliau juga single parent saat aku hamil anak ke-2. Cobaan yang berat dan harus kuat.


Diusia kandungan jalan 5 bulan, suami baru saja mendapat pekerjaan sebagai kurir J&T area dekat rumah. Qadarulloh setelah pelanggan sablon benar-benar sepi dan bansos sudah mulai menipis. Awal hijrah BLT DD, lalu mencoba mengerjakan kartu prakerja dan lolos selama 4 bulan insentif, mencoba juga untuk suami bansos UMKM dari BPUM via BRI dan 2X cair. Rezeki dari Allah melalui ikhtiar kecil, kapan lagi dapat guyuran duit dari pemerintah hehe yang penting halal. Bukan hal mudah menerima keterbatasan namun keyakinan janji Allah yang mendatangkan rizki diwaktu yang tepat. 


Kontraksi sore saat mencuci baju, alhamdulillah hanya berlangsung 4 jam. Usai sholat asar dan makan aku diantar ke bidan. 26 Oktober 2021 putriku lahir dengan selamat dan sehat. Dengan berat 3,4kg dan panjang 50cm. Proses yang lebih mudah daripada anak pertama. Dengan kenikmatan yang berbeda tentunya.


40 hari dipingit pasca bersalin terasa berat awalnya. Beberapa kali mendobrak aturan mertua itu. Menuruti kakak mengantar sekolah yang jaraknya hanya sekitar 50 meteran dan kebetulan disamping rumah ibu kandangku. Mama menangis sejadinya, marah dengan mengelus-elus dada. Sesembak dititah untuk menjadi asisten dirumah selama nifas. Aku hanya mengurusi bayiku. Sesekali mencuri waktu merawat tanamanku. "Apa aku kurang sayang?" Kata-kata itu keluar dari mulut mama. Sedang aku hanya diam seribu kata. Banyak unek-unek yang tersimpan dihati. 


Memang kebaikan tak selalu memberi kesan baik. Kebaikan belum tentu juga diterima dengan baik. Melalui karakternya, caranya kadang tidak bisa diterima. Begitu juga mama, memberi kebaikan dengan caranya meringankan bebanku selama bayi newborn. Dengan memberi pantangan selama 40 hari tak keluar rumah. Tanpa mengerjakan tugas rumah. Namun, sebagai makhluk sosial akupun ingin melihat dunia luar yang nyata. Termasuk emak, ibu kandungku atau menyapa tetangga yang lewat. Atau sekedar mengobrol dengan saudara. Ya, aku melanggar melalui perbuatan dan setelah itu tidak lagi. Seberapaun ucapan petuah, nasehat ataupun larangan aku jawab iya dan diam. Yakin, makin banyak membalas banyak kata makin panjang durasi cerita dan drama. Cukup sadar dan tahu diri saja.


Yang membuat overthinking saat itu adalah perkataan " orang yang habis melahirkan terlihat sehat dari luar tapi didalam turun mesin. Ada tetangga yang habis melahirkan lalu membawa berat akibatnya *anunya* keluar". Terus metode pijat jaman dulu (dukun bayi) sebelum bidan melalui di 'sengkak' yaitu alat vital didorong dengan kaki oleh dukun bayi. Kemudian kaki digantung berhari-hari dengan tujuan agar *anunya* masuk. Seram bukan? Dan ini sangat menjadi beban buatku, menjadi tidak percaya diri saat berhubungan  dan minder dengan suami. 


40hari terasa sebentar jika lihat kelucuan anakku. Berbeda saat menghitung hari bersama sesembaknya yang tiap hari selalu bertanya, selalu kepo yang tidak penting. Saat masak sering aku temui sambil gegaruk rambut. Angin yang lembut membawa bau lendir telinga yang luar biasa. Tak sengaja kujumpai kapas kecil menyumbat ditelinga kiri. Orangnya ramah dan mudah tersenyum. Soal mulut, saat tersenyum karang gigi sudah terlihat dari gigi depan. Nah, kalau ngomong auto kencang dong. Pelan kadang kurang terdengar. Kebayang kan ada kesenggol angin sedikit tercium dua lubang yang berbeda. 


Hanya dalam hati, "Ya Allah, sungguh aku tidak mematikan rezeki untuk sesembaknya. Kalau boleh cukup sebulan saja menemaniku. Aku yakin sanggup dan kuat menunaikan tugasku". Doa itu tersemat dalam, affirmasi positif kedalan jiwaku. Aku butuh mental yang sehat, aku butuh waras, aku butuh me time. 30 hari yang nikmat, hampir tiap malam begadang menyusui anak. Sedangkan tiap hari anak kecil dari sesembaknya selalu ikut. Sering lelarian, tapak-tapak kakinya diinjak kuat kelantai, asli berisik. Belum lagi TV   yang selalu menyala.


Qadarulloh, cukup 37 hari dibantu asisten. Beliau sakit hampir seminggu. Kontrak awal dengan mama sebenarnya 2 bulan. Setiap tidak datang tidak ada ijin atau omongan. Satset satset melihat aku sudah bisa menghandle sendiri, mama tidak lagi memakai jasa asisten. Ada kebahagiaan tersendiri, ada ruang kelegaan dipikiran dan jiwa. Saran suami pada umumnya nasehat waktu itu, ya sabar. Memang itu kuncinya.


Soal masakan biasa. Sayur bening, sop yang tiap kali dimasak kulahap habis. Tidak ada pikiran kotor, otak ini kuracuni "aku ibu menyusui harus kuat ada anak yang bergantung denganku". Soal bebersih, kuakui jago kinclong dan setrikaan licin. 


Kembali ke resep utama hidup, tidak ada yang sempurna dan tidak ada hidup tanpa ujian. Betapa bersyukurnya aku, punya mertua baik. Ya, dengan segala gonjang ganjing manusiawi. Cara mengasihi anaknya dengan caranya walau kadang diluar nurul hehe.

Tulisan ini mengurai keresahan dan kewarasan. 


Terimakasih untuk diriku yang hebat dan kuat. Alhamdulillah ala kulli haal tidak merasakan baby syndrom. Dari 0 bulan Mahreen begadang tanpa ditemani mama atau suami. Alhamdulillah cukup bayik dan aku sudah nyaman. Terimakasih sudah hampir 2 tahun cerita ini berlalu. Mahreen anakku sehat, masih ASI dan proses toilet training. Kosakatanya sudah banyak, lincah dan sering usil.