Sunday 20 September 2015

Menangkap Surga Kecil Dari Green Canyon



Menangkap Surga Kecil  Dari Green Canyon

    Setelah semalaman dalam perjalanan dari Nikomas tercinta, pagi yang sejuk kami tiba ditempat tujuan. Sebelum mengeksplore wisata, kami sarapan ditepi sungai green canyon berlatar sungai hijau kapal-kapal kayuh. Sejumlah 86 peserta dengan dibawa awak bus Midas Nusantara, yang di panitiai Atis Tour yaitu Sinyo Frans, Yadi, Asád, Adi, Faisal dan Efi berhasil membawa rombongan dengan selamat dan bergembira.
keep moment sebelum bertempur dimedan laga hehe


Sambil menyantap, saya sempatkan bertanya-tanya dengan pak Adeng pemandu wisata Green Canyon, yang merupakan warga setempat. Beliau menuturkan,”Cukang Taneuh atau Green Canyon (Ngarai Hijau) adalah salah satu objek di Jawa Barat yang terletak di Desa Kertayasa Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Ngarai ini terbentuk dari erosi tanah akibat aliran sungai Cijulang selama jutaan tahun yang menembus gua dengan stalaktit dan stalakmit yang mempesona serta diapit oleh dua bukit dengan bebatuan dan rimbunnya pepohonan menyajikan atraksi alam yang khas dan menantang” katanya.

Untuk mencapai tempat ini, kita harus menyewa sebuah perahu kayuh dari dermaga Ciseureuh. Perjalanannya memakan waktu kurang lebih 30-45 menit dengan jarak sekitar 3 km untuk sampai ke Green Canyon. Harga sampannya sekitar Rp.75.000 untuk maksimal 6 orang dan beroperasi setiap hari mulai dari pukul 7.30 sampai 16.00 WIB. Sepanjang perjalanan, mata dimanjakan oleh hijau teduhnya warna air sungai. Berbeda dengan yang akan menikmati body rafting rutenya dari hulu ke hilir yang harus menempuh mobil terbuka yang memakan waktu 45 menit dengan jalan yang menantang adrenalin. Kemudian kami berjalan menuju Green Canyon sekitar 100 untuk dapat menyusurinya. Untuk tarif body rafting satu orang kena 180 ribu, awalnya harga 200 ribu setelah alot menego turunlah harga tarif awal.

             Untuk jasa body rafting di sana banyak tour organizer, kebetulan kami disana memakai jasa Xali-xali. Dengan fasilitas sama dan harga yang tidak jauh berbeda. Untuk membedakan ketika sudah menyusuri Green canyon kita bisa melihat visual yang ada di fasilitas. Sebab life jacket, sepatu yang kebesaran dan helm warna sama dengan tour organizer yang lain. Dan kita harus mengingat-ingat betul wajah pemandu dan teman satu kelompok. Agar kita tidak tercampur dengan kelompok lain.
 
pemandu memimpin doa dan arahan agar acara berjalan lancar


menuruni perkebunan menuju Green Canyon


 Sebelum menuruni perkebunan, pemandu kami memberi pengarahan agar meminimalisir kecelakaan. Kesimpulan yang ditekankan yaitu untuk tidak panik ketika menceburkan diri ke air lalu tertatih menyusurinya, kemudian dilarang untuk tidak berpikiran kosong. Mengingat Green Canyon alam yang masih murni, bahkan tidak tercemar dari limbah kegiatan keseharian manusia.7 km ke kanan dan ke kiri jauh dari pemukiman warga. Saat kami terjun pun, tak ada perbekalan yang kami bawa kecuali badan kita sendiri yang dilengkapi life jacket, helm pelindung kepala. Sayangnya kami tidak kebagian pelindung kaki. Sebab kehabisan jatah, diakhir pekan para wisatawan membludak. Untuk kamera hanya dipegang pemandu dengan dilengkapi dry bag. Secara otomatis semua moment kami diabadikan oleh pemandu, dengan kamera pilihan dari kelompok kami.
atraksi kebersamaan kami, yeeaaay



Menakjubkan alam berproses mengolah diri menciptakan kejaiban ini.Saya  menyebutnya surga kecil, sebab ketika kami menengadah sambil berenang himpitan hamparan relief tebing alami. Kecipak-kecipak air yang kami arungi terlihat hijau padahal jernih didalamnya. Kami bermain air yang gugur dari atas lalu melompat dari atas.dan saat kita haus ada hujan abadi. Air yang terus mengalir dari ujung jemari akar yang menggantung sepanjang tahun meski kemarau. Dan air itu kami bisa minum, dengan mendongak wajah, glek glek air sejuk menyiram kerongkongan yang kering. Dengan jarak 3 km kami tempuh selama 4 jam dengan suka cita meski melelahkan.



ini akuuuuh hehe



Di akhir destinasi perjalanan kami Pangandaran wisata Pantai. Alam yang begitu indah dengan flora dan faunanya..Pantai Pangandaran memiliki dua Pasir di antaranya Pasir Putih dan Pasir Hitam serta Cagar Alam serta objek renang yang begitu luas. Wisata Bahari,Snorkling,Tracking Cagar Alam dan Caving Goa-goa di cagar alam. Karena keterbatasan waktu kami harus beranjak sebelum magrib tiba, mengingat ombak makin besar dan mitos kentalnya pantai laut selatan.


Icip Icip Es Krim Ragusa


                                                               Icip Icip Es Krim Ragusa




Rosma, Ana, Uut, iis


                              Berkunjung ke Ragusa adalah sakramen yang sudah lama ingin ditunaikan. Beberapa kali melewati dan baru tersadar setelah tayang diliputan dibeberapa TV nasional. Bangunannya masih berdiri kokoh di Jl. Veteran I No.10, di samping another landmark kota Jakarta, Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Bangunan ini adalah salah satu cabang yang tersisa dari (tadinya) 20 cabang yang kini sudah almarhum. Di sini dijadikan sebagai pusat pembuatan dan penjualan. Disambut bangunan cat berwarna putih dengan mode arsitektur Belanda, Ragusa mengajak pengunjung untuk sebentar saja menilik masa lalu. Tembok dihiasi bingkai-bingkai foto masa kejayaan Ragusa. Ruangannya memanjang dengan kursi rotan kuno dan meja bulat yang sudah dipenuhi pengunjung. Kedai es krim tradisional tanpa bahan pengawet ini rupanya masih berada di hati para penggemarnya. Terpampang di atas dinding kedai es krim Ragusa Italia, dan benar saja es tersebut konon katanya warisan leluhur dari Italia sejak 1832
Interior dalam kedai 

                    Pelayan tampak sangat sibuk. Kelabakan, tak bisa menghandle seluruh pengunjung, termasuk kami yang hampir tak kebagian tempat duduk. Meski dengan berat hati, si penjual menyarankan satu geng itu dari kursi sebab stereofom hanya tinggal cangkang tanpa isi.Sudah hal yang biasa bila datang ke Ragusa. kami beruntung mendapat 5 kursi pas dengan keberadaan kami. Mereka membagi tatanan menunya berdasarkan flavour pada es krim yang terbagi menjadi empat, Regular, Premium, Mixed dan Fancy Flavour. Diluar kelompok itu, ada menu tertinggi di kedai ini, yaitu Banana Split dan Spaghetti Ice Cream.

                   Saya berusaha sigap, mengingat banyak pembeli terus berdatangan, menu struk saya tulis sendiri dan langsung menuju kasir agar cepat diproses. Setelah itu, saya tidak kembali ke kursi menunggu es krim itu diantar. Melainkan saya kembali mengantri dengan menyodorkan struk agar menu yang dipilih dibuat. Saya melihat proses meracik es krim tersebut, chef berwajah oriental itu sangat cekatan, terampil dan lincah.

             Kami merasakan hawa panas yang luar biasa menyengat, mengganggu kenyamanan. Bangunan ini tidak berpendingin, hanya mengandalkan bantuan kipas angin dan atap bangunan yang tinggi guna mengontrol udara. Beberapa saat setelah pesanan datang, ada perasaan aneh. Es krim yang tersaji di mangkuk-mangkuk kecil stereofom itu ternyata juga tak tahan. Scoop Regular Flavour yang kami pesan mencair dalam waktu satu yang singkat, untunglah kamu tidak berlama menyidukinya pelan sedari disajikan.

            Ada lima menu yang kamu pesan, Triple Scoop Regular Flavour, cocho ice cream dan spagetty ice cream, Tutti Fruity serta Banana Split. Kami saling icip es krim satu dengan yang lain. Dan kami saling memberikan testimoni di tiap rasa yang meleleh dilidah.


            
Chocho ice


icetriple scoop

Spagety ice xrewm

Banana split

Dari ketiga menu yang saya cicipi Tutti Fruity adalah menu yang paling memegang kendali. Berbentuk persegi panjang, padat, dan terdiri dari tiga lapis rasa, strawberry, coklat dan vanila, serta dilapisi dengan alumunium foil yang berguna untuk mempertahankan temperatur es. Rasa Tutti Fruity yang didapat berasal dari taburan sukade yang ditanamkan ke es krim. Di kombinasikan dengan es krim dingin nan lembut. Lain halnya dengan scoop reguler, basic es krim di tempat ini. Mungkin standar lidah saya yang tidak familiar, tetapi es krim yang dibuat dengan tidak memakai butter milk ini tidak meninggalkan kesan apik. Tanpa dekorasi apa-apa, triple scoop regular flavour ini meleleh begitu saja di mulut saya. Sama halnya dengan Banana Split. Tak ada yang membuat menu ini menjadi berbeda walau dekorasi luarnya tampak sangat menggugah. Tiga scoop es krim yang bertabur sukade warna-warni, kacang, dan lelehan coklat. Pisang Ambonnya bersembunyi di balik tumpukan es.

             Saya terkesan dengan Ice Cream Spaghetti. Bentuk es krimnya lucu, persis menyerupai spaghetti yang terbuat dari mie. Katanya Spaghetti Ice Cream adalah salah satu menu andalan di sini. Homemade ice cream yang dibentuk menyerupai spaghetti Italia dengan tambahan topping sukade dan kacang tanah.

                Tekstur es krimnya tidak creamy seperti gerai es krim internasional, tetapi rasanya sangat enak. Rasa manisnya pas, tidak berlebihan dengan rasa coklat dan susu yang enak. Tambahan sukade dan kacang juga membuat es krim ini enak dan kaya rasa.