Saturday 16 September 2023

Saat Anak Masuk MI/SD

Nyatanya anak memasuki usia SD itu tidak gampang. Mika usia 6.3 tahun anak pertama. Tidak lagi tahu, aku sebagai orangtua baru mengalami fase ini. Belajar dari printilan-printilan kecil kasus sehari-hari. Saat pulang sekolah, sering kutanyakan, "Kakak, seneng gak sekolah?" Sering sekali kakak jawab "senang". Kakak bisa bertemu teman-teman, berangkat naik mobil dan punya uang jajan juga tabungan. Lain lagi jika baru pulang kutanyakan dapat pelajaran apa, khawatir kena mental. Nah, belajar dari kecil dulu yak *Ini di luar jam pelajaran 1. Beberapa anak termasuk kakak, menghabiskan uang saku sebelum masuk sekolah 2. Uang jajan sering buat beli mainan, stiker, gambar BP, kado2an dsb 3. Jajan sembarangan, minuman es, permen dengan serbuk, cabe kemasan plus goreng-goreng dsb (kekebalan tubuh anak berbeda-beda) 4. Anak sekarang kelas 1 bawa banyak buku dan botol isi minum air. Dihari-hari tertentu membawa tambahan seperti mukena atau seragam ganti. Nah, anak dipaksa bawa dengan keberatan. Sering mengeluh dibagian pundak dan kaki. Disini penting sekali tas yang nyaman dan paling penting ketangguhan sianak 5. Mulai diwajibkan sholat 5 waktu, butuh kesabaran yang ekstra dan ilmu yang lebih lagi. Mengingat kembali soal fiqih bab thoharoh, belajar alquran, doa-doa dsb (pendidikan dasar berawal dari rumah, terutama ibu adalah madrasatul ula dan bimbingan terbaik adalah keteladanan) 6. Belajar membaca alfabet, hijaiyah dll * Dalam pelajaran 1. Sering kurang teliti saat menulis, seperti typo kurang satu, dua huruf atau lebih, kadang juga salah 2. Menjawab pertanyaan atau soal terburu-buru, melihat teman selesai buru-buru ingin cepat selesai. Tanpa memperhatikan betul atau salah yang dikerjakan. 3. Penyesuaian baru, adaptasi dari TK ke SD kadang belum menyesuaikan. Dari 3 pelajaran yang harus menulis, jam pelajaran yang lebih panjang dsb Nah, yang terjadi diawal masuk MI, kakak mengalami gangguan kecemasan. Setelah musim batuk pilek menyerang dicuaca pagi dan malam yang sangat dingin dan siang yang menyengat. Proses recoveri membawa penyakit baru. Ya, kecemasan yang berlebihan (bahasanya, psikosomatik). Lebih dari seminggu pulang dengan kepala pusing dan badan panas. Ada tangis yang pecah dan keluhan capek karena perjalanan yang jauh, gendong tas berat dan kepanasan. Sebelum kumandang dhuhur tiba, hati seorang ibu ini sudah tidak tenang. Lelagi dengan keluhan yang sama. Pernah sekali dari jam pagi pelajaran hingga pulang dengan lesu. Ternyata saat pagi, mobil jemputan mogok ditengah jalan. Mika sudah overthinking akan pulang dengan jalan kaki jauh, jalanan turun, naik. Dikelas Mika ngantuk, lesu, lemas dan pusing. Sampai rumah masih sama, meskipun pada nyatanya mobil mengantar pulang. Sebagai orangtua belajar, mempelajari perilaku anak. Introspeksi, apakah aku terlalu galak. Kucoba setel selow. Lalu beli tas baru sesuai keinginan. Ganti tas lagi yang ergonomi. Beberapa kali ngobrol dengan papahnya, "Ayo pah, peluk lebih lama". Nyatanya masih dengan keluhan yang sama. Pernah 2 hari diantar jemput papahnya dan pulang pas libur kerja dan kebetulan ketemu pulang kerja, Mika sehat ceria . Lalu panas lagi 3 hari berturut-turut Sudah berkali-kali diberi pengertian. Puncaknya ngobrol lebih dalam seperti orang dewasa, pikiran dan prasangka buruk yang membawa Mika kedalam keadaan sesuai prasangka. Tak lupa setiap hari mendoakan Mika, menyemangati dan memeluknya. Kutanyakan juga ke wali kelas, Mika bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Saat santai kami ngobrol hangat, "Kakak boleh minta apa saja sama Allah usai sholat, termasuk doain mamah biar sabar gak galak. Gak cuma minta rumah sama Allah". Obrolan berlanjut panjang. Dan saat aku berdoa usai sholat, Mika bertanya "Mamah lagi ngobrol yah sama Allah?" Aku mengiyakan dan mendoakan kakak Mika dengan suara keras, "Ya Allah semoga Qismika Misha Shafana binti Andi Hermanto jadi anak yang sehat, sholeheh, dimudahkan segala urusannya, dijauhkan dari malabahaya, bisa berbakti dengan orangtua dan ditetapkan iman islamnya sampai akhir hayat aamiin" Disini belajar, perjalanan yang jauh berbeda sekali pada zaman dahulu. Pentingnya 'bekal' yang disiapkan sesuai pak Slamet selaku kepsek MIM Baruamba sarankan, bekal pula buat para ortu. Apa selain sabar dan sholat? Ilmu dan bisa menjaga kewarasan dll. Tugas negara menanti setiap saat. Dan 10 hari berlalu Mika bisa melewati pulang sekolah dengan muka ceria kembali. Banyak istilah yang menyebut generasi sekarang Strawberry generation merupakan istilah yang menggambarkan karakter atau mentalitas generasi muda yang "lembek" seperti buah stroberi. Rupanya, hal tersebut dapat terbentuk akibat pola asuh orangtua. Sesungguhnya Islam tidak pernah mengenal Generasi Stroberi. Dalam Al-Qur'an hanya dikenal pemuda-pemuda yang tangguh. Dan anak-anak kita menjadi pemuda yang tangguh juga. Semoga para emak selalu sehat lahir batin, jiwa raga. Tidak oleng dan bisa menjaga kewarasan. Emak yang hebat, kuat diantara gempuran dunia maya dan nyata. Secara sekarang banyak keriuhan medsos, flexing, healing, fyp dsb. Tugas kita memang berat tanggung jawab akhirat. Kalau makanan dicobain, kalau hidup itu penuh cobaan. Kalau cuma mau dapat piring cantik hanya cukup beli detergen, ini mau dapat ganjaran surga ujian sepanjang hidup. Kembali mengurai lewat istighfar dan hempas kegelisahan dengan berbisik ke bumi menembus langit.

Friday 11 August 2023

Untung Gak Babyblouse Syndrome

 

Mahreen Nayyara putri kedua


Pandemi karena covid 19 telah memaksaku meninggalkan ibu kota. Kembali ke tanah kelahiran dan tinggal di rumah mertua. Awalnya agak berat, ya atas titah suami. Melepas kontrakan ditengah perkampungan padat di Jakarta. Hidup berrumah tangga tak ada yang tanpa ujian. Sebaik-baiknya mertua atau orangtua kandung pun pasti pernah ada gesekannya.


Vaksin astrazeneca sudah tertancap diusia kehamilan jalan 7 bulan. Pandemi menuju titik landai setelah badai virus corona versi delta menyerang. Aku sempat mengalami anosmia selama 4 hari diusia kandungan 4 bulan. Indera penciumanku tak berfungsi sebagai mana semestinya. Bau kentut yang biasa kucium dari suami tak pernah terdeteksi. Itu yang tak kasad mata, minyak kayu putih, balsam, aroma terapi, terasi tak tercium bau apapun. 


Aku memanggilnya mama, untuk mertua. Beliau sudah single parent sejak tahun 2014. Ibu yang hebat, kuat lagi cerdas. Jiwa dagangnya tidak diragukan dengan cara perpikirnya yang satset dan obrolannya yang mengasyikan. Sedang emak, untuk mama kandungku. Beliau juga single parent saat aku hamil anak ke-2. Cobaan yang berat dan harus kuat.


Diusia kandungan jalan 5 bulan, suami baru saja mendapat pekerjaan sebagai kurir J&T area dekat rumah. Qadarulloh setelah pelanggan sablon benar-benar sepi dan bansos sudah mulai menipis. Awal hijrah BLT DD, lalu mencoba mengerjakan kartu prakerja dan lolos selama 4 bulan insentif, mencoba juga untuk suami bansos UMKM dari BPUM via BRI dan 2X cair. Rezeki dari Allah melalui ikhtiar kecil, kapan lagi dapat guyuran duit dari pemerintah hehe yang penting halal. Bukan hal mudah menerima keterbatasan namun keyakinan janji Allah yang mendatangkan rizki diwaktu yang tepat. 


Kontraksi sore saat mencuci baju, alhamdulillah hanya berlangsung 4 jam. Usai sholat asar dan makan aku diantar ke bidan. 26 Oktober 2021 putriku lahir dengan selamat dan sehat. Dengan berat 3,4kg dan panjang 50cm. Proses yang lebih mudah daripada anak pertama. Dengan kenikmatan yang berbeda tentunya.


40 hari dipingit pasca bersalin terasa berat awalnya. Beberapa kali mendobrak aturan mertua itu. Menuruti kakak mengantar sekolah yang jaraknya hanya sekitar 50 meteran dan kebetulan disamping rumah ibu kandangku. Mama menangis sejadinya, marah dengan mengelus-elus dada. Sesembak dititah untuk menjadi asisten dirumah selama nifas. Aku hanya mengurusi bayiku. Sesekali mencuri waktu merawat tanamanku. "Apa aku kurang sayang?" Kata-kata itu keluar dari mulut mama. Sedang aku hanya diam seribu kata. Banyak unek-unek yang tersimpan dihati. 


Memang kebaikan tak selalu memberi kesan baik. Kebaikan belum tentu juga diterima dengan baik. Melalui karakternya, caranya kadang tidak bisa diterima. Begitu juga mama, memberi kebaikan dengan caranya meringankan bebanku selama bayi newborn. Dengan memberi pantangan selama 40 hari tak keluar rumah. Tanpa mengerjakan tugas rumah. Namun, sebagai makhluk sosial akupun ingin melihat dunia luar yang nyata. Termasuk emak, ibu kandungku atau menyapa tetangga yang lewat. Atau sekedar mengobrol dengan saudara. Ya, aku melanggar melalui perbuatan dan setelah itu tidak lagi. Seberapaun ucapan petuah, nasehat ataupun larangan aku jawab iya dan diam. Yakin, makin banyak membalas banyak kata makin panjang durasi cerita dan drama. Cukup sadar dan tahu diri saja.


Yang membuat overthinking saat itu adalah perkataan " orang yang habis melahirkan terlihat sehat dari luar tapi didalam turun mesin. Ada tetangga yang habis melahirkan lalu membawa berat akibatnya *anunya* keluar". Terus metode pijat jaman dulu (dukun bayi) sebelum bidan melalui di 'sengkak' yaitu alat vital didorong dengan kaki oleh dukun bayi. Kemudian kaki digantung berhari-hari dengan tujuan agar *anunya* masuk. Seram bukan? Dan ini sangat menjadi beban buatku, menjadi tidak percaya diri saat berhubungan  dan minder dengan suami. 


40hari terasa sebentar jika lihat kelucuan anakku. Berbeda saat menghitung hari bersama sesembaknya yang tiap hari selalu bertanya, selalu kepo yang tidak penting. Saat masak sering aku temui sambil gegaruk rambut. Angin yang lembut membawa bau lendir telinga yang luar biasa. Tak sengaja kujumpai kapas kecil menyumbat ditelinga kiri. Orangnya ramah dan mudah tersenyum. Soal mulut, saat tersenyum karang gigi sudah terlihat dari gigi depan. Nah, kalau ngomong auto kencang dong. Pelan kadang kurang terdengar. Kebayang kan ada kesenggol angin sedikit tercium dua lubang yang berbeda. 


Hanya dalam hati, "Ya Allah, sungguh aku tidak mematikan rezeki untuk sesembaknya. Kalau boleh cukup sebulan saja menemaniku. Aku yakin sanggup dan kuat menunaikan tugasku". Doa itu tersemat dalam, affirmasi positif kedalan jiwaku. Aku butuh mental yang sehat, aku butuh waras, aku butuh me time. 30 hari yang nikmat, hampir tiap malam begadang menyusui anak. Sedangkan tiap hari anak kecil dari sesembaknya selalu ikut. Sering lelarian, tapak-tapak kakinya diinjak kuat kelantai, asli berisik. Belum lagi TV   yang selalu menyala.


Qadarulloh, cukup 37 hari dibantu asisten. Beliau sakit hampir seminggu. Kontrak awal dengan mama sebenarnya 2 bulan. Setiap tidak datang tidak ada ijin atau omongan. Satset satset melihat aku sudah bisa menghandle sendiri, mama tidak lagi memakai jasa asisten. Ada kebahagiaan tersendiri, ada ruang kelegaan dipikiran dan jiwa. Saran suami pada umumnya nasehat waktu itu, ya sabar. Memang itu kuncinya.


Soal masakan biasa. Sayur bening, sop yang tiap kali dimasak kulahap habis. Tidak ada pikiran kotor, otak ini kuracuni "aku ibu menyusui harus kuat ada anak yang bergantung denganku". Soal bebersih, kuakui jago kinclong dan setrikaan licin. 


Kembali ke resep utama hidup, tidak ada yang sempurna dan tidak ada hidup tanpa ujian. Betapa bersyukurnya aku, punya mertua baik. Ya, dengan segala gonjang ganjing manusiawi. Cara mengasihi anaknya dengan caranya walau kadang diluar nurul hehe.

Tulisan ini mengurai keresahan dan kewarasan. 


Terimakasih untuk diriku yang hebat dan kuat. Alhamdulillah ala kulli haal tidak merasakan baby syndrom. Dari 0 bulan Mahreen begadang tanpa ditemani mama atau suami. Alhamdulillah cukup bayik dan aku sudah nyaman. Terimakasih sudah hampir 2 tahun cerita ini berlalu. Mahreen anakku sehat, masih ASI dan proses toilet training. Kosakatanya sudah banyak, lincah dan sering usil.