Thursday 20 August 2015

Memaknai Green Canyon Melalui Batu

                                       Memaknai Green Canyon Melalui Batu



                 Sambil menyusuri CukangTaneuh warga Cijulang Pangandaran menyebutnya, Sedang lebih terkenal dengan nama Green canyon (green = hijau dan canyon = tebing) Kaki-kaki kami yang terbiasa menapaki tanah, kini menjajal adrenalin dengan body rafting. Ini istilah olahraga yang menyusuri kali tanpa bantuan kapal, kami berenang sesekali menaiki gunung batu dan menepi menyusuri tebing-tebing bebatuan.
Sepanjang 3 km kami tempuh selama kurang lebih 3 jam. Rasa lelah itu dibayar tuntas dengan pemandangan alam yang menakjubkan. Selama ini baru kutemui,ketika banyak orang menyengaja untuk cape dan berangkat dari berbagai kota, menyepakati pernyataan kang Hamas pemandu kami. Becermin dari sungai ternama seperti sungai ciliwung, Kalimalang dan sungai yang ada dikota besar lainnya tidaklah mungkin menyengajakan kegiatan tersebut mengingat kondisi sungai yang keruh dan terkontaminasi polusi.






                Mengingat bebatuan menyadarkanku pada Sang Pencipta. Saat aku terdiam sambil berenang telentang dan menendang-nendangkan kaki keair, beberapa kali kami ditarik oleh pamandu seperti ular. Aku semakin merasa diingatkan. Indonesia negeri yang sangat kaya raya alamnya. Aku haus diantara limpahan air sungai, tak lama pemandu menunjuk hujan abadi, meski kemarau air dari akar yang menjuntai mengalir dari ujungnya di pinggir tebing. Banyak juga air yang mengalir dari balik tebing yang menjulang tinggi. Aliran bisa langsung diminum tanpa proses. Menurut pemandu air tsb sangat alami jauh dari penduduk 7 km ke kanan dan ke kiri. Dan benar saja ketika seteguk air yang menyiram tenggorokan terasa ademnya.


           Berbeda saat perjalananku di negeri para nabi. Gunung-gunung batu itu gersang, cadas , kasar dan tidak ada lumut hijau menyelimuti permukaanya. Gunung batu itu memiliki pesona sejarah yang tak pernah lekang dimakan zaman. Sebut saja gunung yang kujumpai jabal Nur, jabal Rahmah, jabal Tsur, jabal magnet, tak kujumpai disana air yang melimpah, stalaktit yang menggantung di langit-langit gua,pohon rimbun. Gunung batu itulah yang menjadi saksi sejarah perjuangan Rasulullah menyebarkan syiar Islam.
barisan gunung batu uhud yang memanjang 7 km


         Sama seperti perjuangan Siti Hajar yang berlari-lari dari bukit Safa ke Marwa. Dari kedua bukit tersebut ditandai dengan adanya batu besar. Perjuangan seorang ibu yang mencari air untuk Ismail sang buah hati. Kondisi alam yang tandus dengan terik yang menyengat disertai selimut debu,  tentu ini perjuangan yang sangat berat bagi ibu beranak batita. Kembali pada kekuasaan Allah, mukjizat berupa mata air zam-zam itu muncul usai 7 kali berlarian bolak-balik. Inilah yang menjadi sumber mata air di Haramain yang tak pernah habis.
jabal magnet


        Satu lagi yaitu batu yang belum aku jumpai, meski sudah dekat. Jamaah dari penjuru dunia memadati bongkahan batu itu.Ya, itu hajar aswad, batu hitam yang diturunkan dari surga berada di kotak hitam yang disebut Ka'bah.Ribuan orang tiapdetik berupaya keras untuk meraihnya  dan memanjatkan doa hingga bercucuran air mata. Konon, batu ini dahulunya berwarna putih seperti salju,namun seiring dosa manusia,batu tersebut menjadi hitam.


Ka'bah dari lantai 3 menjelang sholat isya


                Lalu aku menyimpulkan, kekuasaan Allah yang maha Cantik. Setiap tempat mempunyai daya tarik masing-masing baik ditilik dari sisi history, kondisi alam ataupun budaya. Dan setiap perjalanan itu pula ada pembelajaran dengan bijak tanpa menggurui.