Sunday 28 November 2021

Mitos-mitos Setelah Melahirkan

 Mitos Setelah Melahirkan




Melahirkan itu proses yang menyakitkan sekaligus hadirnya kebahagiaan, baik secara jiwa maupun raga. Semua nikmat jika dijalani dengan sabar dan banyak dukungan moral, spiritual. 


Mitos yang berkembang saat ini dipengaruhi ritual nenek moyang terdahulu. Lalu diturunkan secara turun temurun. Meski dunia medis sudah canggih dan dasar ilmu agama bisa diakses dengan mudah. 


Lantas bagaimana sikap kita? Aku merasakannya 2 kali. Hidup berdampingan dengan orangtua dahulu banyak suka dukanya. Nikmat, disyukuri dan sabar itu harus berjalan beriringan. Selagi tidak melanggar syariat dituruti. Jika tidak cocok tidak perlu melawan, lebih baik diam dan sama-sama menjaga perasaan. Ibu ataupun mertua berusaha perhatian dan menumpahkan kasih sayang dengan caranya. Cukup menjadi pendengar yang baik dan beri senyuman manis, meski dihati meringis.


Berikut mitos pasca melahirkan yang beredar 


*Tidak boleh bepergian selama 40 hari

Perintah ini bentuk penjagaan dan kekhawatiran, namun yang salah dibumbui mitos dan menakut-nakuti tanpa dasar yang kuat. Pasca melahirkan butuh hati yang gembira. Selama bepergiannya terjangkau dan aman kenapa tidak. Bepergian yang beresiko itu yang membahayakan, mengingat bayi baru lahir belum memiliki imun yang kuat dan rentan.


*Tidur dengan kaki lurus

Terutama melahirkan normal, posisi kaki menjadi penopang badan. Didaerah sebelah dinamakan istilah "Nyanda" duduk dan tidur dengan kaki lurus selama 40 hari. Upaya tanda cinta strechmark dari proses bersalin terurai, mengendurkan otot yang mengencang saat proses mengejan, menghindari varises . Kembali ya, posisi seperti itu nikmat atau menyiksa batin atau fisik?πŸ˜€


*Tidur harus berselimut dan kaki harus tertutup rapat

Ini sebenarnya tidak salah, disaat tertentu tidak bisa diterapkan. Kondisi ibu pasca melahirkan berbeda-beda, bagi yang banyak jahitan tidak gampang, gaya tidur senyamannya demi kesehatan. Menurut orangtuaku jika kaki tidak ditutup ada makhluk tinggi besar menghampiri.


* Pakai stagen/grita/benting selama 40 hari

Perut ibu setelah bersalin seperti balon ditiup terus kempes. Menggelambir dan berkerut begitu juga perut. Kondisi rahim yang mengembang 200x lipat berproses untuk kembali ke ukuran semula, butuh waktu dan secara alami. Ibu dahulu memakai benting/stagen karena mereka harus bekerja keras kembali dan mereka memiliki banyak anak. Agar kuat menjaga peranakan karena membawa barang berat. Mau pakai atau tidak kembali ke percaya diri masing-masing dan kembali ke bentuk tubuh ibu. Ada yang bisa kembali ke bentuk semula tanpa grita ada pula yang sebaliknya.


* Saat menjemur baju bayi tidak boleh terlalu kering

Ini memang tidak masuk akal dan tidak ada kaitannya sama sekali. Namun banyak orang tua yang masih mempercayai dan mempengaruhi anaknya. Konon katanya akan menyebabkan bayi sering ngulet, banyak gerak. Sebenarnya maksud tsb agar bayi nyaman saat dipakai, mengingat kain yang dipakai bayi halus dan mudah menyerap. Apabila terkena terik panas maksimal membuat kaku dan tidak nyaman.


* Saat mencuci baju bayi tidak boleh diperas terlalu kencang.

Mitos ini sama seperti mitos menjemur baju yang terlalu kering.


* Ari-ari adalah saudara kembar bayi

Ari-ari atau plasenta adalah makanan bayi saat didalam perut, bukan saudara kembar bayi.


* Ari-ari dikubur tidak boleh terlalu dalam

Menurut orang tua ari-ari dikubur tidak terlalu dalam berpengaruh menyebabkan tali pusar lama putusnya. Padahal tidak ada kaitannya. Namun, konon jika tali pusar lama putusnya jadi orang sabar.


* Ari-ari dikubur dialasi daun supaya adem

Eh, ari-ari kan bukan benda hidup gak tau tuh mana adem mana panas πŸ˜‚


* Ari-ari baiknya dikubur di depan rumah

Konon, jika ari-ari dikubur didepan rumah nanti jodoh si bayi berani ke rumah. Ya iyyalah masak ke kuburan πŸ˜‚


* Potongan pusar yang kering dimakan ayah sebagai obat

Kalau itu sih jorok! Sama saja memakan bangkai. Lebih tepatnya kanibal hiiih. Terus diapain dong, ya dikubur laaah 


* Potongan pusar yang kering disimpan sewaktu-waktu dicelup diair lalu diminum untuk obat

Ini masih sebatas sugesti, menjaga kesehatan lebih tepat dari pada mengobati, ya kan?


* Tapih atau kain dari mbah buyut langsung diselimutin ke bayi, supaya tidak buyuten (tremor).

 Tremor atau buyuten biasanya dipengaruhi saraf bukan karena selimut kain dari mbah buyut πŸ˜†


* Jika bayi cegukan menempelkan potongan klasa, kertas/tisu di kening

Cukup cengire jika orangtua kita dari pada ngajak ribut. Meskipun berkali-kali ditempel gak sembuh. Dikira vampir apa yak ditempelin biar gak loncat-loncatπŸ˜€


* Supaya tidak kagetan, bayi baru lahir beri tahu arah mata angin selatan, utara, timur, barat dengan digebrag, menepuk disamping kepala bayi.

Ini sebenarnya mau sholat nyari kiblat atau lagi berjelajah takut nyasar yak? Hehe


Berdasar pengalaman pribadi 2 kali melahirkan, pengalaman tinggal dengan ibu sendiri kemudian di rumah mertua. Nikmat luar biasa, ungkapan kasih sayang mereka dilakukan dengan cara mereka. 


Suami berharap ada anak ketiga, saya rasa keberatan. Syarat yang aku ajukan bisa dipenuhi asal di rumah sendiri. Semua atas izin Allah, semoga sebelum usia kepala empat. 


Sunday 21 November 2021

Melahirkan Anak Kedua

 Melahirkan Anak Kedua




Sebelum asar merasakan kontraksi beberapa menit sekali secara teratur. Tak lama usai adzan, kutunaikan sholat dengan keadaan melilit-lilit sedap. "Pah, mamah kontraksi, nanti jam 4 ke bidannya". Setelah itu menyengaja makan sebisanya untuk persiapan tenaga.


Perjalanan dengan roda empat menuju bidan sangat hati-hati. Meski demikian mulut ini terus beristighfar menikmati sinyal cinta dari bayi. Mba Ica kakak ipar sigap menolong dan mengantarkan kami. Dari spion tampak melihatku yang sedang meringis dan sesekali menutup mata menahan nyeri. Kupegang dengan kuat gagang pegangan yang diatas pintu mobil saat kontraksi muncul.


Mantap ke bidan senior desa untuk dituju karena pengaglaman dan terbang yang tak diragukan. Beliau bidan sudah lebih dari dua puluhan tahun. Dan benar saja proses persalinan yang kedua ini berbeda dengan yang pertama. Anak pertama bersalin melalui vakuum dari bidan dirujuk ke rumah sakit. Rasanya masya Allah nikmat dijahit luar dalam bak diobras. Jangan tanya soal sakit dan proses penyembuhan ala kulli haal semangat sehat dan sehat.


Ramuan sambetan dan daun lembayung pesananku dibawa emak sambil menengokku yang sudah dikamar bersalin. Secuil sambetan diminum juga dioles ke seluruh tubuh oleh emak. Lalu daun lembayung mentah kukunyah dan ditelan. Secara medis memang kurang paham, namun kepercayaan dan mengikuti orang terdahulu saja. Alhamdulillah kontraksi makin cepat dari pembukaan 2 jam tak lama menjadi pembukaan 6 dan jam 7 pembukaan lengkap. 


Badan miring kiri menghadap tembok. Kaki kanan memeluk guling hingga genap pembukaan lengkap. Menurut bidan, posisi bayi sudah ke panggul namun belum masuk dan bentuk perut besar yang menggantung ke bawah. Proses persalinan sebelum telentang sampai terlihat kepala bayi, kaki kanan ditekuk keatas menempel ditembok, tangan kanan memeluk paha, mata melotot melihat perut dan menggunakan pernafasan perut lalu mengejan mengikuti kontraksi. Beberapa kali sering salah buang nafas sebelum mengejan.


"Semangat, Bu. Tinggal sedikit lagi, pasti bisa" ujar bu bidan mensupportku tanpa henti. Saat bayi sudah terlihat rambut badan terasa panas, gerah, capek menjadi satu. Aku sedikit rewel minta suami mengipasiku. Dan satu tangannya terus kucengkeram kencang. Dukungan semangat suami dan bidan terus menyala. Sementara lafadz istighfar dan dzikir terus membasahi bibir. Ingin sekali menangis menahan sakit, namun tertahan dengan doa. 


"Ayo Bu, paling gak nyampe setengah delapan udah lahir" kata bu bidan menyemangati. Dan benar saja pukul 19.10 WIB bayi lahir dengan selamat dan sehat. Plasenta keluar dengan normal dan jahitan yang sedikit. Karena reflek mengangkat pantat saat mengejan. Dengan BB 3.4kg dan panjang 50cm. Kecupan dikening mendarat dari bibir suamiku. 


"Pah, bayinya sempurna? Tangan, kaki?" pertanyaan itu kulontarkan. "Ssst, tenangin dulu".  Bayi masih berlumuran kotoran dan langsung diletakkan diatas dadaku setelah dipotong plasenta oleh bu bidan (IMD (Inisiasi Menyusui Dini)) selama satu jam. Usai IMD, "alhamdulillah sempurna, jarinya lengkap" ujar suamiku. Secara aku belum bisa melihat bayiku utuh, sementara aku masih terbaring lemah di atas bangsal. 


Pemberian nama anak adalah hak suami, yang disematkan melalui pemikiran yang panjang. Dengan menggunakan cukup 2 kata. Berkat tasyakuran ada yang sudah dibagi dan nama baru muncul ketika tamu para bapa hadir. Putri kecil itu bernama Mahreen Nayyara, semoga tumbuh senantiasa sehat, sholihah, cerdas dan jadi penyejuk kedua orangtuanya, aamiin

Friday 17 September 2021

Selamanya Cinta Bapa

 Selamanya Cinta Bapa πŸ’πŸ’•




2 pekan bapa telah pergi untuk selamanya. Tutup usia 70 tahun dengan tenang. Matanya terpejam, wajahnya bersinar, senyum berseri dan rambut ubannya berkilau dan meninggalkan semerbak wangi. 


Qadarullah, seekor kucing abu-abu putih mendampingimu waktu disholati. Meski sudah diusir keluar masjid.  Kembali datang menatapmu dari bawah kaki keranda, sementara jamaah bershaf-shaf menyolati dan mengantarkanmu hingga liang lahad. 


Biasanya tiap kali menyambangi rumah, bapa sedang duduk atau tiduran dirusbang depan rumah. Menyapanya dan duduk bersanding bercerita apa saja. Ya, apa saja yang ada dihati, lingkungan dan keadaan fisik bapa yang sudah dimakan usia. Terkadang kami hanya diam memandang dedaunan disapu angin dan menyapa orang yang berlalu lalang. 


Biasanya bada magrib satu juz dalam kitab alquran dibacanya dengan lancar, sering hingga adzan isya berkumandang. Lalu melanjutkannya sebelum matahari terbit sambil menanti pelanggan datang ke warung. 


Rambutnya penuh uban, kulitnya mengeriput, senyumnya pongah banyak gigi geraham yang tanggal dan jalannya perlahan-lahan. Pegal, itu yang sering dikeluhkan sejak 3 tahun lalu operasi pangkal paha. Ikhtiar yang tak sediikit dilakukan, dari secara medis dan non medis sudah ditempuh. Bapa semangat bisa berjalan, semangat untuk sembuh, semangat untuk kembali bertemu mushola. Ala kulli haal memperpanjang usia dan mempermudah aktifitas sementara.




Allah memilih jalannya sendiri dalam proses menghadapNya. Kembali ke ruang operasi dan pembedahan usus bocor. Menurut dokter efek panjang dari komsumsi obat pereda nyeri. Selasa sakit, Kamis operasi dan Rabu bapa sudah tidak sakit lagi. Tidak ada lagi 11 colokan alat di ruang ICU, dari ventilor, monitor jantung, oksigen dll. Bapa sudah tenang dengan kalimat thoyibah diujung sakaratul maut. 


Bapa, semua tentangmu melekat erat dijiwa ragaku. Beruntungnya aku, dimasa tuamu kita sering bersama. Meski tak sempat bertemu lagi saat-saat terakhir. Bapa jarang meminta-minta apapun kepada anaknya dan jarang sekali menyuruh kecuali terdesak. 


Masih ingat dulu, waktu aku kecil anak yang doyan ngambek. Bapa yang mengantar sekolah dan memberi uang saku tambahan. Bapa pula yang mengajarkan aku membaca. Dengan nada yang tinggi dan aku yang sampai sesenggukan menangis berhasil bisa. Begitupun jika ada PR Matematika dan Baca Tulis Alquran bapa orang yang mampu mendampingi belajar waktu MI. Bahasa Arab dan Tajwid bapa juga jago, termasuk pembagian porogapet yang rasanya dulu susaaah sekali.


Usai panen tiba, pasti anak-anaknya dibelikan keperluannya. Sesiapa yang rengking pertama dia yang diajak ke pasar. Yeaaay, rasanya senang sekali. Memilih sepatu sendiri di toko dan bapa yang menawar harganya. 


Bapa pekerja keras bertani. Tanaman perkebunanan hasil tangan dinginmu semoga menjadi amal jariyah yang senantiasa bertasbih kepada Allah. 8 anak perempuan dan 1 bungsu anak lelaki lolos diantar hingga ke gerbang pernikahan. Dan aku saksi hidup bahwa bapa yang menjabat erat lelaki pendamping hidupku diakad janji suci. Menikahkanku langsung tanpa diwakilkan. 


Bapa, menceritakanmu tak pernah habis seperti rasa sayangku kepadamu. Doa terbaik mengulum senantiasa selalu untukmu. Melepas kepergianmu dengan ikhlas dan bangga memiliki bapa sepertimu. Semoga husnul khotimah dan layak ditempatkan di surga Nya. Allohummahhfirlahu warhamhu waafihi wafuanhu