Sunday 21 November 2021

Melahirkan Anak Kedua

 Melahirkan Anak Kedua




Sebelum asar merasakan kontraksi beberapa menit sekali secara teratur. Tak lama usai adzan, kutunaikan sholat dengan keadaan melilit-lilit sedap. "Pah, mamah kontraksi, nanti jam 4 ke bidannya". Setelah itu menyengaja makan sebisanya untuk persiapan tenaga.


Perjalanan dengan roda empat menuju bidan sangat hati-hati. Meski demikian mulut ini terus beristighfar menikmati sinyal cinta dari bayi. Mba Ica kakak ipar sigap menolong dan mengantarkan kami. Dari spion tampak melihatku yang sedang meringis dan sesekali menutup mata menahan nyeri. Kupegang dengan kuat gagang pegangan yang diatas pintu mobil saat kontraksi muncul.


Mantap ke bidan senior desa untuk dituju karena pengaglaman dan terbang yang tak diragukan. Beliau bidan sudah lebih dari dua puluhan tahun. Dan benar saja proses persalinan yang kedua ini berbeda dengan yang pertama. Anak pertama bersalin melalui vakuum dari bidan dirujuk ke rumah sakit. Rasanya masya Allah nikmat dijahit luar dalam bak diobras. Jangan tanya soal sakit dan proses penyembuhan ala kulli haal semangat sehat dan sehat.


Ramuan sambetan dan daun lembayung pesananku dibawa emak sambil menengokku yang sudah dikamar bersalin. Secuil sambetan diminum juga dioles ke seluruh tubuh oleh emak. Lalu daun lembayung mentah kukunyah dan ditelan. Secara medis memang kurang paham, namun kepercayaan dan mengikuti orang terdahulu saja. Alhamdulillah kontraksi makin cepat dari pembukaan 2 jam tak lama menjadi pembukaan 6 dan jam 7 pembukaan lengkap. 


Badan miring kiri menghadap tembok. Kaki kanan memeluk guling hingga genap pembukaan lengkap. Menurut bidan, posisi bayi sudah ke panggul namun belum masuk dan bentuk perut besar yang menggantung ke bawah. Proses persalinan sebelum telentang sampai terlihat kepala bayi, kaki kanan ditekuk keatas menempel ditembok, tangan kanan memeluk paha, mata melotot melihat perut dan menggunakan pernafasan perut lalu mengejan mengikuti kontraksi. Beberapa kali sering salah buang nafas sebelum mengejan.


"Semangat, Bu. Tinggal sedikit lagi, pasti bisa" ujar bu bidan mensupportku tanpa henti. Saat bayi sudah terlihat rambut badan terasa panas, gerah, capek menjadi satu. Aku sedikit rewel minta suami mengipasiku. Dan satu tangannya terus kucengkeram kencang. Dukungan semangat suami dan bidan terus menyala. Sementara lafadz istighfar dan dzikir terus membasahi bibir. Ingin sekali menangis menahan sakit, namun tertahan dengan doa. 


"Ayo Bu, paling gak nyampe setengah delapan udah lahir" kata bu bidan menyemangati. Dan benar saja pukul 19.10 WIB bayi lahir dengan selamat dan sehat. Plasenta keluar dengan normal dan jahitan yang sedikit. Karena reflek mengangkat pantat saat mengejan. Dengan BB 3.4kg dan panjang 50cm. Kecupan dikening mendarat dari bibir suamiku. 


"Pah, bayinya sempurna? Tangan, kaki?" pertanyaan itu kulontarkan. "Ssst, tenangin dulu".  Bayi masih berlumuran kotoran dan langsung diletakkan diatas dadaku setelah dipotong plasenta oleh bu bidan (IMD (Inisiasi Menyusui Dini)) selama satu jam. Usai IMD, "alhamdulillah sempurna, jarinya lengkap" ujar suamiku. Secara aku belum bisa melihat bayiku utuh, sementara aku masih terbaring lemah di atas bangsal. 


Pemberian nama anak adalah hak suami, yang disematkan melalui pemikiran yang panjang. Dengan menggunakan cukup 2 kata. Berkat tasyakuran ada yang sudah dibagi dan nama baru muncul ketika tamu para bapa hadir. Putri kecil itu bernama Mahreen Nayyara, semoga tumbuh senantiasa sehat, sholihah, cerdas dan jadi penyejuk kedua orangtuanya, aamiin

4 comments:

fanny_dcatqueen said...

Selamat Yaa mbaaa :D. Semoga sehat selalu bayinya, cepet pulih juga buat mba. Baca ceritanya, langsung ngilu keinget pas lahiran duluuuu :D. Walopun aku Cesar 2-2 nya, tapi pernah ngalamin kontraksi palsu. Jadi Taulah sakit ngilunya 😅

Afidatun nasihah said...

Terima kasih, mba 😊

Tira Soekardi said...

selamat ya, semoga menjadi anak yang berguna bagi agama dan negaranya

Afidatun nasihah said...

Aamiin ya Rabb

Makasih, mba