Tuesday 13 October 2020

Kreatifitas Anak Untuk Anak Desa

 


Tak menampik hidup di desa memiliki kemudahan mengakses alam dengan mudah. Terasa sekali, saat sekarang terkadang bingung masak apa pekarangan samping rumah sangat membantu. Saat ada jantung pisang ya masak jantung, begitupun pepaya, daun kelor, daun singkong dsb.


Nah, ini menyangkut kreatifitas anak dan efisiensi yang ramah di kantong dan ramah lingkungan. Seperti mengulang saat masih kecil. Bermain gelembung dan pacar kuku. 


*Gelembung sabun


Saat bepergian atau berwisata Mika sering sekali tertarik dengan permainan gelembung. Untuk kemasan yang sederhana berupa gelas plastik dan 2  warna sabun gelembung seukuran es mambo biasanya dihargai 5 K. Sedang untuk kemasan plastik panjang dengan karakter biasanya dipasaran harga 10-15K.


Tian dan Aji sedang bermain bersama, keduanya bermain memetik daun riribang. Dengan inisiatifku, mereka ku ajak mengolah daun riribang menjadi gelembung. 


Daun riribang menyerupai daun sepatu. Bunganya merah berputik panjang menjuntai, biasanya liar dipinggir jalan. Setelah dipetik daun muda, kemudian ditumbuk hingga halus. Tumbukan daun biasanya berlendir dan licin. Lalu dicampur air, sabun colek dan diaduk. Untuk tongkat tiupnya, menggunakan ranting daun tretean yang ikat berongga.


Taraaa, dan jadilah gelembung yang murah meriah. Mika, Tian, Aji bermain dengan gembira. Senyumnya merekah bersama gelembung yang terbang terbawa angin. 


Jika dikalkulasikan, lumayan hemat. Belajar sambil bermain. Menggunakan bahan yang terdekat di lingkungan sendiri dan ramah dikantong.


* Pacar kuku


Gadget sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang anak. Salah satu tontonan yang disukai Mika yaitu reality show diary likr Nastya dan Diana Show. Keduanya anak perempuan yang lucu, dengan segala aktifitas dan mainanya.


Tayangan bermain cat kuku membekas di pikiran Mika. Pernah meminta namun tak sampai merengek. Ide itu datang saat melihat pohon pacar di depan rumah tetangga. Mungkin kalau tidak karena anak, jalan-jalan ke tetangga tak mesti dijamah.


Izin meminta daun pacar sudah diiyakan oleh pemiliknya. Tak banyak, hanya segenggam tangan lalu kusimpan disaku. Tetiba Mika minta pulang karena ingin buang air kecil. 


Sesampainya di rumah, kutahan hingga nanti. Mengingat sang surya terik menyinari bumi. Mika berulang mencoba menumbuk dipinggir jalan yang panas. Rasa penasarannya ingin mengetahui hasilnya. 


Cobek dan ulekan mbah kupinjam. Supaya lebih aman tetap di dalam rumah. Selain tidak kepanasan tentu anak terjangkau pengawasan. Daun pacar ditumbuk hingga halus, beri sedikit air. Setelah lembut dibubuhkan dikuku hingga kering. 


Nyatanya, tak sampai kering Mika sudah tidak sabar. Ketidak hati-hatiannya lelagi salah satu kukunya tersenggol dan terlepas. Berulang lagi hingga sekian kali. Supaya cepat kering, tangan diletakkan di luar dan terkena sengatan matahari. Alternatif lain yang adem dengan kipas.


Mika melepas pacar kuku yang masih agak basah. Kuku Mika berubah menjadi warna orange pucat. Berbeda dengan punyaku yang lebih lama memakainya, orange terang. 


Ohya, daun pacar mengingatkanku pada masa kecil. Sering bermain pacar kuku dan meminta daun ke alm. magede (uwak). Setelah magede tidak ada, dulu dibelakang rumah matua (mbah) pun ada. Sekarang, jarang anak-anak bermain pacar kuku. Keberadaan pohon pun jarang juga. 


* Kereta dari kulit jeruk bali




Kebetulan sore kami melintas di rumah tetangga. Anak-anak sedang asyik bermain kulit jeruk. Didampingi ayah mereka, berkreasi menjadi kendaraan. 


Kulit jeruk itu diberi  tetangga sebelah. Harus hati-hati mengupasnya, supaya kulit dan buah tetap bagus. Sebenarnya keluargaku juga dikasih, hanya saja dikupas dengan kulit jeruk dengan potongan kecil-kecil. 


Potongan menyerupai bulan sabit itu dijadikan badan kendaraan. Dibuatlah 4 roda yang dibentuk bundar. Ditusuk dengan lidi untuk menyatukan. Nah, selanjutnya mereka berimajinasi. Dibuat orang-orangan, lampu merah, kursi dsb